Episode. 77

390 33 3
                                    

Pukul 12 siang, Marsha baru membuka matanya setelah akhirnya bisa tertidur lelap akibat kelelahan lantaran sudah berjam-jam menangis sejak kemarin sore. Matanya masih agak bengkak dengan tatapan yang rada sayu. Ia mengerjap sembari memindai ke seisi ruangan sambil mengingat-ngingat dengan dimana ia berada sekarang. Ia tak mendapati adanya siapa-siapa selain dirinya sendiri.

Begitu ia mencoba menyibak sedikit pada gorden jendela yang langsung memperlihatkan pemandangan alam dari atas puncak bukit, membuat Marsha akhirnya ingat kalau dia sekarang masih ada di atas bukit. Terakhir kali ia ingat tadi malam ia menangis dalam pelukan Azizi.

Apa aku tadi malam ketiduran ya pas sambil nangis?

Ka Zee mana sih? Kok, yang punya tempat malah nggak ada.

Sebelum beranjak dari ranjang, Marsha mengecek ponselnya sebentar mendapati beberapa pesan dari teman sekelasnya juga kaka kelas yang sudah dia anggap seperti kakanya sendiri (setelah Azizi) yaitu Indah. Marsha hanya membacanya tanpa berminat untuk membalasnya sekarang. Mungkin nanti.

Beberapa saat kemudian sesaat setelah sempat menonton berita kejadian kemarin, Marsha kembali meletakkan ponselnya di nakas. Ia lalu melakukan stretching sebentar. Ketika tak sengaja matanya menatap pada kaca besar di dekat ranjang, Marsha membulatkan matanya saat menyadari pakaiannya sudah berganti dengan piyama tidur bergambar dinosaurus.

Ka Zee kah yang gantiin aku baju?

Tak ingin berspekulasi yang macam - macam, Marsha pun lebih memilih untuk berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi saja. Pasalnya sekarang suhunya sangat dingin sekali. Nggak, maksudnya Marsha bukannya nggak pengin mandi, bukan. Tapi, nunda aja dulu mandinya. Marsha tetap mandi, kok. Nanti.

"BAA!!" seru Azizi saat Marsha buka pintu kamar mandi begitu selesai.

Marsha refleks menggeplak pundak Zee saking kagetnya. "Ish, Ka Zee!!"

"Hehe, makan dulu, yuk, Sha, kebawah!" ajak Zee.

"Ka Zee, belum mandi juga?" tanya Marsha begitu menyadari pakaian yang dikenakan Azizi sama dengan yang ia kenakan. Cuma beda warna doang.

"Hemat air, Sha. Go green go green. Lagian dingin banget, aku tidak kuat." kata Zee dengan memeluk dirinya sendiri. Padahal apa hubungannya sama go green? Kan, air tidak akan pernah habis karena selalu bersiklus.

"Iya, sih, aku juga ngerasain, Ka, dingin banget." - Marsha.

"Nah, ayo, turun!" ajak Zee lagi dengan nyodorin tangannya yang langsung disambut Marsha.

Setibanya di bawah, sudah banyak sekali tersedia makanan yang tentunya begitu sangat menggugah selera.

"Widih, ini sih makanan kesukaan aku semua, Ka Zee. Kok, bisa tau, sih." seru Marsha dengan wajah semringah. Syukurlah, anaknya sekarang kembali ceria lagi. Walau setelahnya Azizi tahu, Marsha pasti akan tetap ingat dengan kejadian kemarin. Tapi seenggaknya sekarang, Marsha kelihatan baik-baik aja dan dia mau makan. Itu sudah lebih dari cukup baik.

Setengah jam mereka habiskan untuk menyantap seluruh hidangan yang ada sambil bercengkrama mengenai hal-hal lucu maupun konyol. Baik Marsha maupun Zee tak ada yang mengungkit tentang kejadian kemarin.

"Sha, mau jalan-jalan ke kebun teh, nggak?" ajak Zee begitu mereka selesai makan desert.

"Emang ada, Ka?" tanya Marsha tidak percaya.

"Ada lah. Kebun apel juga ada. Nanti kita bisa petik buahnya langsung kalau mau." - Azizi.

"Tapi kita kan belum mandi, Ka Zee. Emang gapapa keluyuran keluar?" - Marsha.

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now