SAGAMA 13

404 28 0
                                    




13; Aisiteru



***





Cowok yang mengenakan bucket hat itu menyerka keringat yang mengalir di pelipis, Hana mengamatinya dari kejauhan. Entah ada apa dengan mata Hana hari ini, Sagama tampak menawan hanya dengan kaos hitam serta celana pendek yang di paduka bucket hat yang baru di beli kemarin saat di mall.

Bersama suara bising ibu-ibu yang menggosip ria, tangan Hana senantiasa bergulat dengan pisau dapur. Hari ini keduanya terjebak dalam kerja bakti membersihkan selokan dan jalanan kompleks perumahan mereka, semuanya tidak akan terjadi jika bukan karena undangan Pak RT tadi malam.

"Dek Hana ini nikah muda, kan? Sama mas Sagama. Saya pernah lihat kalian masih sering berangkat sekolah bareng, emang boleh dek sama pihak sekolah?" Okey. Sekarang Hana yang merasa namanya di bawa-bawa merasa kurang nyaman, padahal sedari tadi dia hanya diam, fokus dengan pekerjaannya.

Dengan gerakan kikuk Hana memaksakan senyum, namun sepertinya wanita berbadan gempal itu ingin mencari ribut dengan Hana. Buktinya sekarang dia semakin gencar memberi pertanyaan-pertanyaan yang semakin buat Hana terpojok, apa lagi saat bibir berwarna merah menyala miliknya berhasil melontarkan kalimat yang membuat hati Hana tercubit.

"Anak jaman sekarang memang kaya gitu, Bu. Pergaulannya bebas, apa lagi kalo udah kenal sama Narkoba dan teman-temannya. Mboh mau jadi apa negara, angkat derajat keluarga saja gak mampu, bikin malu keluarga yang ada." Lanjutnya, melirik Perut rata Hana dengan gaya angkuh.

Sial, Hana sudah tidak tahan. Diliriknya Sagama yang masih sibuk berkutat dengan cangkulnya, senyum Hana melebar. Dari pada harus panas hati mendengarkan perkataan mereka yang belum tentu tahu dengan kehidupan kita, lebih baik Hana mengganggu Sagama.

"Maaf ibu-ibu, saya mau anter Es teh dulu ke Bapak-bapak di sana, kasihan udah pada haus kayaknya." Pamit Hana masih menyugihkan senyum manisnya, usai melaksanakan tugas membagikan Es teh sesuai ucapannya, dan cup terakhir Hana berikan pada Sagama. Menempelkan cup dingin pada pipi sang suami hingga membuatnya mendongak dengan ekspresi kaget.

"Capek ya?"

Hana berjongkok menyesuaikan tingginya dengan Sagama, sesekali tangannya membatu mengelak keringat di pelipis Sagama. Dilihatnya tubuh Sagama yang benar-benar masuk ke dasar selokan dengan kaki yang beralaskan sepatu khusus yang melindungi kakinya sampai betis.

"Ngapain kesini? Panas, udah bener di sana ngadem." Sagama protes setelah meneguk habis minum yang Hana kasih, jujur saja. Membersihkan selokan adalah hal yang baru untuk Sagama, nafasnya sampai terputus-putus saking capeknya.

Hana menggeleng, kalo dia di sana. Emang tubuhnya adem, tapi hati Hana panas, setan semua soalnya. "Enakan di sini, soalnya ada kamu~ eakk..." Hana malu sendiri, soalnya dia copas milik Amanda kalo lagi godain cogan di jalanan.

Sagama juga geli sendiri, dia rasa Hana telah kerasukan setan gorong-gorong, gak biasanya. Memilih melanjutkan pekerjaannya, Sagama sesekali melirik Hana yang lagi mainan lumpur. "Hana, apa bedanya lumpur sama air?"

Hana nunjukin komuk mikir, "kalo lumpur air yang kotor kecampur tanah. Kalo air, pure air aja hehehe...."

Sagama ikut terkekeh, tanpa sadar menggusrak gemas rambut Hana. Kemudian dia menjawab tanpa dosa  pertanyaannya, tanpa tahu saja jawabannya sukses buat jantung Hana pindah tempat  "Kalo lumpur itu, air kotor. kalo air itu, Ai(r)siteru~"

SAGAMA √Where stories live. Discover now