part 31

32.4K 2.2K 50
                                    

"Nanti malam mau ikut?" Sekarang Gibran dan Nela sedang dalam perjalanan pulang.

"Kemana?" Tanya Nela. Biasanya Gibran jika ingin mengajaknya ke suatu tempat tidak perlu tanya seperti ini dulu.

"Arisan dirumah Tante Ani." Nela sampai lupa tentang hal ini. Masih ingatkan jika keluarga besar Gibran memang kerapkali mengadakan Arisan setiap bulannya. Tidak tepat disebut sebagai arisan sih, karena acara itu hanya untuk kumpul keluarga saja sekadar mempererat tali silaturahmi agar tidak terputus nantinya.

Tidak langsung menjawabnya, Nela tampak berfikir sejenak. Jika dia ikut maka harus siap dengan resiko akan ke julid-an yang diterimanya. Tapi sekarang kan sudah berbeda kondisinya, Gibran sudah mulai serius dengan Nela. Jadi tidak masalah kan jika Nela mengiyakan.

"Boleh. Jam berapa mau berangkatnya?"

"Jam 7 saja. Nanti tidak perlu lama-lama disana." Nela mengangguk. Tentu saja dia sangat setuju, dia juga tidak ingin berlama-lama dirumah Tante julid satu itu. Sepertinya Gibran sudah mulai peka bahwa Nela kadang merasa tidak nyaman berada dekat dengan Tante Ani.

Gibran menghentikan mobilnya didepan lobby apartemen Nela. Nela mengambil tasnya dan memeriksa barang, takutnya ada yang tertinggal.

"Mau mampir Mas?" Nela menawarkan, tapi ditolak oleh Gibran. Masih terekam jelas kejadian saat terakhir dia mampir di apartemen Nela dan Gibran masih perlu untuk mengontrol diri, takutnya malah dia kebablasan.

"Ya udah. Hati-hati, jangan ngebut." Seperti biasa, itu sudah menjadi rutinitas Nela saat Gibran mengantarnya pulang. Gibran tidak masalah, karena dia menyukai perhatian dari Nela itu. Serasa sudah beristri saja jika setiap hari seperti ini. Cuma bedanya mereka masih belum satu rumah saja.

Nela keluar dari mobil Gibran, menunggu sejenak hingga mobil Gibran keluar dari area apartemennya. Sepertinya Nela sudah harus mempersiapkan apa yang akan dilakukannya nanti untuk datang kerumah Tante Ani. Nela ingin menunjukkan bahwa dia lebih dari pada Dina, dan Nela lebih pantas jika bersanding dengan Gibran. Nela sepertinya sudah punya dendam tersendiri dengan Tante Gibran satu itu.

Sesampainya di unit, Nela langsung menuju kamar. Nela langsung membuka lemari dan mencari baju nya yang memang khusus digunakan untuk acara tertentu. Nela meneliti satu persatu dress yang dimilikinya. Cukup lama Nela mencari, hingga pada akhirnya pilihan dia tertuju pada sebuah dress simple tapi akan membuat kesan elegan pada siapa yang memakainya. Nela sudah dapat membayangkan betapa memukaunya dia nanti.

Urusan baju sudah beres. Sekarang Nela harus segera mandi, saking sibuknya untuk membangun image di depan Tante Ani, Nela sampai lupa bahwa dia harus segera mandi. Setelah mengambil handuk dalam lemari, Nela bergegas menuju kamar mandi. Disana Nela melakukan berbagai perawatan untuk menunjang penampilannya nanti malam.

Badan sudah segar kembali, kini saatnya Nela mengerjakan berbagai endorse untuk hari ini. Nela mengambil barang yang harus di endorse nya lalu mengecek sebentar. Setelah beres, baru lah Nela mengambil handphone dan mulai mengerjakan pekerjaan yang telah menjadi rutinitasnya ini.

Tidak terasa hari kini telah berubah menjadi sore dan Nela baru saja selesai mengurus pekerjannya. Sebentar lagi jam akan menunjukkan pukul enam sore, Sud saatnya Nela bersiap. Dia tentu harus menyapukan make up tipis di wajahnya.

Nela kini telah selesai mandi, dia langsung duduk di meja rias dan mengenakan make-up natural di wajahnya. Merasa sudah sempurna, Nela segera meraih dress yang sudah dipilihnya tadi. Nela memakainya, lalu mengambil sebuah heels dan tas berwarna senada. Hanya tinggal rambut saja yang menurut Nela kurang, jika dibiarkan tergerai begitu saja akan terlihat biasa saja dan sama sekali tidak berkesan. Nela berpikir sejenak, kira-kira akan diapakan rambutmu malam ini.

Selebgram in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang