Tersenyum, untuk siapa? - 5 Maret 2021

10.1K 1.4K 499
                                    

Vote & comment yaa~

Happy reading! 🤍

•••

Kalau sebelum-sebelumnya aku masih ragu dengan hubungan kami. Sekarang aku sudah bisa pamer sedikit.

Aku dan Radipta akhir-akhir ini semakin dekat. Kami seringkali chatan dan mengobrol tanpa canggung. Yang paling mengejutkan adalah kami beberapa minggu lalu pergi ke pameran bersama, tak hanya berdua, Nayya dan Heru pun turut ikut.

Walaupun kami berempat tak ada hubungan yang lebih dari sekedar teman, tetap saja aku dan Nayya bahagia sekali. Mimpi Nayya yang diidamkan sejak lama ternyata benar terjadi.

Aku jadi setuju sedikit perihal pepatah tak ada yang tak mungkin terjadi di dunia ini.

Tapi sekarang ada hal buruk yang ingin ku ceritakan. Radipta tidak masuk sekolah seminggu ini karena sakit. Ia tak memberi kabar apa-apa, tapi aku tahu itu dari Heru.

Nayya berkata sakitnya tak parah, karena ia beberapa kali melihat Radipta berada di depan rumah untuk sekedar melihat adiknya bermain sepeda. Meski tak parah tetap saja aku penasaran mengapa ia absen lama sekali.

"Daripada luntang lantung gak jelas mending kamu jenguk aja, Jan."

Itu suara Puspa.

"Kan ceritanya aku gak tau kenapa dia gak masuk sekolah. Aneh dong kalo tiba-tiba jenguk?"

"Ya sepik tanya dulu, lah. Kan udah jadi temen." sahutnya lagi dengan menekankan kata teman di akhir kalimat.

"Sakitnya gak parah-parah amat. Ngapain di jenguk."

Kali ini Nayya yang angkat bicara.

"Gak parah masa gak masuk-masuk..." lirihku seraya menatap jendela dengan posisi bertopang dagu.

Seminggu tak berinteraksi dengan Radipta aku bisa tahan, tapi seminggu tak melihatnya itu mengecewakan.

Rasanya seperti hilang semangat.

"Sengaja kali emang pengen bolos."

Kayla mendengus geli. "Suudzon."

"Tau, nih," kataku seraya menyenggol pelan bahu Nayya. "Orang sakit tuh di doain biar cepet sembuh."

"Salah sendiri ujan-ujanan terus."

Betul memang akhir-akhir ini entah mengapa hujan turun hampir setiap hari. Padahal bukan akhir tahun.

Ku lihat beberapa kali Radipta masih sering menerobos hujan setelah insiden tolak angin. Akhirnya aku melihat wujud nyata sisi keras kepalanya.

"Kalo udah penasaran banget, mah, chat aja, Jan. Gak bakal dikira aneh ini orang kalian udah sering chatan, kan?"

Saran dari Nisha membuatku mengangguk ragu. "Gak sering-sering banget, sih. Aku suka bales statusnya aja makanya kita bisa chatan."

"Nah!" Adhia menunjukku. "Nanti kamu tunggu aja dia buat status lagi. Baru, deh, tanya kenapa gak masuk sekolah."

Aku berpikir sejenak.

"Tapi keliatan peduli banget, gak, sih? Nanti dia mikir aneh-aneh."

Nayya menggeleng. "Enggak udah. Gas aja gak usah gengsi-gengsi kelamaan."

Aku tertawa geli kemudian mengangguk sebagai tanda setuju. Ya, sesekali agresif sedikit tak apa, kan?

•••

Hari ini kami dipulangkan lebih awal karena guru sedang ada rapat. Entah rapat untuk apa mengingat kami tak ada kegiatan seperti ujian dalam waktu dekat ini. Tapi aku tetap bersyukur karena siswa mana yang tidak senang kalau bisa berleha-leha lebih cepat?

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now