SAGAMA 09

501 38 0
                                    

09; Misunderstand




***

"Jika Bunda pikir Hana hamil, pikiran Bunda harus buang jauh-jauh deh."

***






Malam ini, Hana di temani Sagama berjalan keliling kompleks perumahan baru mereka. Belajar menghafal sudut serta belokan yang ada, berjalan kaki menikmati malam yang di penuhi gemerlap bintang dan terangnya rembulan, katakan saja keduanya sedang gabut, lebih tepatnya Hana.

Jalan-jalan malam ini tidak akan terjadi jika Hana tadi tidak merengek membujuk Sagama, membuat lelaki di samping gadis itu mau tidak mau menuruti kemauan sang istri. Hitung-hitung belajar jadi suami yang baik katanya, Sagama 'kan belum bisa beli ini itu buat Hana, jadi apa salahnya dia turut in kemauan Hana yang satu ini.

"Dingin gak? Mau pulang aja, udah malam lagian." Kata Sagama yang di balas gelengan kepala, Sagama cuma bisa menghela nafas dengan mengeratkan tautan tangannya pada jari Hana. Jujur, Sagama sendiri kedinginan, dia hanya memakai kaos lengan pendek dengan celana selutut.

Dari samping lelaki itu menatap Hana lekat, mengamati rambut panjang Hana yang sedikit berantakan terbawa angin. Kemudian pandangannya jatuh pada pakaian yang gadis itu kenakan, Kaos lengan pendek dan celana tidur motif kartun kodok, lucu.

"Kenapa sih?" Tanya Hana yang dari tadi memilih diam, gadis itu sedikit merinding dengan kekehan Sagama, padahal menurutnya tidak ada yang lucu. "Lo ngeliat sesuatu, atau tadi ada wanita rambut panjang ketawa? Makanya lo ikut ketawa."

"Enggak! Gak papa, cuma lagi nahan laper tadi." Setelahnya Sagama berdehem, menatap wajah heran Hana dengan tatapan horor. Bagaiamana Hana bisa berfikir seperti itu? Kalaupun Sagama melihat neng kunti ketawa, Sagama lebih memilih lari dari pada ikut ketawa.

"Gue lupa bawa dompet, tadi gak ada persiapan juga kalo mau jalan-jalan sampe sejauh ini, kita tadi perginya terlalu mendadak." Hana menoleh ke belakang, mengingat seberapa jauh dia sudah berjalan bersama Sagama.

"Gue juga kaya nya lupa bawa dompet, lo langsung narik gue keluar, kan tadi?" Hana menggguk lemah, tadi dia terlalu semangat hingga lupa segalanya. Bahkan handphone dan uang mereka lupakan, "mau pulang? Udah malem."

"Ya udah, tapi gue mau beli Mie goreng itu deh, Na." Hana menunjuk pedagang kaki lima yang gak sengaja keliling jualan di sana, lalu tersenyum tipis saat mengingat mereka tak memiliki uang saat ini. "Tapi enggak deh! Nanti kita bikin sendiri aja. Uangnya gak ada, kan?"

Sagama mengagguk kaku, perasaan tak tega saat melihat wajah kecewa Hana membuat Sagama merasa tak berguna sebagai suami. Hana sudah menjadi tanggung jawabnya, dan Sagama sendiri yang mengikat Hana tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Tunggu sebentar," Kata Sagama berjalan menuju pedagang Mie incaran Hana. Sebelum kembali berjalan mendekati Hana lagi, Sagama tadi membisikkan sesuatu pada mamang Mie yang membuat Hana menyerit. "Mau makan sekarang, apa di bungkus?"

"Eh, lo..."

"Kita dapet Mie gratis dari Mamang nya, tapi gue di suruh bantu jualan. Jadi, lo mau makan di sini. Apa bungkus makan di rumah?" Sagama masih menampilkan senyum puasnya, jika boleh jujur lelaki itu puas saat kebutuhan yang Hana mau terpenuhi.

Hana mengerjap, melirik penjual Mie tadi lalu kembali pada wajah tampan Sagama. Entah mengapa, namun kini Hana merasa matanya memanas. Dia terharu, dan bertepatan dengan jatuhnya cairan dari kelopak matanya, Hana memeluk Sagama untuk yang pertama kalinya.

Membuat Sagama mundur beberapa langkah kebelakang, Sagama terkejut. Namun setelahnya, kedua sudut bibirnya melengkung dengan sangat sempurna. "Ngapain malah nangis? Emang biasanya gini ya, kalo lo lagi ada tamu mood lo jadi berubah-ubah."

SAGAMA √Where stories live. Discover now