Episode. 32

735 68 1
                                    


Pukul 17:45, adalah puncak dari mereka ber-5 berada di atas ketinggian sambil menikmati pemandangan matahari sore yang sangat memanjakan mata. Olla, Oniel, dan Flora tentu saja tidak sendirian. Mereka bertiga didampingi oleh para atlet yang memandu langsung parasut mereka agar tidak jatuh. Tentu saja mereka semua adalah wanita. Tidak mungkin Reva membiarkan teman-temannya disentuh oleh laki-laki meski mereka adalah orang kepercayaan papanya.

Karena mereka berpencar dan berada di atas hutan serta persawahan, alhasil suara Oniel dan Olla yang berteriak histeris jadi kecil kedengarannya. Flora sih anteng saja sambil ketawa-ketawa, terus videoin diri sendiri dan juga teman-temannya dari jauh. Tenang, kameranya nggak akan jatuh atau kelepasan, kok. Soalnya sudah disediakan tongkat dan alat yang aman gitu buat ngaitin kamera.

Sementara Reva dan Ashel cuma diam aja sambil merem nikmatin angin yang memporak porandakan rambut mereka. Untung posisi Reva tuh lebih tinggi dari tubuh Ashel. Jadi mukanya nggak kena tamparan dari rambut Ashel. Sekilas posisinya emang kayak Ashel lagi gendong Reva di belakang.

"WOH, ADA ELANG, DEL!!" seru Ashel berteriak melihat dua elang yang baru saja melintas di hadapan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"WOH, ADA ELANG, DEL!!" seru Ashel berteriak melihat dua elang yang baru saja melintas di hadapan mereka.

"WADUH, BAHAYA, SHEL. KITA MESTI PINDAH!!" sahut Reva dengan mengarahkan parasut lebih menjauh ke tengah hutan.

"ADEL, JANGAN JAUH-JAUH! NANTI SUSAH BALIKNYA!!" - Ashel.

"NGGAK BAKAL. LO TENANG AJA. INI MASIH MASUK AREA PARALAYANG, KOK. YANG PENTING NGGAK ADA BURUNG AJA SEKITAR KITA!" sahut Reva.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA!!" teriak Ashel pas Reva memberhentikan gerak pada parasutnya agar tidak terbang ke sana kemari, alias nge-stuck di satu titik saja.

"LUAPIN, CEL!!" serunya.

"MAMAAAAA!!! PAPAAAA!!! ASHEL SENANG BANGET SEKARAAAANG!!" Reva hanya menyimak dan menunggu kalimat apa selanjutnya yang ingin dikatakan oleh Ashel.

"MAMAAAAAA!! ASHEL PUNYA TEMAN BARU! DIA ANAKNYA RESE! JUDES! SUKA MARAH-MARAH! TAPI DIA BAIK, MA!"

Reva mendengus begitu sadar siapa teman yang dimaksud Ashel. Tapi dia tetap diam saja demi tidak merusak suasana hati Ashel sekarang.

"MAMAAAA!! PAPAAAAA!!! ABAAAAAANG!! ASHEL KANGEEEEENN!!" Dan sudah, Ashel pun yang tadinya sudah berusaha agar air matanya tidak keluar akhirnya jatuh juga. Ia pun menangis sampai Reva menepuk-nepuk pelan pundaknya. Sesekali ia juga mengusap rambut Ashel sekaligus ngebenerin yang padahal juga percuma.

"Kalian di mana sekarang? Kenapa nggak pernah pulang lagi?" Ashel tidak berteriak tapi samar-samar Reva bisa dengar. Dia sempat heran tapi sekali lagi tetap memilih untuk diam saja.

Selanjutnya, hanya suara desiran angin yang lebih mendominasi. Lambat laun, cahaya jingga dari arah barat semakin memancarkan kilau keemasannya. Sebentar lagi matahari senja akan tenggelam dengan semua ceritanya hari ini.

Untuk sebagian orang mungkin matahari senja begitu sangat menenangkan untuk sekedar dinikmati dan dikagumi. Tapi untuk sebagian orang lainnya, matahari senja adalah sebuah kenangan pahit maupun manis yang ingin mereka segerakan untuk berakhir, atau mungkin sedikit lebih lama lagi. Namun yang jelas, matahari senja kali ini adalah matahari senja yang begitu menenangkan untuk dua orang yang sedang menikmati cahaya jingganya dari ketinggian.

Ketiga temannya sudah pada melipir turun. Tapi tidak dengan Reva dan Ashel. Keduanya masih asik dengan pandangan dan kediaman mereka masing-masing. Entah kenapa keduanya merasakan kenyamanan dalam posisi itu. Ashel sudah berhenti menangis sejak 15 menit yang lalu. Ia senang karena Reva sama sekali tidak mengganggunya seperti berkata untuk jangan menangis ataupun berucap kata sabar. Entah kenapa Ashel akan merasa muak jika ada seseorang yang berkata seperti itu saat ia sedang menangis. Bukannya tidak suka, hanya saja itu sudah terlalu basi untuknya.

"NON! SEBENTAR LAGI LANGIT AKAN GELAP. SEGERALAH TURUN!" Kata suara dari HT yang ada di tali parasut.

"OK!" sahut Reva.

Reva menurunkam sedikit posisinya yang sedikit lebih tinggi agar sejajar dengan Ashel. Posisinya itu malah membuatnya seakan memeluk Ashel dari belakang.

"DEL, SUMPAH, YA. INI KALAU NGGAK LAGI DI ATAS, UDAH GUE TAMPAR LO KEK BEGINI. SUMPAH." ucap Ashel.

"Apaan, sih. Orang emang biasanya begini kalau naik paralayang. Lagian, masih mending begini kali, nggak hadep-hadepan. Kalau begitu mah makin tambah akward." kata Reva tanpa teriak. Karena dia tau suaranya pasti bakal kedengaran kok ke telinga Ashel. Soalnya dia bicara tepat sejengkal dari telinga Ashel.

"Eh, yang lain udah pada turun, ya!?" kata Ashel dengan celingukan.

"Iya, mereka udah melipir dari yang lo masih nangis tadi." - Reva.

"Hah? Kok, lo tau gue nangis? Kan, nggak keliatan." Ashel kaget.

"Nggak keliatan bukan berarti gua nggak denger ya, Shel. Jarak kita tadi cuma lo sepinggang gue aja. Tapi gimana? Udah puas belum nangis sama teriak teriaknya?" jawab dan tanya Reva.

"Hmm, gitu. Sebenarnya kalau dibilang puas, sih, nggak, ya. Tapi kalau lega mungkin iya. Soalnya biasanya gue sering begitu pas lagi dikamar doang terus pakai muka ditutup bantal aja." cerita Ashel.

"Ih, itu mah makin tambah sesek kali, Cel."

"Iya, emang. Tapi thanks, ya, Del. Udah bawa gue ke sini."

"Sama-sama."

"Next time, kalau gue udah siap. Gue kenalin deh lo sama orangtua gue." kata Ashel.

"Tapi kan kata lo...." Reva sengaja menggantung kalimatnya. Dia bingung harus dengan kalimat seperti apa ia harus menjelaskan apa yang ingin dia tanyakan.

"Papa, mama, sama abang gue tenggelam di laut. Sampai sekarang jasad mereka nggak pernah ditemuin. Makanya tadi gue teriak kek gitu. Tapi gue udah ikhlas kok kalau mereka emang udah nggak ada lagi. Soalnya udah hampir 10 tahun lebih juga kejadiannya." katanya menjelaskan.

Reva merangkul Ashel sambil menepuk pelan kepalanya. Ia pun juga mencondongkan kepalanya ke depan agar Ashel dapat melihatnya. Kemudian berucap, "Jangan pernah merasa sendirian, ya. Mulai sekarang. Gue akan jadi sahabat yang akan terus ada buat lo. Yah, walaupun gue atau lo kelakuannya menyebalkan. Tapi, gue janji. Gue akan selalu ada buat lo kapanpun lo butuhin gue." katanya dengan serius.

Ashel yang mendengar itu langsung dibuat merinding. Reva menyadari hal itu karena dia bisa lihat sendiri bagaimana bulu kuduk di leher Ashel langsung berdiri.

"Ih, lo diam aja nyebelin, ya, Shel." katanya lagi.

"Hahahaha!!" Ashel hanya tertawa menanggapinya.

"Yaudah, kita turun sekarang, yak. Lampu sorotnya nyebelin banget, tuh." kata Reva begitu sadar dengan lampu sorot yang diarahkan padanya. Itu pertanda kalau terbang lebih lama lagi medan untuk mendarat bisa lebih membahayakan.

"Oke!"

•••












Ditulis, 12 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang