SAGAMA 32

205 13 3
                                    
























32; SEBATAS
EMPATIK










































***
























































Sagama menunggu seseorang, di balik jaket denim yang menutupi tubuhnya, Sagama masih saja merasakan hawa dingin.

Guyuran hujan sore hari itu berhasil membuat tempat yang dia pijak terasa lembab; bajunya basah dan sedikit menggenangi lantai, aroma tanah menguar bersama dengan suara rintik hujan yang masih terdengar, samar.

Suara langkah kaki membuatnya mendongak, Sagama tersenyum lembut lalu ikut berdiri, mengelus pucuk kepala Hana. Sayangnya, reaksi Hana di luar ekspektasi, sang empu langsung mundur ke belakang.

Sagama diam. "Moana?" Tanyanya pada sang istri, Hana mengangguk.

Sagama di tempatnya menatap Hana sendu, terhitung sudah tiga hari Moana menguasai tubuh Hana. Sagama bahkan harus bolak-balik untuk memeriksa keadaan Hana, dia sampai tinggal di rumah sendirian hanya karena Moana enggan berdekatan dengannya.

"Kenapa? Kenapa Lo terus ke sini," Tutur Moana datar.

Sagama mengernyit lalu terkekeh miris, Sagama maju satu langkah besar. "Di sini harusnya gue yang tanya, lo kenapa masih ada disini? Hana mana?" Muaknya. Rahang Sagama mengeras, kedua tangannya sudah mengepal sempurna di kedua sisi.

Moana menyibak rambut dengan lidah yang sengaja dia mainkan di dalam mulut, arah pandangnya menatap Sagama remeh. Sikapnya yang pemberani membuat Moana tidak merasa gentar kala melihat sorot mata Sagama yang menajam, cowok itu marah.

"Tanya ke diri Lo sendiri, kenapa buat Hana nangis? Sampai buat dia enggan ketemu lo lagi." Enteng Moana; acuh tak acuh, Sagama menahan lengannya yang hendak pergi.

"Kenapa gitu?"

Moana mendekat, sedikit berjinjit memberikan satu kecupan di pipi Sagama. Dia menepuk beberapa kali pipi cowok itu kemudian menatap wajah Sagama dari jarak lima senti, sangat dekat. Namun, ekspresi wajahnya tampak tak minat.

"Lo tahu, Ga. Kalian nikah cuma buat lindungi keluarga masing-masing, Lo dan Hana; secara garis besar gak punya hubungan spesial kayak kebanyakan pasangan suami isteri lainnya, yang Lo lakuin selama ini cuma sebagai tanggung jawab Lo ke Hana a.k.a Lo ngerasa bersalah karena nikahin dia; tanpa sepengetahuannya, gak lebih." Ungkap Moana pedas.

"Gak usah ikut campur! Tugas Lo cuma harus lindungi Hana di saat dia butuhin Lo, Lo gak berhak atas tubuh Hana." Sagama berdesis, tajam.

Dia tidak tahu kalau Moana akan memberi efek sebesar ini di hidup Hana, sampai-sampai gadis itu berhasil memancing emosinya.

"Gue di sini karena Hana butuh gue, dia terlalu pengecut buat hadapi masalah kayak gini." Moana menepis tangan Sagama yang menggenggam lengannya erat, bahkan meremasnya sampai sedikit membekas. "Sialan!"

"Gue sayang sama Hana," aku Sagama lirih, tatapannya jatuh pada wajah ayu Hana. Moana mendongak, wajah terkejut; kentara tampak di buat-buat.

"Bukan sayang, lo cuma ngerasa kasihan," pangkasnya. Sagama menggeleng kekeh, yang di balas decakan tak terima dari Moana. "Lo terlalu baik buat seukuran cowok kayak gini, gue kagum. Tapi, Lo agak tolol karena gak bisa bedain rasa sayang dan kasihan."

SAGAMA √Where stories live. Discover now