part 10

44.9K 2.8K 22
                                    

Hari telah menjelang siang saat Nela beserta Gibran dan keluarganya telah sampai di bandara Ngurah Rai Bali. Mereka kini telah di jemput oleh seorang supir taksi yang telah dipesan melalui sebuah aplikasi.

Ditengah perjalanan pun mereka sempatkan untuk berhenti di rumah makan yang menjual makanan khas daerah tersebut. Kini mereka telah sampai di salah satu villa yang dimiliki oleh Papa Gibran.

Mereka turun dari taksi, dan mengambil koper yang ada di bagasi dibantu oleh supir taksi tersebut. Setelahnya Gibran membayar ongkos taksi.

Nela mengamati villa dengan desain modern serta dihiasi oleh tanaman hias di beberapa tempat. Terlihat sangat rapi dan terawat. Pandangan Nela tertuju pada salah satu spot yang akan bagus jika digunakan untuk foto, mengisi feed instagramnya.

Nela menarik tangan Gibran untuk menuju tempat yang mencuri perhatiannya itu. Tiba disana, Nela menyerahkan handphonenya pada Gibran. Dengan kening berkerut Gibran mengambil handphone yang Nela berikan.

"Foto in aku dong." Pinta Nela dengan menampilkan pupy eyes. Gibran mengangguk dan didepan sana Nela sudah bergaya siap untuk dipotret. Setelah melakukan banyak gaya, Gibran menyerahkan kembali handphone Nela. Nela tersenyum melihat hasil foto yang Gibran ambil. Ternyata lumayan bagus juga, Nela tentu saja senang. Sebagai selebgram dirinya tentu harus selalu update agar para followernya tidak bosan dan berakhir meninggalkan dirinya.

"Kamu foto sama Nela sana, Mama fotoin." Tante Risma mendorong Gibran hingga berdiri disamping Nela. Awalnya Nela merasa terkejut, tapi dengan cepat dia mengendalikan dirinya.

"Gibran senyum, jangan kaku gitu." Protes Tante Risma melihat pose Gibran yang hanya terdiam kaku disamping Nela.

"Nela ajarin Gibran pose dong, biar fotonya bagus. Nanti Tante mau buat story di akun Tante." Nela terkekeh, memaklumi jika Tante Risma seperti ibu-ibu rempong lainnya.

Nela meraih tangan Gibran dan menaruhnya di pinggang. Kedua tangan Nela bergelayut di leher Gibran. Mereka berdua saling bertatapan dan Tante Risma pun memotret mereka berdua.

"Nah ini bagus." Tante Risma menilai foto-foto ya diambilnya. Melihat satu persatu dan memilah foto mana yang akan dipajang di media sosialnya.

"Gibran fotoin Mama dong sama Nela." Tante Risma menyerahkan handphone yang dipegangnya pada Gibran. Dengan malas Gibran menerimanya. Kedua perempuan itu asik berpose di depan sana, Gibran hanya bertugas memotret saja.

"Papa ayo sini." Ajak Tante Risma yang melihat suaminya hanya diam memperhatikan mereka berdua.

"Sudah banyak Ma fotonya, Gibran capek mau istirahat." Protes Gibran karena sesi berfoto itu tidak kunjung selesai.

"Ih kamu nih kalau Mama minta tolong selalu aja alasan. Sebentar dulu, ayo cepat fotoin kita." Tante Risma malah menggerutu pada Gibran. Menghela nafas lelah, Gibran pun mulai memotret mereka bertiga. Sebenarnya siapa yang mereka anggap anak kandungnya? Mungkin Mamanya itu mengajak Gibran hanya untuk menjadi fotografer saja. Gibran pasrah saja menerima pekerjaan barunya selama liburan ini.

"Udah Ma, Nela kelihatan capek itu." Gibran menyerahkan handphone Mamanya. Agar Mamanya tidak protes lagi, Gibran menggandeng tangan Nela, berjalan memasuki villa sembari menyeret koper Nela.

Karena sudah ditinggal oleh kedua anak muda itu, akhirnya Tante Risma pun menyusul dengan suaminya. Sesampainya didalam, Gibran mengajak Nela untuk duduk di sofa yang tersedia tak lama Tante Risma dan suaminya ikut bergabung.

"Oh iya, ini kunci kamarnya." Tante Risma memberikan dua kunci, untuk Nela juga Gibran.

"Nela sama Gibran tidur di lantai atas aja ya. Mama sama Papa kadang capek kalau harus naik turun tangga."

"Iya Tante gak apa." Nela menunjukkan senyumnya.

"Kamar kalian sebelahan. Awas Gibran jangan macam-macam. Nela kalau mau tidur kamarnya kunci ya takut Gibran masuk diam-diam." Peringatan sang kepala keluarga, Papa Gibran. Menatap Gibran tajam agar sang anak tidak berani macam-macam.

"Papa pikir Gibran berani macam-macam?" Kesal Gibran karena Papanya ini seakan menuduhnya. Padahal selama ini Gibran, selalu berhubungan dengan sehat.

"Ya kan Papa juga laki-laki."

"Terserah Papa lah." Gibran berdecak. Papanya ini kenapa sih. Tapi baguslah jika papanya menasehati, berarti Papa sangat menyayangi anak dan calon mantunya itu. Sebenarnya yang Papa Gibran katakan ada benarnya, Gibran tentu pernah tergoda pada Nela. Apalagi saat malam mereka bertengkar itu, tapi untungnya Gibran masih bisa mengendalikan diri.

Gibran dan Nela berjalan menuju lantai dua, menuju kamar mereka masing-masing.

"Disini dekat sama pantai Mas?" Nela memecah keheningan.

"Ada tapi tidak terlalu dekat."

"Nanti sore aku mau lihat sunset ah. Mas mau ikut?" Nela mengajak Gibran. Semenjak malam itu, Nela memang sudah memantapkan diri akan lebih bersikap lembut pada Gibran.

"Kalau kamu mau, nanti saya ikut."

"Beneran ya?" Nela ragu dengan jawaban Gibran

"Iya. Udah sana masuk." Gibran menyerahkan koper yang dibawanya pada Nela. Sebenarnya, Gibran ini heran dengan tunangannya. Mereka hanya akan berlibur selama 3 hari tapi Nela membawa koper yang terlihat penuh itu. Gibran saja hanya membawa ransel karena itu sudah cukup untuk menampung pakaian nya selama 3 hari. Apa wanita memang seribet ini? Hah sudah lah, Nela kan selebgram siapa tau dia membawa barang untuk di endorse juga.

* * *

Nela dan Gibran kini sudah bersiap untuk pergi ke pantai. Mereka juga sempat mengajak Mama dan Papa Gibran, tapi kedua orang tua tersebut menolaknya karena masih capek katanya. Akhirnya Nela dan Gibran kini hanya akan pergi berdua saja, dan Gibran menyarankan agar menaiki motor agar cepat sampai.

Nela menikmati angin yang berhembus saat mereka menaiki motor, di Jakarta dia jarang sekali naik motor seperti ini. Karena biasanya kemana-mana selalu ada Laudi yang akan mengantarkannya menggunakan mobil. Nela juga tidak tau cara mengendarai motor.

Nela sempat bingung tadi dari mana Gibran menemukan motor itu, dan ternyata motor ini dapat pinjam dari salah satu penjaga yang biasa mengurus villa keluarga Gibran. Dan yang kalian harus tau, ini adalah motor keluaran terbaru yang sedang hits digunakan pemuda jaman sekarang.

Nela mengaitkan tangannya memeluk Gibran. Saat mengendarai motor seperti ini entah mengapa ketampanan Gibran bertambah dua kali lipat di mata Nela. Duh kan bisa-bisa Nela meleyot sekarang.

"Mas gaji penjaga villa sebenarnya berapa sih?" Nela benar-benar kurang kerjaan hingga menanyakan hal tersebut.

"Kenapa memangnya?"

"Gak apa aku penasaran aja."

"Saya tidak tau, selama ini Papa yang gaji mereka."

"Ih pasti gede ya gajinya sampai bisa beli motor kayak gini."

"Kamu mau jadi penjaga villa juga?" Nela mencubit pinggang Gibran gemas.

"Masss." Nela menjerit saat motor yang mereka naiki sedikit oleng. Ya bagaimana tidak oleng kalau Nela tiba-tiba saja mencubitnya dan membuat Gibran terkejut. Nela semakin mengeratkan tangannya pada Gibran. Wajahnya Nela tenggelamkan pada leher Gibran.

Hembusan nafas Nela menerpa leher Gibran. Gibran menahan nafas beberapa detik. Bersyukur karena Nela segera menjauhkan wajahnya dari leher Gibran.

"Hati-hati dong Mas, nanti kalau jatuh gimana." Omel Nela.

"Ya kamu main cubit cubit saja, saya kan kaget jadinya." Nela manyun. Ya memang sih apa yang dikatakan Gibran benar, tapi kan sebagai wanita Nela tidak suka jika disalahkan, walau sebenarnya dia juga salah.

To be continued

Hayo siapa nih yang nungguin moment Nela sama Gibran?

Kasih saran dong buat cerita ini.

Tetap semangat ya vote biar aku lebih semangat juga buat updatenya.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang