PRM 28

226 20 3
                                    

Kaki kecilnya bergerak kesana kemari, sejak tadi Pemuda bertubuh mungil itu tidak henti hentinya mencari sesuatu. Gudang adalah tempatnya, dia sedang mencari beberapa alat lukis miliknya. Sebenarnya dia sedikit malas untuk membongkar gudang, akan tetapi saat ini dia mendapatkam inspirasi dan dia mau segera merealisasikannya.

“Huh, sebenarnya mereka simpan dimana sih,” lenguh Gun yang sejak tadi tidak kunjung mendapatkan apa yang dia cari.

Gudang ini sebenernya tidak cukup besar, hanya sekitar 2×1,5 M saja, tapi kenapa dia tidak bisa menemukan satupun alatnya. Disini justru banyak benda benda aneh yang sama sekali tidak bisa Gun pahami.

15 sudah berlalu, akan tetapi Gun tidak kunjung menemukan apa yang dia cari, akhirnya dia menyerah dan memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk melukis. Namun saat dia hendak keluar, tanpa sadar dia menendang sebuah Box kecil seperti box untuk hadiah ulang tahun hingga beberapa isinya terlihat dan yang menarik perhatian dia adalah sebuah dompet berwarna coklat yang sedikit terdapat bercak darah.

Lantaran rasa penasaran yang menggebu gebu akhirnya dia mengambil dompet itu, dia merasa heran kenapa ada dompet di Gudang ini dan jika memang sudah tidak dipakai kenapa tidak dibuang saja dan justru malah disimpan. Beberapa saat Gun berusaha untuk menelisik siapa pemilik dompet ini, tapi sesaat kemudian dia menyadari kalau dompet ini bukanlah dompet bermerk dan dari segi kualitaspun terbilang buruk, Ayah dan Adiknya tidak mungkin memiliki barang yang kualitasnya buruk. Dengan fakta itu rasa penasaran Gun semakin menguar, dia membuka dompet itu yang  sebenarnya dia tahu kalau ini melanggar privasi, akan tetapi keberadaan dompet dan pemiliknya yang mengherankan mampu menghilangkan semua kepanikan di kepalanya. Tidak banyak isi di dalam dompet itu bahkan bisa dibilang kosong, satu satunya yang ada di sana adalah sebuah kertas putih lecak dan sedikit bernoda juga sudah terlipat lipat, itupun dia temukan di selipan selipan tempat kartu.

Tangan kiri Gun memegang dompet itu dan tangan kanannya membuka lipatan kertas itu, ternyata kertas itu hanya berisikan sebuah kalimat pendek tapi membuat Gun bisa menduga siapa pemilik dompet itu.

Dari permatamu yang berharga dan juga duniamu, untuk kekasihnya yang sipit dan tampan juga tukang pamer, Off Jumpol.

Gun yang menduga itu milik Off, karena dia merasa bahwa kekasih Off memberikan sesuatu pada Off dan Off memyimpan surat kecil itu di selipan kartunya. Dengan dugaan itu secepat mungkin dia melipat kertas itu dan meletakkannya kembali di dompet itu, dia tidak mengembalikan dompet itu ke box tapi menyimpannya di kantung celananya dengan niat mengembalikannya pada Off. Dia berfikir jika ada barang lainnya di box itu, sehingga dia membuka box itu lagi dan menemukan dua barang yang dia tebak sebagai pemberian dari Kekasih Off yang hilang. Sebuah bunga kering kecil yang biasanya berada di saku Jas dan sebuah gelang Emas dengan ukiran 1st OffGun disekelilingnya, sama seperti dompet yang tadi, bunga kering itu juga memiliki bercak noda darah tapi dia tidak ambil pusing dengan itu semua dan dia langsung membawa box beserta isinya kembali ke kamarnya.

Sambil berjalan dan membawa box itu, Gun memutuskan untuk menghubungi Off untuk mengajaknya ketemun agar dia bisa memberikan ini semua. Gun sepenuhnya mengabaikan bagaimana caranya barang-barang yang dia yakini sebagai milik Off bisa berada di Gudang Mansionnya.

“Halo Jumpol, apakah saya menganggu?” tanya Gun takut menganggu Off yang memang sebenarnya sedang mengadakan pertemuan dengan Tay dan Arm tentang Perusahaan Keluarga Off.

“Tidak Tuan Muda, justru saya yang bertanya bukankah anda sedang sibuk dengan perisapan pernikahan anda? Atau ada sesuatu yang harus saya lakukan?” tanya Off memastikan, walau hatinya terasa begitu sakit.

“Tidak, saya tidak sibuk dan persiapan pernikahan saya juga sudah hampir selesai, jika kau ingat ini tinggal 4 hari lagi dan hanya tinggal pemasangan dekorasi saja yang belum,” sahut Gun, “oh iya, saya ingin kita bertemu besok jam 5 Sore di Cafe biasa kita bertemu,” lanjut Gun yang mengutarakan inti mengapa dia menelpon Off.

Pliss! Remember Me (END)Where stories live. Discover now