Siapa yang lebih menyedihkan? - 3 Desember 2020

10.9K 1.2K 63
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy Reading!

•••

Studi kampus adalah agenda wajib di sekolahku yang akan dilaksanakan ketika siswa sudah menginjak kelas sebelas. Menurut informasi dari mulut ke mulut, setiap tahunnya sekolah kami akan mengunjungi universitas yang berbeda-beda. Dan sekarang adalah waktunya pengumuman tujuan dan perencanaan studi kampus angkatan kami.

"UGM please, please."

Nayya berpegangan tangan dengan Puspa seraya terus menggumamkan universitas incaran mereka berdua.

Aku menoleh pada Kayla. "Kalo kamu mau univ apa, Kay?"

"Kemana aja boleh. Lebih bagus kalo ke UI."

Aku mengangguk. Tak heran ia memilih dan mengincar univ tersebut. Otaknya mampu.

"Kalo kamu?"

Kayla balik bertanya yang membuatku berpikir. Sebenarnya aku tak terlalu banyak tahu soal universitas. Mungkin tahu nama-namanya, tapi belum sampai tahap memiliki tujuan pasti ingin masuk ke universitas mana. Jadi sepertinya mengunjungi univ manapun tak masalah.

"Bebas aja. Aku gak terlalu tau banget soal kampus-kampus."

Kemudian selang beberapa detik dari itu, wakil kepala sekolah maju ke podium upacara dan mulai menyampaikan beberapa informasi.

Sepertinya Tuhan tengah mendengar doa Nayya dan Puspa, karena wakil kepala sekolah mengumumkan bahwa benar kami akan studi kampus ke UGM.

Lalu setelah pengumuman selesai, kami kembali ke kelas. Beberapa murid ada yang langsung pulang karena sudah tak ada jadwal lagi setelah ini. Tapi aku dan teman-temanku memutuskan untuk ke kantin lebih dulu untuk sekedar mengobrol dan jajan seperti biasanya.

"Nay, jalannya jangan cepet-cepet."

Aku mengandeng lengan Nayya seraya melirik Radipta dan Heru yang tengah berjalan tak jauh di depan kami. Tampaknya mereka juga ingin kembali ke kelas.

"Cepet-cepet, lah. Biar sebaris sama mereka."

"Jangan. Di belakang aja."

Nayya menuruti ucapanku. Kami memerhatikan mereka berdua seraya senyum-senyum tak jelas. Nayya terus-terusan berkata Heru lucu, tapi aku berkata kalau Radipta lebih lucu.

Rasanya konyol dan menyenangkan bila punya teman yang menyukai teman dari gebetan sendiri. Seringkali kami merasa gemas bila melihat interaksi Radipta dan Heru.

Kalau kata Nayya, bawaannya pengen nimbrung!

"Radipta perasan kagak ngomong-ngomong."

Aku terkekeh rendah seraya mengiyakan. Tampak disana Heru bicara panjang lebar, sedangkan Radipta hanya diam sambil mengangguk-angguk sesekali.

"Gambaran ngomong sama batu, tuh," cibir Nayya. Mungkin kesal melihat Heru diabaikan, padahal laki-laki itu tampak santai saja dan malah terus bicara pada Radipta tanpa henti.

"Lucu tau, ngangguk-ngangguk doang."

Nayya mendelik. "Beneran udah gak bisa diselametin, deh."

Aku terbahak.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku sering berkata pada teman-temanku kalau apapun yang Radipta lakukan itu lucu. Radipta sedang berjalan ku bilang lucu, Radipta sedang mengobrol ku bilang lucu, Radipta sedang mengendarai motor pun ku bilang lucu. Sampai-sampai semua temanku seakan menulikan telinga dan hanya bisa mengiyakan ucapanku tersebut.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now