SAGAMA 33

218 10 0
                                    




























33; KONFERENSI
PERS 

























***

































Hana samar-samar mendengar suara Sagama dan kakaknya, Jeffrey. Dalam kamarnya, dia beranjak mendekati kedua cowok itu, berjalan lunglai sampai di pintu dapur, dimana keduanya berada. Hana mengerjap, iris matanya bertatapan dengan Sagama lalu pindah ke Jeffrey.

“Udah bangun?” kata Sagama, basa-basi.

Hana mengangguk, kalimat tanya yang Sagama lontarkan terdengar datar; tak minat. Hana bisa menebak jika Sagama masih mengira dia Moana, Hana tersenyum kecil, dia berlari kecil, tangannya melingkar di leher Sagama dari belakang.

“Lepas! Gue lagi makan.”

Hana terkekeh, mencium pipi Sagama beberapa kali. “Yang bilang Lo gue dapet hukuman,” jelas Hana. Sagama mendongak, Hana mengangguk menyakinkan sang suami. “Aku, Hana.”

Sagama diam menatap Jeffrey yang sedang melihat interaksi keduanya, tanpa ba-bi-bu Sagama berdiri, balas memeluk pinggang Hana posesif. Dia memberi kecupan ringan di pucuk kepala Hana, Jeffrey melotot hampir muntah.

“Gue— Aku jadi gak suka Moana, cewek toxic.” adu Sagama, Hana terkekeh geli, mengelus rambut lebat Sagama.

“Moana bisa denger,”

“Gak peduli,” sengit Sagama acuh.

“Kalo dia muncul lagi gimana? Aku gak bisa apa-apa dong?” Hana meledek. “Ini aja Moana izinin aku keluar cuma karena besok udah mulai sekolah, dia males kalo urusan belajar.”

“Gak heran, tampilan Moana aja urakan, kayak nenek lampir kalo marah. Hobinya mancing emosi.” Ungkap Sagama lagi, lebih menggebu; punya dendam kesumat dia.

“Iya, aku minta maaf atas nama Moana. Udah, lanjut makan sana, aku mau mandi. Kasihan bang Jef juga, mual-mual.”

Sagama tepuk jidat, menggaruk pipinya canggung, dia jadi gak enak sama kakak ipar. Masalahnya Sagama tahu; Jeffrey phobia adegan uwu, pegang tangan sama kak Ruby aja bisa di hitung pakai jari.

Tapi untungnya masih gak terlalu parah, Jeffrey sendiri masih bisa tahan walaupun agak menyiksa.






































***



























Lagu Tolong milik Budi Doremi mengalun indah pada sebuah live music salah satu cafe, Sagama mengajak Hana nongkrong di sana, acara gabut sebelum pulang ke rumah; Habis jemput Hana dari rumah Mommy.

“Mau aku nyanyiin gak?”

“Gak mau, terakhir kamu nyanyi aku nangis.” Tolaknya tanpa pikir panjang, Hana cemberut; padahal suara Sagama bagus. “Kapan-kapan aja.” lanjutnya senyum tipis.

Sagama menimang lalu mengangguk, nyengir. “Kamu beneran cemburu sama Kayla?”

“Enggak tuh, kata siapa?”

SAGAMA √Where stories live. Discover now