SAGAMA 14

358 26 0
                                    

14; Ready Stok




*****




Setelah menunaikan ibadah shalat Dzuhur, mereka kembali ke posisi masing-masing. Wajah Haikal masih tertekuk, dia masih kesal sepertinya karena harus numpang minum di rumah tetangga beberapa jam yang lalu.

Amanda yang sedari tadi memperhatikan Haikal iba seketika menjentikan jarinya heboh, "Gue punya ide! Sambil nunggu GoFood yang lama, gue baru download apps Dear to Dare. Gimana kalo main itu?"

"Yuk! Yuk, lumayan seru tuh, gue pernah main sama Rendy. Lo juga pernah ikut, kan Jun? Waktu kita kerja kelompok, yang Sagama pulang duluan jemput Hana?" Ini Haikal gak kalah hebohnya dari Amanda, Juna ngangguk kalem.

Jelas dia ingat. Waktu itu Haikal dengan seenak jidat nyuruh dia buat gombalin emaknya Hyuje, teman sekelas sekaligus pemilik rumah yang rela buat rumahnya di jadiin tempat kerja kelompok.

Bukan perkara mudah buat Juna gombalin emaknya Hyuje, dia sampai rela ngabisin kuota buat searching di google, penasaran karena muka emaknya Hyuje lempeng-lempeng aja waktu dia gombalin. Dan parahnya pas akhir dia mau nyerah, Juna kena gampar, dia di kira lagi ngeledek.

"Gue udah usaha keras buatin gombalan romantis buat tuh emak-emak biar kesengsem, sampe rela keluar masuk Google. Eh! Kampret, tahunya emak Hyuje budek. Dia kira gue lagi ngeledek karena bolak balik temui dia, " Juna trauma. Sialnya, bukan mengiba, teman-temannya malah ketawa ngakak.

"Anjing! Gue gak tahan," Bengek Sagama sentuh perutnya yang keram.

"Gak tahan mau boker lo?!" Juna sangsi, ditambah Rakya juga ikutan ngakak lagi. Hancur sudah image ganteng dan cool-nya, tapi sedetik kemudian. Juna ikut ketawa, gak papa deh image-nya hancur, asalkan bisa lihat Rakya ketawa akibat ulahnya.

"Gak bisa bayangin susahnya gimana," Hana ikut meledek.

Di lain sisi, seorang pria paru baya baru saja buka gerbang rumah mereka, "Assalamualaikum, Mas Gama, Mbak Hana." Salamnya yang berhasil menghentikan gelak tawa di sana, Hana pertama berdiri menghampiri.

"Waalaikumsalam, Pak RT. Ada apa, ya?" Hana mengernyit ragu, wajah Pak RT terlihat panik, di tambah bocah di gendongan beliau yang terus menangis.

"Aduh, Mbak Hana. Maaf nih sebelumnya, saya ganggu Mas dan Mbaknya. Tapi boleh gak saya titip Juan sama Mbak Hana, istri saya jatuh dari kamar mandi Mbak." Kata Pak RT memelas, Hana yang gak tega mengangguk kaku.

"Ya udah," pasrahnya.







***








Sekarang, di sinilah Hana. Duduk selonjoran bersama Juan di pangkuannya dan Sagama di sampingnya, keduanya bertatapan penuh arti. Sagama seakan bertanya, kok di iyain? Emang bisa? Hana meringis meratapi nasib, menatap teman-temannya dengan muka melas dan tertekan.

Pasalnya, Hana tidak tahu cara mengasuh balita macam Juan, plus bocah kecil itu masih nangis sesenggukan. Tangan Hana dengan kaku puk puk kepala Juan, "udah ya? Nangisnya, kan ada Kak Hana, ada temen-temen Kakak juga. Nanti kita main bareng, Juan sukanya main apa?"

Bocah itu menggeleng, "gak mau! Maunya sama Bunda, Juan mau ikut Bunda."

"Main dulu aja sama kakak, kalo Bundanya udah pulang, baru Juan mainnya sama Bunda, ya?" Kata Hana penuh sabar, tapi bocah itu terus kekeh. Sagama yang melihatnya gemes sendiri, jarang-jarang dia lihat Hana seperti ini, biasanya Hana yang kaya anak kecil.

SAGAMA √Where stories live. Discover now