SAGAMA 08

560 36 0
                                    

































08; JEALOUS





























***




































Hari ini kantin benar-benar penuh, semua stand makanan di padati murid dari berbagai macam angkatan dan kelas. Seperti sekelompok semut dengan gerombolan masing-masing, bahkan para penjual di buat kewalahan sampai tak nampak.

Beruntungnya, Hana masih kedapatan tempat duduk. Bersama Amanda dan Rakya, Hana menyantap bubur ayam miliknya dengan sedikit tak berselera. Jujur saja, tadinya Hana ke sini cuma mau beli minum. Selain malas ngantri dan berdesak-desakan, Hana juga masih sedikit kenyang.

Namun, siapa sangka Sagama ㅡcowok yang kini mengambil tempat di sebelah meja yang Hana tempati, bersama gengnyaㅡ datang dan menyodorkan Hana semangkuk bubur. Bahu Hana meluluh, dia tidak bisa menyalahkan Sagama kalo Hana sebenarnya tidak menyukai makanan itu, lebih tepatnya Hana tidak menyukai teksturnya.

"Kalo yang bucin beda ya? Gak perlu keluar tenaga buat ngantri." Celetuk Amanda, dia baru saja kembali setelah mengantri panjang penuh drama. Mengambil posisi di depan Hana yang di susul oleh Rakya, sepiring nasi goreng menemaninya hari ini.

Hana terkekeh rendah, dagunya menunjuk makanan yang Amanda bawa sedikit heran. "Banyak banget, nasi gorengnya. Lo belum sarapan?"

"Katanya lo lagi diet," sembari mengambil sumpit untuk Mie Ayam nya, Rakya berujar mencibir Amanda.

Amanda menoleh, meringis sendu menatap nasi goreng dengan toping telor bersama teman-temannya, begitu sayang untuk di lewatkan. Padahal dia sudah berniat melakukan diet hari ini, tapi besok juga bisa pikirnya.

"Iya, dietnya di mulai dari besok." Amanda tidak bohong saat mengatakannya, dia akan diet besok, jika tidak besok. Besoknya lagi, lagi dan lagi. Kenyataannya, Amanda selalu kalah dengan pesona makanan yang ada di depannya.

"Bagus, lagian ngapain diet? Kita itu butuh kalori supaya bertenaga." Acuh Rakya di sela-sela mengunyahnya, gadis itu juga kandidat pertama yang selalu menggagalkan diet Amanda.

"Lo enak, makan banyak tapi berat badan gak nambah-nambah. Lah, gue?" Amanda menyendok makanannya kesal, di balas tatapan penuh rasa kasihan dari Rakya, bukan kasihan. Lebih tepatnya mengjek, Amanda mengendus.

"Harusnya Amanda ikut taekwondo bareng Rakya, makan banyak juga gak papa asalkan banyak gerak, kan?" Kata Hana mengerjap, menatap bingung dengan tatapan kedua temannya seolah baru saja mendapatkan Jackpot.

"Benar juga, Han." kata Amanda.

Menimang-nimang apa lagi keuntungan yang dia dapat dari olahraga itu, apa Amanda juga harus mendaftar? "Ada manfaatnya juga ikut taekwondo, pantas selama ini lo betah, Ra. Selain banyak cogan, lo juga dapet manfaat lain."

Sebuah jitakan mendarat sempurna di kening Amanda, sang empunya mengaduh kesakitan dengan si pelaku yang mengendus tak terima. "Gak gitu konsepnya, gue ikut karena gue suka. Apaan coba cogan, gue gak gatel ya?! Kalo mau kurus tanya Hana. Dia juga makan banyak tapi badan tetap kurus," omel Rakya kesal, rasa cintanya ke taekwondo benar-benar ternistakan.

Sedangkan Hana tersenyum lebar mengangkat kedua jarinya, menunjukan tanda perdamaian pada Rakya yang mengomel karena perkataannya. Hana berdehem, sekarang dia gugup karena Amanda terus menatapnya. "Itu, ini karena udah takdir aja. Mom Hana kurus, jadi anaknya ikut kurus. "

SAGAMA √Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora