Episode. 46

600 50 5
                                    

Beberapa hari kemudian, Marsha sudah sembuh dari sakitnya dan dia diperbolehkan pulang hari ini.

"Bae bae lo jadi anak. Nurut sama orangtua. Kalau disuruh makan tuh makan. Jangan entar entar mulu. Nanti sakit lagi kek gini, nangeees." Omel Jesslyn sambil masukin baju Marsha ke tas.

"Baru sembuh diomelin." keluh Marsha.

"Gue lagi nasihatin lu. Bisa-bisanya gue lagi ngebilangin dikatain marah-marah." - Jesslyn.

"Ah, Mama, mah mau ngapain aja tetap aja keliatan kek marah-marah. Nggak pernah sekalipun aku lihat Mama lembut-lembut." - Marsha.

Plak!
Tangan Marsha dipukul, tapi nggak kenceng.

"Kurang lembut apanya gue hari-hari bolak-balik jagain lo siang malam, Sha. Nyuapin lo makan. Gantiin lo baju. Nuntun lo ke toilet. Ada nggak gue marah pas itu, ha!?" Cecar Jeslyn.

"Ihh, jadi Mama gak ikhlas nih rawat aku?" - Marsha.

"Nggak gitu Marsha anakku yang paling cantik yang paling bersinar yang paling paling ter ter ter pokoknya. Nggak gitu!" seru Jesslyn geregetan seraya menutup sleting tas.

"Mama mau punya anak kayak Kathrin, nggak?" tanya Marsha beralih topik tiba-tiba.

"Nih, anak sakit nggak sakit nanyanya tetap aja random banget, ya." - Jeaslyn.

"Ih, jawab dulu, Ma!" rengeknya.

"Nggak! Satu aja kayak lo udah ribet banget gue ngurusnya. Apalagi nambah yang modelan kek Kathrina. Haduh, nggak dulu, deh." tolak Jesslyn.

"Tapi Kathrina lucu tau, Ma. Dia walau songong-songong gitu tapi dia baik. Cepat peka lagi." Bela Marsha.

"Gue bilang nggak ya nggak. Udah, nih siap semua, kan? Nggak ada lagi barang lo yang ketinggalan?" tanya Jesslyn memastikan barang bawaannya dan juga Marsha sudah terkemas dengan rapi.

"Udah. Abis ini aku mau makan mie ayam jumbo dong, Ma." pinta Marsha sambil jalan ikutin Jesslyn yang keluar menuju pintu.

"KAGAK!" tolak Jesslyn tepat di muka Marsha.

Ya Tuhan, punya mama kok gini banget, ya. Fiks, kelamaan ngejanda sih ini makanya kek begini kelakuannya. Batin Marsha.

______________________

"Rev!" panggil Zee saat dia barengan menuju mobil masing-masing. Gracia sudah berangkat lebih dulu sejak 5 menit yang lalu.

"Ya?" sahut Reva saat ia lagi buka pintu mobil.

"Beberapa hari yang lalu kamu kemana?" tanya Zee. Ia tak mau bertanya di dalam karena tidak ingin orangtuanya tau kalau adiknya pernah bolos kelas kemarin.

"Maksudnya?" - Reva.

"Sebenarnya aku mau tanya ini dari kemarin - kemarin, tapi aku lupa. Kata Olla kamu waktu itu dari jam pertama kelas pergi keluar terus nggak balik-balik sampai jam istirahat pertama." - Zee.

"Ooh, ada urusan. Penting. Antara hidup dan mati seseorang." jawabnya.

Belum lagi Zee bertanya lebih lanjut, Reva lebih dulu menyela.

"Kaka tenang aja. Ini nggak akan ngeganggu sekolah aku, kok. Dan juga, jangan kasih tau hal ini sama papa sama mama, ya." ujarnya yang kemudian langsung masuk tanpa memberi kesempatan untuk Zee bicara lagi.

Zee ingin tanya lagi padahal mengenai anak baru di kelasnya waktu itu. Apakah dia adalah orang yang tempo hari pernah sempat papasan sama dia di vanding machine atau bukan. Soalnya dia merasa kayak pernah lihat gitu sebelumnya. Tapi lupa kapan dan dimananya.

__________________

"Yeshche tri dnya na vypolneniye zadach po planu." ucap seseorang melalui earphone yang ada di telinganya.

_______________

"Sialan! Aku tidak menemukan satu pun hal mengenai tentang keluarganya." keluh Celine setelah berkutat dengan layar monitor cekung besar di hadapannya. Ia saat ini tengah menggali informasi tentang seseorang bernama Justin atau dengan nama asli Haruto. Seluruh media yang ia cari serta situs situs dark yang ia kumpulkan, tak ada satu pun lama yang memuat tentang biografi seorang Haruto.

Informasi yang diberikan oleh orang yang dipercayainya itu pun tidak lengkap. Ia hanya mengirimkan foto dan latar belakang singkat seperti; Haruto memiliki seorang anak perempuan dan istri yang ia tinggalkan. Ia pernah bekerja di salah satu perusahan tambang terbesar di Asia. Tapi tidak tau tambang nya apa.

Hanya itu.

Tapi tak lama kemudian, email kembali masuk dari Jihop, teman yang ia percaya itu.

Celine dengan cepat langsung membuka email tersebut. Napasnya memburu tidak sabar.

From: Jihop

Saya menemukan informasi terbaru. Dia ternyata adalah adik dari seorang pengusaha tambang batubara terbesar di Asia. Dia anak kedua dari tuan Sam Albarach yang tewas di galian tambangnya sendiri. Gistavo Richi Albarach adalah kakak kandungnya.

______________

"Perkenalkan, ini anak kedua saya, namanya Zee." ucap seorang pria berkacamata pada Arashi, papanya Ashel.

"Woah, sepertinya Zee seumuran dengan anak saya." Arashi menarik Ashel kecil yang berusaha bersembunyi dibalik kakinya yang panjang. "Hallo, namaku Adzana, gitu. Ayo, coba bilang, Nak." kata Arashi dengan berjongkok dan mengajari anaknya.

"Zee, coba ajak teman barunya kenalan terus main, gih." ucap Gito pada Zee kecil yang langsung mengangguk dengan mantap. Gito bangga karena Azizi bisa sepercaya diri itu walau masih bocil.

"Hai! Namaku Zee. Nama kamu siapa? Ayo, main denganku!" ajak Zee kecil dengan mengulurkan tangannya.

Ashel kecil menatap uluran tangan itu lalu kemudian melihat ke wajah Zee sepenuhnya.

Kriinggg!!!! Kriiiingg!!  Krringgg!!!
Suara alarm yang kencang berhasil menarik Ashel keluar dari mimpi masa kecilnya.

Ia terduduk dan langsung mematikan alarm itu. Dengan masih belum beranjak ia berusaha mencerna dengan apa yang ada dalam mimpinya.

"Anak itu!" serunya sesaat dan langsung mengambil buku yang sudah ia tempeli foto-foto tragedi itu dari lemari kecil samping ranjang.

Ashel mencari foto yang sesuai dengan apa yang dilihatnya dalam mimpi.

"Oh my God!" ujarnya shock dengan menutup mulutnya yang membulat.

•••








Ditulis, 26 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Where stories live. Discover now