SAGAMA 20

304 20 0
                                    







20; Problem in life



















*****












Sagama mengamati wajah tidur istrinya, wajah yang selalu cantik walaupun tanpa tambahan make up. Sagama selalu candu, mulut ternganga, rambut berantakan dan dengkuran halus Hana bagaikan sesuatu yang menyenangkan untuk di lihat.

Beberapa hari di rumah sakit, Sagama akhirnya pulang pada sore kemarin. Luka tusukan pada pinggangnya berangsur membaik, kata dokter tinggal menunggu sampai mengering saja. Lagi pula, lukanya tidak terlalu dalam jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.

"Eunghh..."

Hana menggeliat dari tidurnya, perlahan matanya terbuka, menyesuaikan cahaya yang masuk. Di lihatnya Sagama yang tersenyum tampan, mengelus pipinya lembut sampai Hana terpejam menikmati perhatian kecil Sagama.

"Udah bangun dari tadi?" Sagama mengangguk tanpa repot untuk menjawabnya, Hana mengendus lalu bangkit untuk cuci muka di kamar mandi, kembali lagi menguncir rambutnya asal, wajahnya kesal menatap Sagama. "Kenapa gak bangunin coba? Untung gak sekolah."

"Gue gak tega, Lo pasti kecapean 'kan semalam? Berapa ronde coba?"

Sagama terdiam, memikirkan kalimat nya yang terdengar memiliki makna lain. Cowok itu menggeleng, maksud Sagama adalah dia kasihan pada Hana yang di paksa Bundanya untuk maraton drama Korea sampai jam satu pagi.

Jika tidak di paksa pulang oleh ayahnya pasti Bunda masih lanjut menonton dengan Hana, yang Sagama heran kan Hana juga mau-mau aja lagi. Sagama kan jadi tidur sendirian, jangan sampai Hana juga ikutan kayak Bundanya, maniak Oppa-Oppa. Sagama bisa tersingkirkan, cukup jadi wibu saja.

"Tapi seru tahu! Pemerannya ganteng, kata Bunda namanya Lee Jung Suk, sayang banget endingnya sedih. Yang jadi pemeran wanitanya meninggal karena zat kimia berbahaya, padahal ngarepnya mereka bisa bersama, punya anak lucu abis itu baru deh boleh end." Hana mencak-mencak, kesal karena ending filmnya tidak sesuai sama yang dia harapkan.

Bukannya ikut mengiba, Sagama justru memutar bola matanya malas, entah kenapa dia jadi kesal karena Hana memuji pria lain.

Lama tidak mendapatkan balasan dari sang suami, Hana kembali berujar, memposisikan tubuhnya untuk duduk kembali di samping Sagama dengan kaki yang sudah di lipat.

"Jadi penasaran, Nana sama Bunda sedekat apa? Kalo Hana sama Mom ya... Seperti anak sama ibu biasanya aja. Mom perhatian, selalu ingin yang terbaik buat Hana. Tapi, cuma sebatas itu. Rasanya beda banget sama Bunda yang udah kayak paket komplit. Jadi orang tua iya, teman iya, tempat curhat iya. Menurut Sagama gimana?" Hana antusias, namun beda dengan Sagama yang tersenyum pahit mendengarnya.

"Han, gue sebenernya bukan anak kandung Bunda, bokap nyokap gue sebenernya udah meninggal karena kecelakaan tepat di mana gue di lahir kan."









Deg









Dalam diamnya, Hana merasa bersalah. Tanpa sengaja dia telah mengorek luka di hati Sagama, menambah garam pada luka yang belum sepenuhnya sembuh. Walau wajah Sagama biasa saja, akan tetapi Hana dapat melihat guratan kesedihan mendalam di sana.

SAGAMA √Where stories live. Discover now