SAGAMA 35

183 8 0
                                    














35; SUPERHERO
DAN PENJAHATNYA




































***




































Suara gelak tawa mengudara sejak dua jam yang lalu, Morgan berlarian menghampiri sang kakek. Menendang bola keras-keras lalu bersorak saat bola hasil tendangannya masuk ke gawang di depan. Salah seorang pria berseragam menepuk pundaknya bangga, mengacungkan dua jempol pada si cucu dengan senyum terkembang di kedua sudut bibir.

Farhan Alexander Alfaro, pria berumur lima puluh tahun yang dulu pernah menjabat sebagai TNI angkatan darat tersebut tergeletak dengan tingkah Morgan yang nyeleneh.

Cucunya yang baru berusia delapan tahun itu ternyata sudah sebesar ini, Farhan jarang berkunjung setelah anaknya; ibu Morgan, tiada sesaat setelah melahirkan anak itu.

Farhan tidak bisa menyembunyikan rasa berkabungnya selama bertahun-tahun, wajah Morgan terlalu mirip hingga selalu mengingatkannya pada sang anak.

“Papa mu mana? Sudah malam belum pulang?” Farhan melirik jam tangannya, pukul 8 malam.

“Kerja dong, Papa sibuk.” Morgan terkekeh, melihat tampilan Farhan dari atas sampai bawah. “Kakek sendiri, baru pulang kerja?”

“Cucu kakek tahu dari mana?” Morgan menunjuk seragamnya, Farhan terkekeh mencubit hidung Morgan. “Keren 'kan. Nanti Morgan kalo sudah dewasa harus jadi seperti kakek, jangan kerja seperti Ayah mu. Capek, kerjanya duduk saja.”

“Emang kerjaan kakek ngapain?”

“Main tembak-tembakan, keliling Indonesia sampai terbang ke daerah yang sulit di jangkau.”

“Tolong orang-orang?” Tanyanya sedikit antusias, Farhan mengangguk. “Kakek kerja sama Batman? Kakek pernah ketemu, ya? Kemarin Morgan nonton film sama Papa.”

Kakek Farhan tergelak, ternyata percakapannya hanya bisa di tangkap Morgan yang membandingkannya dengan salah satu karakter superhero.

“Iya, hampir mirip. Nanti Morgan mau seperti kakek? Tolong orang.”

Morgan menggeleng. “Aku sudah punya cita-cita mau jadi seperti Conan, sama Rakya juga. Besok Papa sama ayahnya Rakya mau ajak kita jalan-jalan, aku ikut Papa ke luar kota, di hutannn... Hihhh.”

“Hutan?” Farhan mengernyit, sedikit tak setuju cucunya di bawa ke hutan, terlalu berbahaya. “Kamu gak takut di bawa ke hutan, mau apa emang?”

Morgan nyengir, mengambil pistol mainan dan segala macam keperluan detektif. “Mau main saja, Rakya jadi penjahat, aku yang cari jejaknya. Itu kerjaan detektif, kakek gak tahu?”

“Kakek tahunya cara nembak hewan buas di hutan, bahaya banget kan, nanti kalo ada singa gigit kamu gimana? Ayah kamu gak bisa nembak mereka kayak kakek.”

Farhan menjeda, mengelus pipi Morgan berusaha membujuk si cucu ganteng nya. “Mau ikut kakek aja, gak? Di rumah kakek ada burung elang baru, kamu suka burung kan?”

SAGAMA √Where stories live. Discover now