part 26

31.5K 1.8K 16
                                    

Laudi masih saja menatap Nela dengan sinis. Beberapa menit lalu Gibran sudah pamit untuk pulang padahal kan Nela masih ingin lebih lama lagi dengan Gibran, memang dasar Laudi ini menggangu saja.

"Kenapa Lo tiba-tiba dateng?" Karena tidak tahan hanya ditatap saja tanpa mengeluarkan suara, akhirnya Nela memilih untuk bertanya maksud kedatangan Laudi. Nela sudah seperti tersangka saja yang sedang diselidiki oleh polisi.

"Terserah gue lah. Udah berapa Lo sama doi begituan?" Nela berdecak mendengar jawaban Laudi yang malah membuatnya kesal. Seenak jidat Laudi jawab terserah, yang ada tuh seharusnya kalau mau bertamu harus ketuk pintu dulu kek, jangan ujug-ujug langsung masuk dan memergoki tuan rumah yang sedang tertidur pulas itu.

"Jidat lo terserah. Yang Lo datengin tuh tempat gue." Nela menoyor kening Laudi dengan tangannya. Laudi yang tidak terima balas menggeplak lengan Nela.

"Udah cepetan sana siap-siap Lo, bentar lagi meeting."

"Kok Lo bilang dadakan gini sih." Nela sebal. Tidak taukah Laudi untuk siap-siap itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Nela harus berpenampilan maksimal agar dapat menarik client untuk bekerjasama dengannya.

"Lo sih keasikan peluk-peluk sampai gak sadar tuh handphone udah berdering berapa kali." Laudi mencibir.

"Gak tau, handphone gue ketinggalan di kamar." Memang benar yang diucapkan Nela, jadi wajarkan kalau Nela tidak mendengarnya. Nela kukuh ini tetap salah Laudi, suruh siapa dadakan begini.

"Gak bisa ditunda aja ya meeting nya?" Nela sekarang sedang malas untuk pergi kemanapun, karena seperti yang sudah kalian ketahui bahwa Nela masih lelah belum lagi ada beberapa endorse yang belum Nela kerjakan.

"Mau gue sebarin foto Lo yang tadi?" Ancam Laudi, sudah susah payah Laudi bernego dengan client mereka tapi Nela malah seenak jidat mau menunda meeting. Yang ada nanti malah berakhir kerjasama ini dan nama Nela yang dicap jelek karena tidak profesional.

"Lo mah mainnya ngancem gitu. Gak seru ah." Tidak punya pilihan lain, akhirnya Nela bergegas menuju kamarnya. Beruntung karena dia sudah mandi tadi sehingga bisa mempersingkat waktu.

* * *

Sepulang dari apartemen Nela, Gibran langsung masuk ke kamarnya merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bisa-bisanya dia malah ketiduran seperti tadi. Kenapa Gibran begitu teledor?

Gibran merogah sakunya, mencari keberadaan handphone tapi tidak ada. Gibran lantas turun kembali pada mobil yang dipakai nya tadi. Mencari kesegala sudut, tapi tetap saja tidak menemukannya. Setelah dipikir-pikir mungkin saja kan jika handphone itu terjatuh di apartemen Nela saat mereka sedang tidur tadi. Gibran menghela nafas kasar, untuk yang kedua kalinya di hari yang sama dia merasa sangat teledor.

Dengan langkah yang sempoyongan, Gibran mencari keberadaan mamanya untuk menelepon Nela, memastikan bahwa memang handphonenya ketinggalan disana atau tidak.

"Ma pinjam handphone sebentar." Ucap Gibran menemukan Mamanya yang asik dengan obrolan di grup arisan para ibu-ibu yang diikutinya.

"Buat apa?" Mama Gibran masih fokus membalas pesan yang masuk dari ibu-ibu itu. Kadang Gibran merasa heran apa sih yang diobrolkan para wanita itu sampai-sampai kadang mamanya lupa waktu jika sudah berkecimpung dengan handphonenya itu.

"Telepon Nela Ma, handphone Gibran kayaknya ketinggalan di apartemen Nela." Sontak saja, sedetik setelah Gibran mengatakan hal itu, mamanya langsung memutar kepala untuk melihatnya.

"Kamu ke apart Nela?" Gibran mengangguk menanggapinya.

"Kok Mama gak diajak sih padahal kan mama pengen juga kesana." Gibran malah mendapat omelan dari mamanya.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang