Jangan menghindar! - 28 Mei 2021

10.3K 1.4K 303
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading! 🤍

•••

Ujian akhir sudah ada di depan mata. Sama sekali tak terasa dua bulan lagi aku akan menginjak kelas dua belas. Masa-masa yang kata orang masa paling memusingkan karena kami harus belajar untuk ujian sekolah sekaligus ujian masuk perguruan tinggi.

Masa yang sebenarnya tak ingin cepat-cepat aku hadapi.

"Jam empat, loh! Jangan sampe telat!" peringat Nayya sebelum berbelok turun dari tangga.

"Iyaa."

Karena setahun lagi aku akan menghadapi semua itu, jadi mulai hari ini aku mengikuti les masuk perguruan tinggi di satu lembaga yang sama bersama dengan Nayya dan Kayla.

Nisha, Puspa, dan Adhia mengikuti lembaga yang berbeda karena jarak rumah mereka cukup jauh dengan jarak rumah kami.

"Anak sini yang les disitu banyak banget tau."

Ujar Kayla kala kami tengah mengikat sepatu di luar kelas. Kami sama-sama hendak pulang karena tak ada urusan apa-apa lagi.

"Oh, iya? Tadi Nayya juga ngomong, sih."

Kayla mengangguk. "Anak OSIS soalnya banyak disitu."

Mendengar kata OSIS tentu pikiranku langsung tertuju pada satu orang yang agaknya pasti kalian ketahui.

"Sebelah ikut?" tanyaku dengan suara rendah.

Kayla melirik sekilas ke kelas tersebut. "Kurang tahu. Aku, kan, gak deket sama dia."

"Oh, iya."

Omong-omong, aku sama sekali tak pernah berbincang dengannya lagi setelah kejadian di kantin. Kami jarang ada di tengah situasi bersama. Ya walaupun jika ada, pastinya aku akan menghindar.

"Udah lebih dari sebulan. Gimana kamu?"

"Apanya?"

"Masih suka?"

Rasanya seperti deja vu karena pertanyaan sejenis itu sudah sering ku dengar dari semua temanku. Kadang agak sedih juga dengarnya, walaupun ku tahu mereka bertanya karena peduli.

Akhir-akhir ini mereka seperti mutlak tak ingin aku dekat-dekat Radipta lagi. Logika ku pun berkata seperti itu.

Sebenarnya terkadang masih ada sedikit rasa ingin berjuang.

Tapi setelah itu seperti ada yang bicara di dalam diri, jangan Renjana, kalau gagal apa kamu tak makin kecewa nantinya?

Tidak. Perasaan kecewa itu tak akan pernah ingin ku rasakan lagi.

Apa jahat bila menyalahkan takdir? Aku belum merasakan rasanya jatuh cinta dengan hati berbunga-bunga. Tapi mengapa sudah diberi rasa patah hati sesakit ini?

Berulang kali ku tekankan pada diri sendiri, Radipta tak sebegitu berartinya di hidupku. Harusnya tak sesusah ini untuk melupakan dan bersikap biasa saja seperti yang ia lakukan.

"Kadang kepikiran. Tapi kalo lagi sibuk, sih, enggak." ucapku jujur padanya.

"Gak papa. Pelan-pelan."

Kayla bangkit. Begitu pun aku. Kami turun ke bawah seraya memegang payung satu berdua karena kebetulan sekarang tengah gerimis.

"Mau aku jemput aja, gak, nanti? Ujan begini." sahut Kayla setelah kami sampai di gundukan batu dekat parkiran.

"Sama Papa-mu?"

"Iya."

Aku berpikir sejenak. Kasian juga Pak Harto bila harus hujan-hujanan mengantar jemputku dari rumahnya sampai tempat les. Jadi ku anggukan kepala pertanda setuju dengan tawaran Kayla.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now