Self reward - 27 Desember 2019

14.2K 1.3K 23
                                    

Aku, Nayya, Kayla, Nisha, Adhia, dan Puspa punya kegiatan tetap yang harus kami laksanakan setiap bulannya. Yaitu One Night Together. Atau yang biasa kami singkat, ONT.

Seperti namanya, kegiatan ini sama seperti menginap bersama. Jadi kami kumpul di salah satu rumah untuk bermalam, kemudian melakukan kegiatan seperti maskeran, bermain uno, samyang challenge, atau maraton film.

Yang spesial dari kegiatan ini, di tengah malam sekitaran jam sepuluh, kami akan berkumpul melingkar untuk sharing cerita atau masalah masing-masing. Kami sangat menghargai privasi, jadi kami semua bebas ingin mengeluarkan unek-unek apa saja yang sekiranya dapat di percayai pada satu sama lain.

Dalam sesi ONT kali ini, tema kami adalah self reward-berhubung kami baru saja selesai melaksanakan ujian akhir semester seminggu kemarin. Jadi kami pergi ke supermarket, membeli apa saja yang kami inginkan dengan uang masing-masing, lalu kembali ke rumah ku untuk menginap dan melaksanakan kegiatan ONT seperti bulan lalu.

Dan disinilah kami berkumpul, di kamar sederhanaku.

"Sumpah, Puspa kamu ngapain beli mobil-mobilan begini? Bukannya kamu anak tunggal?"

"Kamu liat dong itu gambar siapa di bungkusnya? Lee Min Ho, Nay! Cowokku jadi BA mobil-mobilan, hehe, lucu, kan."

Aku dan Nisha berpandangan dan tertawa geli. Beritahu aku apa ada orang yang bucin pada oppa korea melebihi Puspa?

Ku lihat plastik belanjaan milik Nisha, isinya mayoritas novel dan beberapa cemilan wafer. Satu fakta yang baru ku tahu tentang Nisha, ia pecinta wafer setengah mati. Setiap pergi ke kantin pasti yang pertama ia cari adalah berbagai jenis wafer.

Mengalihkan pandangan, kini ku lirik plastik belanjaan milik Kayla. Isinya hanya buku-buku pelajaran yang tebalnya melebihi buku sejarah di sekolah. Bahkan ada buku persiapan SBMPTN yang menyempil disana.

"Kay, kita masih kelas sepuluh. Kenapa udah beli buku SBMPTN aja?"

"Gak papa, buat persiapan. Palingan bakal jarang aku buka buat sekarang."

"Kay, Kay," Nayya menggelengkan kepala seraya melahap chiki keju yang ia beli tadi. "Kakakku yang kelas dua belas aja gak ada usahanya sama sekali buat belajar SBM. Bener-bener harus di ruqyah tuh orang."

"Kamu suruh, lah." timpal Kayla.

"Males. Aku masuk ke kamarnya aja langsung di usir. Nyebelin banget, bisa gak sih tukeran sama kakak mu, Sha?"

Aku sudah pernah menginap dirumah Nayya, maupun dirumah Nisha. Dan pastinya, kami bertemu kakak mereka disana.

Dan seperti kata Nayya, kakaknya-atau yang biasa kami panggil Bang Alvin-memang sebelas dua belas sifatnya dengan Nayya. Tapi Bang Alvin lebih parah, ia sangat jahil luar biasa. Pada saat menginap bahkan ia pernah menyetel lagu lengsirwengi memakai speaker, membuat kami yang tengah maskeran berlari ketakutan keluar kamar, dan dengan tak berdosanya ia cekikian melihat kami heboh saling tuduh.

Sangat berbanding terbalik dengan kakak Nisha-kami akrab sebut Bang Rayyan-yang sangat baik, kalem dan sopan. Lagi-lagi, memang sebelas dua belas dengan Nisha. Abangnya seringkali menawarkan makanan pada kami yang bahkan ia buat sendiri. Membuat kami semua kagum padanya, tapi sayang ia sudah punya kekasih.

"Kalo dituker, yang ada Nisha bakal stress ngadepin Bang Alvin. Dan Bang Rayyan bakal stress ngadepin kamu." celetuk Puspa tepat.

"Bang Rayyan gak sebaik itu, dia juga suka jail kadang-kadang."

"Ya tapi pastinya gak sejail Bang Alvin, kan, Sha?" Nayya berapi-api. "Kamu pernah gak pas lagi tidur ditaruh uler-uleran di kasur?"

Gelak tawa menggema. Cerita semacam ini sudah sering kami dengar dari mulut Nayya, tiap harinya ada saja keluhan dari kejahilan Bang Alvin yang dilakukan padanya.

Satu Cerita Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang