Episode. 15

1K 96 0
                                    


"Ka Zee, ntar sore dateng nggak ke kafe baru yang ada di jalan Sudirman? Namanya CAFFE ANDHARACH." Tanya Marsha sesaat pada Zee yang biasa selalu datang nyamperin tiap kali dia abis latihan dance ketika jam istirahat. Karena jam istirahat pertama cuma 35 menit doang, biasanya mereka latihan cuma 15 menit untuk 1 lagu yang diulang tiga kali. Kalau untuk latihan penuhnya biasanya setiap pulang sekolah. Itulah makanya kenapa Marsha tiap kali jam istirahat bunyi dia langsung ngacir keluar, karena buat nyempetin 15 menitnya itu biar buat istirahat benerannya masih punya waktu buat makan-makan. Itupun kadang Marsha bisa sampai ambis banget kalau lagi mode semangat. Ia jadi lupa waktu dan akhirnya Zee nggak bisa ajakin dia ngobrol.

Dan sekarang, mereka berdua lagi di dalam studio dance. Nggak cuma berdua doang, sih. Ada Ella, Callie, dan Amanda juga yang lagi nonton MV K-Pop di pojok ruangan sambil makan bekal masing-masing.

Tak hanya membawakan Marsha minuman botol, kali ini Zee juga sudah membelikan makanan kesukaan Marsha dan juga dirinya. Jadinya mereka ngobrol sambil ikut makan-makan walau nggak sekumpul sama yang tiga anak itu. Mereka dekat kok, tapi... ya gitu, deh.

"Itu kafenya ka Anin itu, bukan?" tanya Zee memastikan.

"Eh, Ka Zee tau juga siapa pemiliknya?" Marsha tanya balik sekaligus menjawab sambil mengangguk membenarkan.

"Yataulah. Orang aku lumayan sering dateng ke kafenya yang di jalan FX itu. Enak-enak tau minuman sama makanannya. Aku aja sampai kepikiran pengen jadi chef nanti biar bisa masak seenak itu terus buka resto sendiri." kata Zee mengungkapkan impiannya secara tak langsung.

"Weess! Ka Zee keren banget, deh. Top pokoknya. Aku dukung kamu, Ka Zee." kata Marsha dengan memberikan dua jempolnya ke Zee. Lalu kembali melanjutkan menyuap makanannya.

"Oh, iya, terus tadi kenapa kamu nanyain aku pergi ke kafenya yang baru ntar sore, Sha?" - Zee.

"Kita mau tampil diacara grand oppening-nya. Katanya untuk meramaikan acaranya gitu." kata Marsha antusias.

"Hah? Serius? Anak-anak F-High bakalan tampil di situ?" tanya Zee takjub. Pasalnya, CAFFE ANDHARACH itu adalah kafe yang sangat terkenal Se-Indonesia. Bahkan cabangnya aja sudah ada di beberapa negara lain seperti Filipina dan Thailand. Yang lebih menakjubkannya lagi, si pemiliknya itu adalah seorang mahasiswi bernama Anindhita Rahma Cahyadi. Dia baru memulai bisnis kafe itu dari empat tahun yang lalu dan sekarang sudah seluas itu pasarannya. Luar biasa.

"Iya! Seriusan! Aku juga awalnya nggak percaya pas Ci Shani bilang gitu. Tapi pas lihat kartu undangan resmi yang dikasihkan langsung dari Ka Anin. Aku jadi langsung se-excited itu tau. Woah, pokoknya Ka Zee harus kudu wajib banget datang. Kalau bisa Ka Zee mesti berdiri yang paling depan buat nontonin kita. Biar akunya tambah semangat juga." seru Marsha dengan cepat. Zee terdiam sambil me-replay ucapan Marsha diotaknya agar apa yang dikatakan Marsha bisa ia terima dan cerna dengan baik.

"Oh, iya! Aku bakalan datang, deh. Kan ada kaka aku juga." katanya kemudian sambil tersenyum.

"Eh, ya, ngomong-ngomong, kok, Ka Zee bisa tau kalo ka Anin yang punya kafe, sih?" tanya Marsha dengan menutup wadah makanannya yang dari sterofom lalu membuatnya dalam plastik untuk dibuang nantinya.

"Nah, aku juga mau nanyain itu tadi, Sha." kata Zee sambil setengah mengunyah. Dia mau minum, tapi ternyata gelas minumnya sisa es batu doang. Marsha lantas memberikan minumnya ke Zee.

"Jadi, ... ... .... "

Obrolan mereka terus berlanjut hingga bel berbunyi baru bubar.

____________________

"Pakai yang ini aja, Ci, bajunya. Lebih bagus." tunjuk Gracia pada tab yang sedang dipegang Shani. Mereka berdua lagi di kantin sekarang. Nggak beneran berdua, sih. Ada Lyn, Rhaisa dan Gisselle juga.

"Ish, nggak boleh, Gee. Kita harus pakai pakaian yang sopan. Ini tuh terbuka banget. Masuk angin yang ada. Kamu mau ntar abis kita tampil langsung kerokan?" sahut Shani.

"Aku punya ide, Ci." celetuk Rhaisa yang duduknya di seberang Shani.

"Apatuh?" tanya Shani.

"Gimana kalau kita pakai bajunya yang cassual aja? Biar terlihat lebih santai. Apalagi kan ntar pengunjung kafe kebanyakan para anak muda gitu. Siapa tahu dengan tampilan kita yang fresh dan natural bisa menarik perhatian banyak orang, Ci. Terus, makin banyak juga, deh, yang subscribe ke channel youtube dance cover kita." saran Rhaisa.

Gracia dan Shani diam sambil berpikir mengenai ide Rhaisa.

__________

Bug!
Punggung Reva digebuk.

"Awsh!"

"Itu hukuman karena lo udah gak bener masangin ban mobil gue."

"Aduh aduh aduh!" Telinga Reva dijewer. Nggak kenceng tapi lumayan lah.

"Itu hukuman karena gara-gara lo gue jadi dihukum tadi pagi."

Plak!
Muka Reva digeplak. Sekali lagi, nggak kenceng. Tapi bunyinya agak nyaring, sih.

"Dan itu hukuman karena lo mau nyoba kabur dari kesalahan."

"Udah?" tanya Reva sesaat menunggu serangan apa berikutnya yang ia dapatkan dari Ashel tanpa melawan. Tapi rupanya serangan sudah berhenti.

"Beliin gue makanan sekarang! Sama minumannya sekalian. Harus cepet sebelum bel masuk bunyi. Cepetan!" kata Ashel dengan tatapannya yang mengunci ke mata Reva.

"Ck, yaudah, duitnya mana kalo gitu?" tanya Reva dengan pasrah.

"Ya pakai duit lo lah. Masa duit gue. Kan lo yang salah gimana, sih." sahut Ashel dengan agak sedikit ngegas.

"Mbaknya bisa biasa aja nggak ngomongnya. Kok, ngegas."

"Ya lagian lonya. Ngeselin banget jadi orang. Buruan pergi sana!"

"Mau dibeliin apa emang?"

"Terserah, yang penting bisa dimakan."

"Oke."

"Jangan dimacem-macemin tapi. Awas aja kalo lo sampe ngasih sambel atau washabi diam-diam. Gue gebukin lo." peringat Ashel sesaat Reva yang hendak berjalan keluar kelas.

"Yaudah iya, bawel banget, ck, ah."

•••












Ditulis, 27 Juni 2022
Re-edited 7 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now