Mengagumi tak henti - 16 Maret 2021

11.7K 1.4K 232
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading!

•••

Setiap setahun sekali, sekolah kami mengadakan acara perayaan ulang tahun sekolah yang biasanya mengundang artis atau penyanyi. Tahun kemarin sengaja ditiadakan karena OSIS tidak membuat proker untuk acara tersebut, tapi dengar-dengar dari Kayla, tahun ini acara itu akan diadakan lagi.

"Fantasia tahun ini, berapa artis yang dateng?"

Fantasia 2021-adalah nama dari acara tersebut.

"Tergantung budget. Makanya kalo OSIS jualan, kalian beli. Makin banyak belinya, makin gede kesempatan ngundang artis terkenal."

"Bisa aje, nih, marketingnya." ujar Puspa menimpali.

"Sebenernya budget paling gede ya dari sponsor, tapi tetep aja emang udah proker kita buat minta sumbangan dan danusan gini. Capek juga ternyata ke kelas-kelas." curhat Kayla sebelum menyeruput jus mangganya.

"Kalian sampe kapan danusannya?" tanya Nisha.

"Mungkin akhir bulan. Beberapa minggu sebelum Fantasia diadain."

"Terus itu jadwalnya sama terus?" Nayya melirikku. "Kasian Jana dua minggu sekali harus liat Glara sama Radipta nempel mulu di kelas."

"Yang bikin jadwal emang divisinya Glara. Kayaknya tetep begitu sampe selesai."

Aku awalnya senang ketika mengetahui kalau OSIS akan danusan ke setiap kelas. Tapi ketika melihat Radipta masuk dengan Glara, hilang sudah keantusiasanku.

Dari yang ku lihat tadi, hanya Glara yang aktif bicara dan menawarkan. Tapi gadis itu sama sekali tak menawarkanku.

Sebenarnya tak minat juga, sih.

Sedangkan Radipta hanya diam bersisian dengannya. Sesekali ia mengobrol singkat dengan anak laki-laki kelasku yang dulu juga satu sekolah dengannya. Sisanya ia hanya membawa kotak berisi risol dan fruit tea, juga memberi pada orang yang ingin beli atas perintah Glara.

"Tadi kamu kenapa gak beli aja, Jan? Aturan panggil aja si Radipta." ujar Puspa.

"Males kalo ada dia."

Dia yang dimaksud tentu saja Glara.

Sedari masuk kelas saja ia sudah memegang lengan seragam Radipta dan menariknya kemanapun ia pergi. Melihat itu membuatku tak bersemangat dan akhirnya berujung menyusul Puspa dan Nayya ke kantin.

"Kenapa dia kayak gak seneng gitu, ya? Kalo cemburu kenapa juga? Bukannya udah punya pacar?" tanya Nayya sekaligus yang tentu tak kami ketahui jawabannya.

"Bukannya kata kamu dari SMP emang begitu?" ujarku melontar pertanyaan balik.

Nayya menggeleng. "Gak sedeket itu. Malah jarang aku liat mereka bareng. Kayaknya dia gak berani sama Alin."

"Alin emang auranya kuat, ya,"

"Mulai," sindir Puspa ketika mendengar ucapanku. Ia paling tak suka melihat orang disekitarnya minder atau insecure. Itu sebenarnya sifat yang harus dimiliki semua orang, tapi sayangnya langka.

Aku terkekeh kecil. "Tapi emang kenyataannya gitu."

"Eh!" Nayya melotot padaku. Aku mengangkat alis dengan santai karena Nayya memang gemar membuat ekspresi-ekspresi yang berlebihan.

"Apa?" tanya Adhia tak sabaran.

"Aku denger-denger Alin udah putus."

"Sama Kak Piko?" Puspa ikut penasaran.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now