part 28

31K 1.9K 27
                                    

Nela kini sedang berada di dalam kelas tapi dia tidak bisa fokus menerima materi yang tengah dosen jelaskan. Entah mengapa sejak pagi kepalanya terasa nyut-nyutan, perutnya pun seperti tengah dililit sesuatu, sakit sekali. Seingatnya Nela tidak makan sembarangan akhir-akhir ini.

Nela lupa bahwa pagi ini dia tidak sempat sarapan karena bangun terlalu siang. Apa mungkin itu salah satu penyebab dirinya sakit? Tenang, Sebentar lagi kelas akan segera berakhir. Nela masih kuat jika harus menahan sakitnya.

Setelah dosen yang mengajar keluar dari ruang kelasnya, Nela buru-buru membereskan alat tulisnya. Dia harus segera makan agar sakit di perutnya ini berkurang.

"Ibu nasi uduk nya satu porsi ya, sama air mineral satu."

"Ok. Tunggu sebentar ya neng."

Nela mencari meja yang masih kosong. Kantin terlihat lumayan padat pembeli karena memang ini bertepatan dengan makan siang. Semoga saja nasinya cepat jadi sebelum perut ini berbunyi, meronta ingin diberi asupan.

Sembari menunggu nasinya jadi, Nela memainkan handphonenya. Mengecek apa yang sedang trending saat ini, dan juga membalas beberapa pesan yang masuk.

"Ini neng nasi uduk nya. Silahkan dinikmati." Ibu penjaga kantin memberikan satu porsi nasi uduk untuk Nela santap.

"Makasih Bu." Setelah ibu kantin pergi, Nela dengan segera melahap makanannya. Makanan tersebut berhasil masuk kelidah Nela. Rasanya yang gurih membuat nasi uduk itu menjadi menu favorit Nela saat makan di kantin seperti ini. Saking sukanya Nela sampai kepalanya bergoyang kekanan dan kekiri, menandakan bahwa makanan yang dimakannya sangat lah nikmat, ditambah lagi Nela belum melahap apapun dari pagi.

Saat sedang asik melahap makanannya, ada seseorang yang mengajak Nela berbicara.

"Boleh gabung?" Nela menatap laki-laki itu datar. Bukannya dia tidak suka bersosialisasi tapi ini adalah Yuda, laki-laki yang ingin Nela hindari. Lagipula bukankah Yuda sudah tau bahwa Nela sudah punya tunangan, kenapa masih mendekati Nela saja?

"Meja yang lain penuh." Yuda membual. Jelas-jelas Nela lihat dengan mata nya sendiri jika masih banyak kursi yang kosong, ya tidak terlalu banyak sih tapi masih ada lah. Tanpa menunggu persetujuan dari Nela, Yuda sudah duduk saja di hadapan Nela.

Nela lantas berdecak tidak suka. Tanpa menghiraukan Yuda, Nela melanjutkan makannya tapi bedanya kali ini dia terlihat buru-buru supaya makanannya cepat habis dan bisa segera menjauh dari orang didepannya.

"Kamu masih ada kelas setelah ini?" Nela hanya melirik Yuda sekilas, tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan pria itu.

"Kalau gak ada, boleh temenin aku?" Nela menghentikan makannya. Menatap Yuda dengan muka datarnya. Pria itu rupanya masih belum menyerah untuk mendapatkan hatinya. Tidak tau saja dia bahwa hati Nela kini sudah dicuri oleh seorang yang bernama Gibran Malik Pramudya.

"Aku lagi makan, gak mau diganggu." Sarkas Nela. Itu adalah sebuah tolakan secara tersirat darinya. Yuda mengerti tapi dia tidak ingin menyerah.

"Sebentar saja, mau ya? Kita sudah lama kan gak ngobrol-ngobrol santai kayak dulu."

"Maaf, aku masih ada urusan." Nela meraih air mineralnya dan meminumnya lalu dia meninggalkan Yuda begitu saja. Padahal kan nasi uduk Nela masih sisa, sayang sekali. Hanya gara-gara Yuda Nela merelakan nasi uduk kesukaannya.

Dilain sisi kantin, terlihat seorang wanita yang tengah tersenyum puas karena berhasil mengambil potret sang selebgram dengan pria itu. Dengan lincah tangannya mengirimkan foto tersebut pada mantan pacarnya. Apa kalian sudah bisa menebak siapa orang itu?

Dia sangat menantikan respon dari orang yang dikiriminya foto itu. Menunggu selama beberapa saat tapi juga tak mendapat balasan padahal centang dua biru sudah tersemat. Dia lantas mengerang kecewa karenanya.

* * *

Nela kini sedang berjalan menyusuri taman. Merasa lega karena sudah berhasil lolos dari Yuda. Melihat tempat duduk yang masih kosong, Nela lantas menempatinya. Menikmati semilir angin yang menerpa dirinya, sejuk itulah yang dirasa.

Ponsel dalam sakunya berdering, segera Nela mengambilnya dan ternyata panggilan vidio dari orang yang telah berhasil mengambil hatinya, Gibran. Tanpa perlu berpikir panjang lagi Nela segera merapikan rambutnya dan mengangkat panggilan itu.

"Halo Mas." Nela melambaikan tangan pada Gibran. Senyumnya tidak bisa disembunyikan lagi, merekah bak bunga yang baru saja mekar.

Gibran tidak menjawab Nela, dia sibuk mengamati kira-kira dimanakah Nela tengah berada sekarang.

"Dimana?" Tanya Gibran dengan datar, Nela mengarahkan ponselnya pada area sekitar. Memperlihatkan pada Gibran bahwa sekarang ini dia sedang berada di taman kampusnya.

"Lagi di taman. Mas sendiri lagi dimana?"

"Kantor." Jawabnya singkat. Nela terlihat mengerutkan kening pertanda bahwa dia tidak suka dengan jawaban yang Gibran berikan.

"Ini udah waktu makan siang Mas. Kok masih di kantor aja." Protes Nela, memang benar-benar ya laki-laki kalau sudah kerja lupa akan segalanya.

"Sebentar lagi." Gibran terlihat sedang mengecek sesuatu. Nela yang melihatnya lantas berdecak. Lalu ide cemerlang muncul di otak cantiknya itu.

"Mas lagi sibuk gak?"

"Lumayan." Gibran menjawab tanpa melihat kearah Nela.

"Tunggu disana aja ya, aku anterin makan siang." Nela meminta persetujuan Gibran lebih dulu. Takutnya jika langsung datang tanpa izin, Gibran malah sudah makan dan akhirnya makanan yang dibawa Nela berakhir sia-sia.

"Kuliah kamu?"

"Aku udah gak ada kelas lagi hari ini. Mau ya aku anterin makan. Selama ini aku kan belum pernah Mas datang ke kantor kamu." Bujuk Nela agar Gibran setuju dengan idenya itu. Gibran tampak melirik jam tangannya sebentar.

"Terserah kamu saja." Jawab Gibran akhirnya. Nela merasa puas mendengar jawaban Gibran. Segara dia memesan ojek online untuk mengantarkan dirinya ke kantor Gibran.

"Mas mau makan apa? Makanannya aku beli aja ya, kalau aku yang masak waktunya gak cukup nanti."

"Terserah kamu."

"Ya udah tunggu aku, jangan kemana-mana." Nela memperingati Gibran yang tampak tidak ada niat membalas perkataannya.

Nela lantas mematikan panggilan mereka, agar mempersingkat waktu. Dia berjalan menuju gerbang karena abang ojek yang dipesannya telah mengabarkan bahwa dia sedang perjalanan menuju tempat Nela berada.

Sampai didepan, Nela menunggu kurang dari 5 menit, abang ojek yang dipesannya sudah sampai.

"Kak Nela?" Tanya abang ojek tersebut untuk memastikan. Masih terlihat muda sih jika dinilai dari wajahnya.

"Iya." Abang ojek itu menyerahkan helm pada Nela. Nela mengambilnya lalu memakai, setelah selesai barulah Nela naik keatas motor.

"Berhenti di rumah makan di depan ya Mas." Pinta Nela. Abang ojek itu mengiyakan.

Beberapa menit berlalu mereka telah sampai di rumah makan yang dimaksud Nela. Nela turun dan menyerahkan kembali helm yang dipakainya.

"Tunggu sebentar ya Mas. Saya cuma ambil pesanan kok." Setelah abang ojeknya menyetujui, Nela langsung masuk ke rumah makan itu. Beruntungnya rumah makan itu sudah siap saji jadi tidak perlu menunggu waktu lama makanan yang telah Nela pesan sudah tersaji dalam kemasan.

"Ayo Mas." Nela dan abang ojek itu kini sudah dalam perjalanan menuju kantor tempat Gibran bekerja. Meskipun Nela belum pernah kesana, tapi Nela tau tempat itu. Karena tempat kerja Gibran merupakan firma hukum yang cukup terkenal disana.
Membayangkan bertemu Gibran dan menghabiskan makan siang bersama membuat Nela sudah tidak sabar untuk segera sampai. Meskipun sebenarnya dia sudah makan, tidak apa kan jika makan lagi, cuma sedikit kok. Hehehe

• • •

Jangan bosan-bosan nungguin aku update ya.

Baca lengkap tanpa perlu nunggu, bisa langsung di KaryaKarsa.

Selebgram in loveWhere stories live. Discover now