SAGAMA 12

369 25 0
                                    

12; You know, it's secret

***


Malamnya, setelah kejadian tak terduga tadi siang. Sagama belum juga pulang ke rumah mereka, katanya cowok itu akan menginap di rumah orang tuanya untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut. Tapi, di usahakan untuk pulang. Walau larut, Sagama tidak mau meninggalkan Hana sendirian di rumah.

Karena kejadian tadi siang pula, Amanda dan Rakya tahu tentang hubungannya dan Sagama. Keduanya sempat marah, kecewa lebih tepatnya, beruntung dapat segera di atasi dengan segelas minuman di sbuk, di barengi bujuk rayu dan muka memelas Hana.

Kini cewek yang mengenakan piyama diatas lutut itu menghela, dari yang tadinya hanya memikirkan diri sendiri, dalam satu dua hari Hana harus melibatkan dirinya dengan masalah keluarga yang serumit ini.

"Tiba-tiba jadi kangen Sagama," lirihnya dengan mata yang mengarah pada room chatnya dan cowok itu. Gak lama dari itu, cowok yang sedari tadi berdiri di ambang pintu terkikik geli. Mengundang atensi Hana untuk menengok kearahnya, seketika pupil mata Hana melebar.

"Kok udah pulang?" Herannya, tanpa di gubris Sagama yang malah lebih memilih berjalan mendekat. Wajah lelah Sagama seketika pudar kala melihat raut sumringah Hana, dia berharap wajah ceria gadis di depannya akan tetap seperti sekarang.

"Gue juga kangen sama lo," balas Sagama. Mengambil posisi untuk memeluk istrinya, Hana juga menerima pelukan Sagama, menelusupkan wajahnya pada leher lelaki yang kini menjadi suaminya. "Apapun yang terjadi, gue selalu ada di samping lo, ya? Jangan pernah ngerasa sendiri karena gue bakal ngelindungi lo dari mereka."

Hana sedikit tertegun mendengarnya, tapi tak ayal dia mengangguk seolah-olah mengerti dengan apa yang Sagama katakan. Sedikit aneh, namun terdengar tulus.

Tokk
Tokk...

Keduanya mengerjap, beberapa detik merasakan kecanggung dengan posisi wajah mereka yang sama-sama dekat, kemudian disusul cengiran Sagama sembari menunjuk pintu luar dengan dagu. "Ada tamu,"

Hana yang mengerti segera beranjak, melepaskan dirinya dari Sagama dan berlalu untuk membuka pintu. Sedangkan Sagama segera menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya yang lengket setelah seharian beraktivitas, mencari keberadaan Jeffrey.

Bersamaan dengan terendamnya seluruh tubuh Sagama di dalam air, pikirannya berkelana pada beberapa waktu kebelakang. "Kak Jeff, gue takut Hana akan terluka."





***









Suasana menghening setelah kepergian Hana dan teman-temannya, berbeda dengan yang lain. Sagama masih berdiam diri di lokasi saat dia melihat Jeffrey, jarinya dengan lihai mengetik beberapa kata untuk dia kirim pada Hana.

"Gue kayaknya gak pulang, mau ke rumah Bunda dulu ngobrol masalah kak Ruby sama Kak Jeff. Gak papa lo sendirian? Kalo takut nginep di rumah Rakya aja ya? Sorry." Pesan Sagama yang di ketiknya, setelah selesai memasukan handphone miliknya pada saku hoddie, ekor matanya melirik bayangan yang dia duga seseorang yang di cari.

Menatap dengan pandangan rumit sebelum berujar, "ada yang mau gue omongin sama lo kak, please~ gak usah lari dari masalah. Gue sama Hana udah capek."

Selama beberapa detik tidak ada sahutan dari sang empu, Sagama masih tetap berdiri di sana. Sebelum sosok tinggi dengan tubuh tegap itu menunjukkan kehadirannya, Jeffrey Raditia Barata. Bagai gerakan slow motion tangannya membuka tudung hoddie yang dia kenakan, menampakkan wajah tampan dengan sedikit luka memar di sudut bibirnya.

"Ketahuan, gue kira udah aman." Kelakar Jeff yang sama sekali tidak lucu bagi Sagama, dilihat dari manapun. Wajah lelaki yang lebih muda darinya itu mengeras, bahkan tangannya sedikit mengepal antara kesal dan marah.

"Ikut gue," lanjutnya.

Sama sekali tidak ada bantahan dari Sagama, dia hanya mengikuti kemana langkah kaki Jeffrey membawanya. Sampai keduanya berhenti tepat di sebuah audi hitam milik Jeff, yang lebih tua masuk terlebih dahulu dan di susul oleh Sagama.

Ketukan jari Jeff pada body mobil sedikit mengenyahkan keheningan yang terjadi, lama tidak ada yang bersuara dari keduanya, termasuk Sagama yang entah mengapa menjadi pendiam. Padahal dulu keduanya bisa terbilang cukup dekat, langganan main Playstation berdua. Namun, dalam keadaan seperti ini, mereka terlihat canggung.

"Gue tahu, lo suka adek gue." Kalimat pertama yang Jeffrey ucapkan sukses buat Sagama menoleh, menatap lelaki yang sudah menjadi kakak iparnya itu dari samping. "Sejak pertama Hana datang di acara pernikahan gue, mata lo gak bisa lepas dari dia. Gue--"

"Lo langsung ngira gue suka sama Hana karena itu? Cuma karena gue terpesona lihat Hana, what the... Lo bahkan rela kabur dan batalin pernikahan lo sama kak Ruby. Lo gak mikir perasaan kak Ruby gimana?" Sagama berdecak kesal, jika sudah begini, hancur sudah image anak baik Sagama.

Sedangkan Jeff terkekeh, "gak lah! Bego. Ngapain gue pentingin perasaan lo, sedangkan pada saat itu gue belum tahu, nanti Hana sebahagia apa hidup sama lo. Gue lakuin ini demi nyawa orang, termasuk kebaikan Ruby."

Sagama diam, agak menohok ya?

"Lo tahu Anne? Kalo gak tahu tanya Hana. Dulu gue satu SMA sama dia, kita pernah pacaran satu tahun lalu putus. Gue yang dulu putusin buat akhiri hubungan sama Anne, padahal dalam sejarah gaya pacaran gue, gue selalu yang di putusin." Jeff menjeda, menaikkan tuas kemudi lalu memilih menjalankan mobilnya.

Sagama diam-diam mengirim pesan pada Hana tentang siapa Anne, dan balasan yang di terima adalah Anne yang merupakan kakak dari Kayla, teman sekelas mereka sekaligus cewek yang selalu memandang sinis pada Hana. Sagama tidak tahu ini kebetulan atau apa, tapi perkataan Jeffrey selanjutnya bikin dia waspada.

"Ternyata, gue sama Anne satu ayah. Awal pertemuan gue sama Anne terbilang cukup baik, dulu dia gadis lugu yang sebenarnya merangkap menjadi suhu. Dia licik, dia dan adiknya terobsesi untuk menghancurkan kehidupan istri kedua ayahnya, Mommy gue dan anak-anaknya."

"Lo tahu, seberapa besar beban yang harus gue tanggung selama tahu rahasia ini? Gue ingin kasih tahu Mommy, tapi disini Mommy yang menjadi orang ketiga. Gue bingung. Maka dari itu gue sebisa mungkin sembunyiin hal ini rapat-rapat, termasuk dari Hana yang tidak tahu apa-apa." Jeff selesai dengan ceritanya, bertepatan dengan mobil yang di kendarai sudah berhenti tepat di basement sebuah apartemen.

"Ruby ada di dalam, kamar no. 32 gue masih harus anter Anne, jadi supir sekaligus babu." Ujar Jeff seperti tanpa beban, padahal Sagama lihat wajah lelaki tampan itu tertekan. Sagama tak bergeming dari duduknya, membuat alis Jeff menukik heran.

"Luka lebam itu, ulah dia?" Sagama menunjuk memar pada bagian rahang dan sudut bibir Jeffrey, seperti luka baru yang hanya di obat dengan pengobatan seadanya. Setelah menimbang beberapa detik, anggukan kepala yang dia dapat dari Jeffrey. "Lo gak mau coba lapor polisi? Mereka udah keterlaluan. "

"Terus Mommy gimana? Gue gak tega lihat dia nangis, lagi pula mereka semua nekat. Saat pernikahan gue, bahkan Ruby dengan mudahnya mereka bawa pergi," Katanya miris. "Lo di dalem di usahakan buat gak ngomong aneh-aneh, mereka pasang alat penyadap. Sono masuk, gue mau pergi anjer, telat sedikit bisa ancur muka gue."

Sagama melihat mobil Jeff sudah meninggalkannya, melaju secepat kilat bak orang kesetanan. Kemudian arah pandangnya tertuju pada bangunan sederhana yang kakaknya tempati.

Berjalan melewati pintu-pintu yang bertuliskan nomor, demi mencari pintu no. 32 tempat kakaknya huni. Diketuknya beberapa kali pintu bercat kayu itu, menunggu beberapa menit sampai seorang perempuan membukakannya.

Sagama tersenyum, "Kak Ruby. "







***


















TO BE CONTINUE

SAGAMA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang