part 17

33.2K 1.9K 36
                                    

Waktu makan siang hampir berakhir, Gibran memilih mengantar Nela ke studio tempat dia melakukan pemotretan dengan Kevin. Kini Gibran, Nela dan juga Bagas sudah berada didalam mobil yang sama. Dengan Gibran yang menyetir dan Bagas duduk di bangku belakang.

Sempat Nela tawarkan lebih baik Bagas yang duduk disamping Gibran saja, tapi Bagas menolaknya katanya Nela lebih cocok disana.

"Selesai jam berapa pemotretan nya?" Tanya Gibran tanpa menoleh kearah Nela, tetap fokus mengamati jalanan didepannya.

"Kayaknya sih masih dua jam lagi. Kenapa mas?"

"Tidak apa." Nela mengangguk. Setelahnya pembicara mereka berakhir di sana. Bagas yang mengamati dari tempatnya, menggelengkan kepala terhadap Gibran. Sungguh laki-laki dingin.

"Maksud Gibran itu kamu jangan sampai kelelahan, takut sakit." Celetuk Bagas dari belakang. Nela menoleh kearah Bagas yang balik menatapnya.

"Gibran itu emang gitu orangnya, gengsi dia tuh mau memperlihatkan kalau sebenarnya dia tuh care." Nela beralih menatap Gibran yang sama sekali tidak akan membantah ucapan Bagas. Nela menahan senyumnya agar tidak terlihat kentara sekali bahwa dia sedang salah tingkah saat ini. Ditempatnya Gibran menatap tajam Bagas melalui kaca depan yang memperlihatkan wajah Bagas yang terlihat puas karena berhasil menjahili Gibran.

Mobil berhenti di depan studio, Nela mengambil tasnya untuk diselempangkan. Lalu berpamitan pada dua manusia didalamnya. Setelah turun dari mobil, Nela melambaikan tangannya pada Gibran yang tengah memperhatikannya dari dalam.

Bagas sudah berpindah tempat duduk ke depan, karena Gibran protes jika Bagas tetap dibelakang. Katanya dia terlihat seperti supir.

"Bye Nela, jangan lupa sekali-kali mampir ke kantor bawain Gibran makan siang juga tidak apa-apa." Ucap Bagas sembari balas melambaikan tangan pada Nela. Ditempatnya, Nela melemparkan senyum pada Bagas yang terlihat sangat supel sekali.

Mobil Gibran berlalu dari studio, didalamnya Bagas tengah menatap Gibran penuh penasaran. Selama ini Gibran tidak pernah sekalipun bercerita tentang tunangan, yang Bagas dan teman-teman lainnya tau satu-satunya perempuan yang tengah digosipkan dekat dengan Gibran yaitu Dina bukan lainnya. Bahkan Dina sampai saat ini masih sering sekali berkunjung ke kantor tempat mereka bekerja hanya untuk mengajak Gibran makan siang ataupun dinner bersama. Lalu tiba-tiba saja Nela datang dan Gibran memperkenalkannya sebagai tunangan. Tentu saja itu sangat membuatnya terkejut.

"Jadi gimana hubungan Lo sama Dina?" Bagas menyelidik, tatapannya sangat berbeda dengan yang tadi. Kali ini Bagas terlihat lebih serius.

"Cuma teman aja." Jawab Gibran cuek.

"Cuma temen Lo bilang?" Bagas menatap tajam pada Gibran yang sama sekali tidak terpengaruh dengan pertanyaannya.

"Gak ada temen yang sering datang ke kantor cuma buat ngajak makan bareng apalagi sampai dinner gitu."

"Inget Bran, meskipun Dina juga teman Gue tapi kalau keadaannya kayak gini gak bakal gue dukung hubungan kalian. Lo udah punya tunangan Bran, dan dari yang Gue liat dia cinta sama Lo." Bagas mengacungkan telunjuknya pada Gibran, peringatannya kali ini tidak main-main. Ini menyangkut hidup seseorang.

"Gue sama Nela dijodohin."

"Gak peduli, mau Lo dijodohin kek intinya sekarang Lo udah tunangan dan hal itu bukan sesuatu yang bisa Lo buat main-main, dan satu hal yang wajib Lo jaga, perasaan Nela."

"Gak semudah itu lupain Dina, Gas."

"Sebagai cowok harusnya Lo tegas Bran. Kalau emang Lo masih cinta sama Dina ngapain Lo terima perjodohan ini. Kasihan Nela Bran, Lo gak liat gimana tatapan berbinar dia waktu natap Lo tadi."

"Gue lagi berusaha mencintai Nela." Mendengar jawaban Gibran, Bagas sontak berdecak. Bagas sungguh tidak mengira bahwa Gibran se brengsek ini.

* * *

Saat memasuki studio tempatnya bekerja, Nela tidak bisa menghentikan senyumnya. Bahkan beberapa orang yang berpapasan dengannya pun merasa bingung.

"Kenapa apa Lo senyum-senyum gak jelas gitu?" Sindir Laudi, senyuman Nela sangat menyilaukan bagi Laudi. Apalagi jika senyumnya tidak berkesudahan seperti sekarang ini, pasti ada sesuatu yang membuat mood Nela melonjak naik begini.

"Tadi Gue ketemu sama Gibran dong." Ucap Nela sambil melompat-lompat kecil. Terlihat kekanak-kanakan sekali dimata Laudi.

"Ya terus kenapa? Bukannya baru tadi malem kalian ketemu?"

"Ih beda tau. Tadi tuh gak sengaja ketemu di restoran Jepang gitu, Gibran lagi makan sama temennya terus gue samperin deh dan Gibran ngenalin Gue ke temannya."

"Bukannya Lo makan sama Kevin ya?"

"Iya, tapi gue cabut duluan buat nyamperin Gibran terus Gue ngobrol deh sama Gibran dan temannya juga. Habis itu gue dianterin deh kesiniya."

"Ih parah Lo Nel, masa Kevin di tinggal gitu aja sih. Awas loh dia sakit hati."

"Masa sih Kevin sakit hati?" Nela memperlihatkan raut wajah bersalahnya. Tadi dia tidak kepikiran sampai sana.

"Ih Kevin udah datang belum? Gue mau minta maaf nih."

"Kayaknya sih belum. Udah sini duduk dulu." Laudi menarik tangan Nela agar duduk disampingnya.

"Eh btw gimana reaksi Gibran pas liat Lo sama Kevin?" Laudi menumpukan dagunya disalah satu tangan. Bersiap mendengar cerita Nela yang kelihatannya cukup menarik.

"Gak tau ya, yang gue liat Gibran tetap datar-datar aja tuh mukanya."

"Masih gitu sih? Harusnya kan dia cemburu gitu secara calon bini nya keciduk lagi berduaan sama cowok lain." Nela menatap Laudi kesal. Dengan ringan tangannya menggeplak paha Laudi, meskipun tidak sakit.

"Enak aja keciduk. Emang Gue selingkuh apa."

"Maaf Gue kan bercanda." Laudi nyengir tanpa dosa. Nela yang mendengarnya merasa kesal. Laudi ini memang agak-agak orangnya.

"Dilihat dari reaksi Lo ini, kayaknya gak lama lagi gue bakal dapat undangan nih." Laudi menampilkan senyum misteriusnya.

"Undangan apa?" Bingung Nela yang tidak bisa mencerna maksud tersembunyi Laudi.

"Pernikahan lah apalagi."

"Siapa yang nikah?" Dalam hati Laudi beristighfar karena sahabatnya ini sangat lah lelet otaknya.

"Lo Nelaaaa." Gemas Laudi, bahkan kini kedua tangannya sudah menarik pipi Nela yang terlihat kenyal bak squishy. Jangan salah meski badan Nela ramping begini tapi pipinya itu chubby, ya meskipun hanya sedikit tapi karena itu Nela terlihat menarik dan imut saat seseorang menatapnya.

"Ih Lo Mah." Nela merajuk karena baru saja dia melupakan tentang itu sejenak malah diingatkan lagi oleh Laudi.

Nela akui dia merasa senang jika bersama Gibran, tapi kan belum siap untuk menikah. Apalagi Gibran belum jelas sudah cinta atau tidak. Hubungan dengan mantannya saja Nela belum tau bagaimana kelanjutannya. Apakah sudah benar-benar berakhir atau masih ada cerita di antara mereka. Gila saja jika Nela langsung menerima ajakan nikahnya, jika Gibran masih gagal move on dari mantannya, bisa makan hati Nela setiap hari.

TBC

Balik lagi. Doain ya semoga mood aku bagus terus dan revisinya makin lancar biar cepat updatenya.

Sembari nunggu update mending kalian baca juga cerita aku yang lainnya deh, tetap gak lupa promosi ya. Hehehe, terimakasih buat kalian yang udah selalu support.

Btw, jangan lupa vote.

Selebgram in loveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora