After ending

12.5K 1.4K 231
                                    

[20 April 2022]

"Kamu gak dateng serius, Nay?"

"Mager bangettt, di kelas gak ada yang masuk juga gurunya,"

"Ya udah. Aku sendiri kalo gitu."

"Yang lain gak ada yang dateng juga?"

"Enggak, deh, kayaknya. Kayla juga gak dateng."

"Tumben,"

"Iya, kan," aku melirik jam tangan sekilas. "Udahan dulu, deh. Aku berangkat sekarang."

"Okee, hati-hati!"

Panggilan telepon antara aku dan Nayya berakhir. Di luar sana Pak Harto sudah melambaikan tangan seakan menyuruhku untuk cepat-cepat berangkat.

Aku tersenyum kecil melihat itu. Ini akan menjadi hari terakhir aku berangkat ke sekolah untuk belajar. Setelah ujian selesai, sekolah kami masih mengimbaukan siswa siswinya untuk hadir selama dua minggu untuk pemantapan UTBK. Hari pertama hingga hari ketiga kami masih aktif hadir, tapi setelah itu banyak guru-guru yang tak masuk kelas membuat beberapa siswa juga banyak yang absen.

Terkhusus hari ini yang menjadi hari terakhir pemantapan UTBK. Aku tetap hadir karena kelas lintas jurusan selalu ada guru, pun juga Achal memaksaku untuk tetap hadir karena ia tak ada teman sekelas yang ikut lintas jurusan.

Dan selain itu... ada alasan lain yang malu untuk kuakui.

"Gak ke kelas linjur, Jan?"

Lena menegur kala aku tengah memainkan ponsel sembari duduk di teras depan kelas. Aku menggeleng pelan seraya berucap,

"Nunggu Achal,"

Lena mengangguk lalu masuk ke dalam kelas. Tak heran ia bertanya demikian karena lima menit lagi, bel masuk sudah berbunyi.

Aku memandang gerbang sekolah seraya berharap cemas.

Semoga hari ini ia datang.

"Ting! Ting! Ting!"

"Pak, pak!"

"Ayo cepet-cepet masuk."

Mataku melebar, nafasku bahkan tertahan sejenak. Kali ini harapanku tak sia-sia.

Ia memandangku sekilas sebelum dengan cepat melepas sepatu dan masuk ke dalam kelasnya.

Nafasku kembali berhembus normal setelah itu. Senyum kecilku terbit sejenak sebelum Achal akhirnya datang dan kami pergi menuju kelas lintas jurusan di lantai dua.

Radipta masih sama seperti Radipta setahun, dua tahun, bahkan tiga tahun lalu. Ia jarang hadir di hari pemantapan UTBK, jadi aku tetap hadir setiap hari dengan harapan ia akan hadir seperti sekarang.

Sehingga kami bisa bertemu untuk terakhir kalinya di sekolah. Yang penting bisa melihat saja, itu sudah cukup.

Kalau kuberitahu ini pada teman-temanku, mungkin mereka akan memaki-makiku karena masih saja menyimpan rasa pada lelaki itu setelah semua hal yang terjadi.

Tapi tentu perasaan tak akan berubah secepat itu. Mungkin suatu saat aku akan rindu, selagi masih ada kesempatan untuk bertemu, mengapa juga harus ku sia-siakan waktu?

"Jam pertama gak ada guru,"

Aku dan Achal menghela nafas ketika mendengar kabar itu, berakhir kami hanya bertengger di luar kelas seraya melihat pemandangan lapangan dan kelas-kelas di bawah. Ku lirik ke kiri bawah, sepertinya kelasku juga tak ada guru ketika melihat Ale tengah duduk-duduk di teras bersama Esa.

Satu Cerita Untuk KamuМесто, где живут истории. Откройте их для себя