Episode. 67

377 41 1
                                    


Sudah beberapa hari ini Reva dan Ashel tak saling sapa. Bahkan saat jajan di kantin bareng anak-anak yang lain pun mereka tak saling bicara. Duduknya juga rada jauhan. Sejujurnya, Reva ingin sekali menanyakan sekali lagi perihal letak salahnya dimana. Tapi ia sudah terlanjur keki mengingat bentakan Ashel waktu itu. Apalagi orangnya sampai sekarang seolah merasa tidak melakukan apa-apa. Intinya dia gengsi. Dan Ashel pun sama. Ia juga beberapa hari ini merasa menyesal sudah mendiamkan Reva. Pula, padahal bukan seperti ini rencana awal yang ingin ia lakukan terhadap Reva. Namun semua terlanjur terjadi begitu saja lantaran emosinya yang begitu memuncak sampai ia melakukan hal - hal diluar kehendaknya.

Lalu sekarang bagaimana? Baik Ashel maupun Reva pun bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Pada akhirnya, sehari kembali berlalu begitu saja.

Sekarang sudah hari sabtu pagi. Karena sudah pusing memikirkan pertemanannya yang tiba-tiba renggang, Reva pun memutuskan untuk pergi ke kampung Sinja. Sudah lama ia tak berkunjung ke sana. Terutama pada anak kecil bernama Argus.

Dengan menggunakan mobil ford mustang-nya, Reva melaju di jalanan sepi yang tak banyak lalu lalang kendaraan.

Duapuluh menit perjalanan, mobilnya pun tiba di bawah pohon rindang dekat pondok anak-anak biasa belajar. Suasananya sepi, tak ada satu pun bocah yang berkeliaran.

"Kayaknya mereka masih pada tidur, deh." ucapnya pelan sembari beranjak menyisiri rumah-rumah dempet beratap terpal yang ditinggali oleh para keluarga homeless itu.

Merasa kasihan, Reva pun membuat proposal singkat pada papanya. Ia minta untuk dibuatkan rusun untuk para keluarga itu.

Bisa-bisanya ia selama ini tidak ngeh pada tempat tinggal mereka yang kumuh seperti itu.

Selagi berjalan menelusuri jalan setapak, Reva merasa seperti ada yang aneh pada tempat tersebut.

"Kok, tempatnya kayak kosong gini, ya?" ucapnya pelan sambil mengintip diantara dinding berlubang yang menampilkan suasana dalam rumah.

Luas area tempat huni itu hanya sekitar 200 meter saja. Dan semuanya telah habis Reva telusuri. Tapi ia tak menemukan adanya siapapun di sana. Jika tempat itu sudah ditertibkan, minimal Reva akan lihat plang atau tanda kepemilikan tanah pada area tersebut. Nyatanya tidak. Bahkan lokasi tersebut seakan seperti baru saja ditinggalkan.

"Orang-orang pada kemana, ya?" tanya Reva pada dirinya sendiri seraya celingak celinguk.

"Ka Reva!" panggil seorang anak kecil yang baru saja keluar dari tumpukan seng berkarat.

"Kahfi??" sebut Reva dengan wajahnya yang kaget. "Kamu ngapain sembunyi di situ, Dek??" tanyanya kemudian.

Kahfi tak langsung menjawab, matanya menatap cemas ke sekitar seolah takut ada orang lain yang tengah mengawasi mereka. Ia lantas menarik Reva untuk masuk ke pondok.

Setelah duduk dengan bersila, Kahfi pun mulai bercerita.

"Beberapa hari yang lalu ... ... ...."

__________________________

"Earth, apa cctv disitu aktif?" tanya Fireballs saat sedang menyiapkan manekin yang akan dijadikan objek latihan Jasper.

"Tidak. Cctv di jalan itu hanya untuk menakut-nakuti saja. Ia tidak berfungsi sama sekali." jawab Earthgrazers sambil menatap gambar pada layar ponselnya. Gambar itu memuat foto-foto rekaman cctv yang terjadi di dalam bunker perbatasan. Beberapa hari yang lalu James telah berhasil menghasut sekelompok gelandangan untuk mengikuti ajakannya. Dan sekarang mereka tengah diriset. Kebanyakan adalah para anak kecil karena mereka sangat ketakutan sehingga menurut saja ketika diperintah.

"Jasper, sudah kah kau siap untuk berlatih sekarang, sayang?" ucap Bolides yang sedaritadi memperhatikan Jasper makan dengan lahapnya.

Anjing itu hanya menyalak diikuti dengan mengibaskan ekornya serta menggerayangi tubuh Bolides saking kesenangannya.

"Jasper! Come here!" panggil Earthgrazers. Jasper langsung berlari dan mengampirinya.

Earthgrazers mendekatkan manekin itu pada Jasper. "Terkam dia, Jasper!" perintahnya dan Jasper pun langsung menggigit kepala manekin hingga robek. Lalu kemudian ia mengoyak perutnya yang tadi sempat diisi bantal oleh Fireballs. Kini isian bantal itupun berhamburan keluar saking tajamnya gigi Jasper mengoyaknya. Bolides dan Fireballs yang menyaksikan itu sempat dibuat terpana. Sesaat mereka jadi membayangkan jika bagaimana yang dalam posisi manekin itu adalah manusia sungguhan.

"Jasy, kau sangat hebat sekali!" seru Fireballs dengan bertepuk tangan.

"Jasy??" tanya Bolides heran.

"Panggilan sayangku untuknya." sahutnya.

"Aku jadi penasaran dengan bagaimana kalau kita ganti objeknya dengan manusia sungguhan." usul Earthgrazers.

"Jangan gila kau, Earth. Kita tidak lagi di Rusia maupun Inggris sekarang. Orang-orang di negara ini sangat cepat dalam mencari rekam jejak. Bisa-bisa kita yang berakhir celaka di tangan Tuan Jake." peringat Fireballs.

"Kau benar, tapi dalam masalah hukum, justru negara yang kau sebutkan tadi yang lebih cepat dalam memprosesnya. Dan, ayolah, kita tidak akan melatihnya di tempat terbuka seperti ini, tentu saja." kilah Earthgrazers.

"Apa kau akan melalukan hal yang sama dilakukan oleh, James?" tanya Bolides.

"Jika hal itu bisa membuatku menemukan mangsa dengan mudah, kenapa tidak." jawabnya dengan wajah datar.

"Lalu, siapa yang akan kau incar?" tanya Fireballs.

Earthgrazers tak langsung menjawab. Ia tampak sedikit berpikir sebentar.

"Shani Indira, mungkin?" jawabnya kemudian dengan menaikkan satu alis.

•••












Ditulis, 16 Agustus 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang