part 34

30K 2.3K 33
                                    

Akhirnya bisa update lagi.

Dari kemarin yang nanyain terus, aku baru sempat revisi sekarang ya jadi maaf banget updatenya lama.

Semoga kalian gak bosen bosen deh nungguin aku update. Solusi buat kalian yang gabut nungguin aku update, coba baca cerita ku yang lain deh siapa tau ada yang nyantol.

Happy reading guys and see you again.

"Mas kalau mau kerja gak papa, lagian aku udah baikan kok." Ujar Nela karena melihat Gibran yang sedari tadi sibuk berkutat dengan ponsel dalam genggamannya.

"Saya sudah izin." Nela mengangguk, di dalam hatinya kini telah tumbuh bunga-bunga bermekaran. Dia tidak menyangka Gibran bahkan sampai harus izin kerja untuk menjaganya yang sedang sakit ini. Siapa sih yang tidak baper jika mendapat perlakuan seperti ini.

"Makasih ya Mas." Nela berterimakasih atas ketulusan Gibran yang sudah merawatnya. Gibran hanya balas dengan berdeham.

"Tante mana Mas?" Tanya Nela karena sudah cukup lama Tante Risma keluar dan tidak kembali lagi.

"Mama sudah pergi. Ada arisan sama temannya, nanti sore baru kesini lagi." Nela mengangguk. Mungkin Tante Risma tidak sempat berpamitan saat dia sedang berada dikamar mandi. Ya sudah lah tidak masalah, lagipula nanti sore Tante Risma juga akan kembali lagi.

"Saya ke toilet sebentar." Gibran memberitahu, lalu setelahnya dia masuk kedalam kamar mandi yang berada didalam kamar Nela.

Nela meraih handphone yang berada di atas nakas. Jika diam saja seperti ini pastilah akan sangat membosankan. Kebetulan sekali Nela ada satu film yang diinginkan di tontonnya. Nela mengarahkan jarinya untuk mengklik salah satu aplikasi yang biasa digunakan untuk menonton film.

Setelah menemukan film yang diinginkannya, Nela segera menonton melalui handphone. Sebenarnya kurang puas jika hanya menonton dilayar handphone. Biasanya Nela menghubungkannya ke televisi. Berhubung di kamarnya tidak tersedia televisi jadilah Nela harus menonton menggunakan handphone saja.

"Ngapain?" Tanya Gibran setelah keluar dari kamar mandi. Nela menjeda sejenak film yang sudah berjalan sekitar satu menitan itu. Mengamati penampilan Gibran yang sudah terlihat berbeda, entah kemana perginya kemeja yang sebelumnya dipakai oleh Gibran kini sudah berganti dengan kaos hitam yang membuatnya terlihat lebih tampan.

"Mau nonton film Mas, bosen. Mas kalau mau pulang juga gak papa kok." Nela menawarkan, dia juga mengerti Gibran juga pasti lelah.

Bukannya menyetujui, Gibran malah mendekat kearah Nela lalu bergabung dengannya diatas ranjang. Eitsss, kalian jangan salah sangka dulu.

Gibran mengambil alih handphone yang dipegang oleh Nela, setelah dirasa posisi keduanya nyaman Gibran kembali mem-play film di layar. Nela cengo mendapat perlakukan seperti itu, tapi tak ayal dia juga merasa senang. Nela pun kembali fokus pada film di handphonenya.

Gibran menyelipkan tangannya di pinggang Nela, sang empu tidak merasa terganggu sama sekali. Diperhatikannya wajah yang sekarang sudah tidak pucat lagi. Lama mereka bertahan dengan posisi seperti itu, hingga Nela menggeliat.

"Sambil tidur saja." Gibran membaringkan tubuhnya lebih dulu, lalu disusul oleh Nela. Tangan Gibran masih senantiasa menjadi penyangga handphone Nela sebelahnya lagi masih sama, bertengger dengan manis di pinggang ramping Nela.

Nela merebahkan dirinya disamping Gibran, tidak ada jarak yang memisahkan mereka. Nela meletakkan tangannya diatas dada bidang Gibran, sesekali bahkan mengelusnya sedangkan netranya masih fokus pada layar handphone.

Gibran berusaha keras untuk mengendalikan diri, elusan tangan Nela terasa sangat lembut dan membuat ketagihan. Tapi Gibran sadar bahwa mereka tidak boleh sampai melewati batas. Berdoa saja semoga Gibran masih bisa mengontrol dirinya.

Film sudah menunjukkan bagian akhirnya, tidak terasa bahwa Gibran juga diam-diam menikmati film itu. Gibran menoleh kearah Nela, barang kali ingin menonton film lainnya. Tapi lihatlah, Nela bahkan sudah memejamkan mata dengan nafas yang teratur. Gibran menghela nafas, jadi sejak tadi dia asik menonton sendirian? Tapi tidak apalah.

Gibran menaruh handphone Nela dinakas tanpa perlu bangun, setelahnya Gibran mengubah posisinya menjadi menghadap Nela. Nela menggeliat berusaha menyesuaikan posisi. Gibran meletakkan wajah Nela untuk bersandar didada bidangnya, kedua tangan Nela bahkan dengan nyaman sudah menjadikan Gibran sebagai pengganti guling. Posisi sudah nyaman, Gibranpun menyusul Nela menuju alam mimpi. Mudah-mudahan saja Tante Risma tidak tiba-tiba datang dan menciduk mereka berdua, jika tidak mereka bisa langsung dinikahkan saat itu juga.

***

Nela mengerjap, tidurnya kali ini terasa sangat nyenyak dan damai sekali. Saat membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah dada bidang seorang pria. Nela telonjak, dia langsung bangun dari baringannya. Berusaha mencerna kejadian yang terjadi, Nela mengingat kejadian sebelumnya. Segera Nela mengecek pakaian yang digunakannya juga milik Gibran. Nela menghela nafas setelah melihat pakaian miliknya dan Gibran masih lengkap, tidak kurang apapun. Itu tandanya mereka hanya tidur kan, tidak melakukan hal aneh.

Karena ranjang yang tiba-tiba bergerak ekstrim, membuat Gibran terusik. Apalagi yang dipeluknya tiba-tiba bergerak begitu saja membuat Gibran keget dan akhirnya terbangun. Gibran masih mengerjap, berusaha menormalkan penglihatannya yang masih buram.

Nela mengamati Gibran yang terbangun dengan muka bantalnya. Duh kenapa malah tambah ganteng sih tunangannya ini? Nela kan jadi ingin melihat pemandangan ini setiap hari.

"Kenapa?" Tanya Gibran yang merasa diperhatikan oleh Nela. Nela mengerjap dan menormalkan ekspresinya lagi.

"Gak papa."

"Tadi kamu ketiduran." Gibran memberitahu, Nela hanya mengangguk. Ya memang benar sih jika Nela yang ketiduran, tapi kenapa Gibran malah ikut tidur juga? Diatas ranjang yang sama dan berpelukan pula. Meskipun bukan pertama mereka seperti ini, tapi kan tetap saja Nela malu.

"Cuci muka." Gibran beranjak dari ranjang memasuki kamar mandi diikuti Nela dibelakangnya.

Setelah selesai mencuci muka, kini Nela dan Gibran keluar dari kamar karena keduanya sama-sama sumpek jika berada dalam kamar seharian.

Gibran melirik jam di handphonenya dan ternyata sudah memasuki jam makan siang. Segera Gibran menuju dapur dan mengecek kira-kira apa saja bahan-bahan yang ada di kulkas Nela.

Gibran mengeluarkan telur dan juga beberapa sayur untuk dimasaknya. Tidak lupa juga sebelum itu Gibran menanak nasi agar nanti setelah dia selesai masak lauknya, mereka berdua bisa langsung makan.

"Duduk." Titah Gibran saat melihat Nela hendak membantunya memasak. Tidak ingin membantah, Nela menuruti perintah Gibran. Diamatinya Gibran yang dengan cekatan mengolah bahan-bahan itu.

Kenapa sih Gibran terlihat sempurna dari segala sisi? Apa sih yang tidak bisa Gibran lakukan. Nela kan jadi tambah jatuh cinta jika terus seperti ini.

Saking asiknya mengamati Gibran Nela sampai tidak sadar bahwa waktu berlalu lama, dan masakan Gibran kini telah siap untuk disantap. Gibran membawa satu piring nasi menuju Nela. Anehnya nasi disana terlihat sangat penuh. Apa Gibran berniat memberi Nela makan sebanyak itu? Tidak, Nela tidak akan bisa menghabiskannya.

"Kebanyakan mas. Aku gak bakal habis." Nela melontarkan protesnya. Apalagi kondisinya yang masih agak tidak se sehat biasanya membuat nafsu makannya berkurang.

"Sepiring berdua." Nela mematung, sungguh tidak terbesit pikiran seperti itu sama sekali dalam otaknya. Tapi rasa senang tentu tidak dapat terelakkan.

Gibran menyuapkan makanan pada Nela yang diterima dengan lahap, lalu setelahnya dia menyuap pada dirinya sendiri. Begitu terus hingga makanan dalam piring kini sudah habis tak bersisa.

TBC

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang