part 25

34.1K 1.9K 19
                                    

Nela menghempaskan badannya yang lelah diatas ranjang yang seakan melambai untuk segera di tiduri.

"Capek banget." Keluh Nela, hari sudah mulai beranjak malam dan Nela baru saja tiba dirumahnya. Kesal sekali Nela gara-gara dosen yang ngaret malah dia yang kecapean seperti ini.

Nela mengecek handphone nya yang sejak siang tidak dia pegang lagi. Hari ini Laudi belum mengirimkan pesan apapun, tumben sekali padahal setiap hari tidak pernah absen biasanya. Dan benar saja, baru saja layar handphone Nela menyala, nama Laudi sudah terpanjang dengan apiknya disana.

Laudi
Nel, ada tawaran iklan. Lo mau gak?

Nela tampak menimbang terlebih dahulu. Karena sekarang Nela sudah rutin kuliah, maka jika ada tawaran seperti ini tidak bisa langsung diterima harus mempertimbangkan waktunya apakah efektif atau tidak.

Nela
Iklan apa dulu nih?

Tidak lama, handphone Nela kembali berdenting, mendapat balasan dari Laudi.

Laudi
Produk minuman gitu. Mau gak Lo?

Nela
Ya mau lah, duit itu. Tapi syutingnya kapan nih? Lo tau kan sekarang gue udah aktif kuliah lagi.

Laudi
Tenang aja, syutingnya bentaran doang. Gue juga udah bilang ke client kalau Lo sekarang udah aktif kuliah dan mereka gak masalah. Katanya bisa syuting pas weekend.

Nela
Udah gitu doang? Gak ada yang lain?

Laudi
Gue udah baca perjanjiannya semua bagus, gak ada masalah.

Nela
Ya udah terima aja lah kalau gitu

Laudi
👍

Nela bangun dari baringannya untuk membersihkan diri. Badannya sudah lengket-lengket, tidak nyaman jika langsung beristirahat. Rencana Nela memang dia akan langsung tidur saja, lagipula pekerjaan nya sekarang sudah lebih ringan. Hanya perlu mengatur jadwal endorse saja sesekali juga melakukan photoshoot, tapi masih bisa dihandle lah.

Setengah jam waktu yang dihabiskan Nela untuk membersihkan dirinya. Kini dia sudah dalam keadaan fresh dan nyaman jika langsung beristirahat. Kurang satu langkah lagi Nela sudah mencapai ranjang, tapi dentingan bel mengurungkan niatnya. Berdecak sebal, Nela berjalan disertai hentakan yang cukup keras menandakan dia sedang kesal pada orang yang sudah berani merusak rencananya.

"Apa?" Ketus Nela setelah berhasil membuka pintu. Sedetik kemudian, Nela tersadar dan memasang senyum memukau.

"Eh Mas Gibran, masuk-masuk." Nela membuka lebar-lebar pintu apartemennya, mempersilahkan Gibran agar masuk. Akhir-akhir ini hubungan Nela dan Gibran semakin lengket saja, bak pengantin baru yang masih tidak tahan jika jauh-jauh terlalu lama.

"Mau aku buatin minum apa Mas?"

"Tidak perlu, disini saja temani saya." Gibran menarik tangan Nela agar duduk disebelahnya. Sejujurnya Gibran tidak ada keperluan yang membuatnya harus mendatangi tempat Nela. Gibran hanya merasa ingin saja melihat wajah ayu Nela untuk menghilangkan penat sehabis pulang bekerja.

"Pulang kerja langsung kesini ya?" Tebak Nela melihat dari pakaian yang dikenakan Gibran masihlah sama dengan tadi pagi saat mengantar dirinya.

"Hmmm." Gibran hanya membalas dengan gumaman. Nela mengerti, tidak ingin memberikan tanya lagi. Menyandarkan kepalanya pada pundak Gibran tangannya Nela gunakan untuk memeluk tubuh tegap Gibran. Nela hanya mengikuti nalurinya saja. Aroma Gibran membuat Nela merasa tenang, dihirupnya aroma Gibran yang masih bercampur dengan sisa-sisa parfum yang dipakainya. Gibran tidak bau sama sekali, malah Nela suka dengan aromanya. Tangan Gibran balas memeluk pinggang ramping Nela. Mereka berdua hanyut menikmati momen yang membuat keduanya nyaman itu, hingga tidak sadar kini keduanya telah memejamkan mata perlahan-lahan.

* * *

Tanpa perlu lagi menekan bel atau semacamnya, Laudi segera memasukkan pin apartemen Nela. Selain bisa dengan finger print juga bisa menggunakan pin yang telah Nela buat.

Dengan santainya Laudi melenggang memasuki apartemen itu. Sampai diruang tamu, mata Laudi melotot melihat pemandangan didepannya. Dua orang beda jenis sedang memejamkan matanya di atas sofa, dengan posisi perempuan berada diatas menjadikan dada bidang laki-laki sebagai bantalnya. Bahkan terlihat tangan mereka berdua saling memeluk tubuh satu sama lain. Yang beruntungnya karena mereka masih menggunakan pakaian lengkap, jika tidak akan Laudi laporkan pada orang tua Nela agar segera menikahkan mereka berdua.

Laudi memilih tidak membangunkan mereka, palingan sebentar lagi juga akan bangun sendiri, jika tidak maka dengan terpaksa Laudi harus mengambil tindakan. Laudi kini beralih menuju dapur untuk mengambil minuman. Dia butuh minum yang dingin-dingin sekarang ini, otaknya kini sudah berasap melihat Nela dan Gibran.

Sebuah minuman kini telah berada ditangannya, dengan tenang Laudi kembali menuju ruang tamu hendak mengawasi kedua insan tersebut, takut berbuat hal yang melewati batas.

Laudi kini terlihat seperti mandor yang sedang mengawasi para pekerjanya, bedanya pekerja yang dimaksud Laudi sekarang ini kedua orang yang mulai terlihat terusik dalam tidurnya. Pergerakan tubuh Gibran, membuat Nela yang berada diatasnya terganggu lalu perlahan mulai membuka kedua mata indahnya.

Menatap ke depan, terlebih dulu Nela mengumpulkan kesadarannya yang masih sisa setengah.

"Enak banget ya tidurnya." Sindir Laudi melihat Nela yang sudah sepenuhnya sadar. Terkejut Nela segera menoleh kearah Laudi, matanya melotot karena sekarang dia sudah tertangkap basah.

"Kok Lo ada disini?" Tanya Nela refleks. Seingatnya tadi hanya ada Gibran dan dirinya disini.

"Mulai berani ya sekarang, sampai tidur sambil pelukan gitu." Nela gelagapan, bingung hendak menjawab seperti apa. Mau menyangkal sudah percuma karena Laudi melihatnya dengan mata kepala sendiri.

"Cuma tidur aja kok, gak lebih." Nela mengakui. Laudi mengangguk angguk tapi wajahnya masih tampak ketidakpercayaan pada ucapan Nela.

"Benarkan kok, gue gak bohong." Nela masih berusaha menyakinkan Laudi.

Gibran yang mendengar keributan disekitarnya, kini mulai terusik. Perlahan dia membuka matanya dan tidak membutuhkan waktu lama untuk menyadari situasi yang terjadi.

"Maaf saya ketiduran." Ucap Gibran dengan suara seraknya.

"Bukan cuma Lo, lebih tepatnya kalian. SAMBIL PELUKAN." Ucap Laudi dengan penekanan diakhir. Gibran menatap Nela meminta penjelasan, bukannya jawaban yang didapat tapi wajah merona Nela yang menundukkan pandangan berusaha menghindar darinya. Dari sini Gibran sudah dapat menduga bahwa yang dikatakan Laudi benar.

"Kami hanya tidur saja." Gibran menjelaskan agar Laudi tidak berpikir macam-macam tentang mereka.

"Mau lebih juga terserah kalian."

"Nggak lah. Lo kok ngomongnya gitu sih, Di." Nela cepat menyahuti Laudi.

"Kita cuma tidur aja kan Mas? Gak ngapa-ngapain lagi kan." Nela meminta persetujuan Gibran agar Laudi percaya. Sebenarnya bukan masalah besar jika terciduk seperti ini, tapi beda cerita jika sampai Laudi menceritakan pada orangtuanya. Bisa-bisa malah Nela disuruh pulang saja kerumah neneknya.

"Iya gue percaya kok. Tenang aja kali jangan panik gitu."

"Lo gak bakal cerita kan sama orangtua gue?" Nela memastikan.

"Tergantung."

"Jangan dong. Nanti kalau gue malah disuruh pulang ke Bandung gimana?" Nela menatap Laudi memelas.

"Asal kalian gak sampai kelewat batas gue masih bisa diam."

"Saya pastikan hal itu tidak akan terjadi." Ucap Gibran yakin. Dia juga tidak ada niat melakukan dengan Nela sebelum kata sah terucap.

TBC

Udah revisi ya guysss. Maafin kalau lama, jangan lupa vote dan komennya ditunggu. Yang belum follow juga silahkan difollow duluuu.

Sekian terimakasih, baca cepatnya di KaryaKarsa. Ok

Selebgram in loveWhere stories live. Discover now