Perasaan Radipta - 25 Agustus 2021

10.6K 1.6K 690
                                    

Dor! Kaget gak sekarang double up mweheheeh.

Harus ramein yaa pokoknya. Vote dan commentmu semangatku maniez.

Happy reading!

•••

Ini adalah hari rabu, hari dimana kelas kami ada jadwal olahraga. Namun barusan kami mendengar kabar baik dari guru mata pelajaran tersebut, bahwa hari ini kami bebas bermain permainan apa saja asalkan sudah lari memutari lapangan untuk pemanasan selama lima putaran.

Kebetulan guru olahraga kami dua hari kebelakang tengah ada urusan di luar sekolah. Entah ada urusan apa, sepertinya semua guru olahraga memang biasanya punya pekerjaan lain selain menjadi guru. Jadi kami sudah maklum karena ini bukan pertama kalinya ia ingin mengurus sesuatu di luar sekolah. Justru malah senang karena tak ada tes untuk pengambilan nilai harian.

Karena ia hanya masuk hari ini, kelas yang memiliki jadwal olahraga di hari senin dan selasa pun dipindah menjadi hari rabu. Jadi sekarang ada tiga kelas berkumpul di lapangan yang siswanya mencar ke sana kemari sehabis guru memberi perintah.

"Pak Jono sibuk banget kayaknya," celetuk Adhia seraya memantul-mantulkan bola basket di tangannya.

"Banyak job kali." balas Puspa yang tengah duduk dengan kaki lurus di sisi lapangan.

Kami sama-sama memutuskan untuk tak melakukan apa-apa dan hanya mengobrol ringan karena lapangan penuh dipakai untuk basket, futsal, voli, hingga bulutangkis. Sedikit informasi, lapangan sekolah kami tak seluas itu untuk bisa dimainkan tiga kelas sekaligus. Jadi mau tak mau ya kami mengalah saja, terlebih dengan siswa laki-laki yang menghabiskan banyak ruang bila bermain basket atau futsal.

Bagiku, Puspa, dan Nayya yang memang gemar rebahan tentu ini mengasyikkan. Lain halnya dengan Adhia, Nisha, dan Kayla yang sedari tadi gatal meneliti seisi lapangan untuk mencari ruang agar bisa bermain basket.

Kayla mendengus. "Main di kelas aja apa kita?"

"Gak ada yang mau udahan kayaknya," kali ini Nayya yang bicara. "Atau ga joinan aja, Kay. Itu bukannya anak OSIS?" tanyanya setelah menunjuk sosok gadis berkuncir kuda yang tak ku kenal. Pernah mendengar namanya tapi lupa karena sepertinya ia tak begitu menonjol di OSIS.

"Banyak temennya tapi, malu."

"Ya udahlah, nanti aja." ujar Nisha menyerah lalu duduk di sampingku. Aku terkekeh melihat wajah putus asanya dan dengan inisiatif memberi air minum kepunyaannya.

"Minum dulu biar santai."

Nisha menerimanya dan mengucap terima kasih.

Kini pandanganku tertuju pada beberapa anak basket yang sedang bermain di sisi kiri lapangan. Setelah ku amati sepertinya mereka bermain campur dengan sistem tim acak. Karena ku lihat Ale mengoper bola pada Dhika, sementara Esa mengoper pada Heru.

Dan ini pertama kali ku lihat Radipta bermain basket lagi setelah sekian lama. Mungkin terakhir kelas sepuluh ketika pertama kali ia mengajakku bicara.

Ah, sudah lama sekali.

Tak ku sangka kami akan sedekat sekarang, tapi kalau dibilang tak terasa, tentu saja salah besar. Waktu yang ku lalui selama suka padanya sangat panjang dan begitu menguras emosi. Ku pikir hebat sekali bisa bertahan selama hampir tiga tahun.

Hubungan kami akhir-akhir ini pun berjalan baik. Tak ayal aku mengharapkan akhir bahagia kalau melihat dari interaksi kami sejauh ini. Tapi ya akhir cerita tak ada yang tahu, kan.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now