Akhir cerita - 24 Maret 2022 (ending)

11.2K 1.3K 459
                                    

Bacanya pelan-pelan, yaa.

•••

"Jana nanti mau keluar?"

"Iya, Ma!"

"Jangan pulang malem-malem, loh. Mama pulang kamu udah pulang, yaaa!"

Aku menoleh ketika pintu kamar dibuka, menampilkan sosok yang daritadi bicara.

"Iyaaa,"

"Kunci rumah jangan lupa, mama pergi dulu."

Pintu kamar kembali tertutup setelah Mama mengusak rambutku, seiring dengan senyumku yang perlahan hilang.

Kubuka laci meja belajar dan langsung menemukan kotak persegi dengan pita diatasnya.

Radipta ulang tahun sebentar lagi.

Aku sudah menyiapkan kado dari berbulan-bulan lalu. Belum sempat memberi, hubungan kami sudah begini. Apapun hasilnya nanti, ku harap aku tetap bisa memberi kado ini padanya.

Gue otw bentar lagi.

Aku meremas ponsel tanpa membalasnya. Kini bersiap untuk mengganti baju karena Radipta akan datang.

•••

"Makan,"

Aku mengangguk. Mengambil sendok dan garpu yang disiapkan di atas meja oleh si penjual nasi goreng kaki lima. Menyuap beberapa kali, meliriknya, begitu terus berulang-ulang.

"Gimana ujian?"

"Lancar. Lo gimana?"

Kali ini ia yang mengangguk. "Lancar juga."

Ia menyuap, aku ikut menyuap kembali. Hening menguasai keadaan selama beberapa menit ke depan. Hanya suara rintik-rintik hujan dan suara bisik orang bicara di sekitar kami yang terdengar.

Aku benar-benar menepati janji untuk bicara padanya sehabis ujian. Kemarin hari terakhir, malamnya Radipta mengingatkan dan aku menyetujui untuk bertemu keesokan harinya.

Perasaanku benar-benar tak enak sedari tadi. Aku selalu menunda-nunda untuk bertemunya karena aku belum siap. Aku merasa Radipta benar-benar akan mengatakan yang sebenarnya.

"Tunggu reda aja, ya,"

Aku mengangguk lagi.

Kami berniat membicarakan hal itu sambil jalan di pinggir kota agar tak terganggu dengan suara orang-orang.

Aku berharap hujan terus turun sampai malam nanti. Agar Radipta menunda ini dan langsung mengantarkanku pulang ke rumah.

Tapi mungkin memang Tuhan menginginkan segala hal yang terbaik datang secepatnya, karena tak lama dari makanan kami habis, hujan ikut berhenti, gerimis sedikit pun juga tak turun lagi.

"Ayo,"

Aku bangkit setelah ia membayar makanan dan berjalan keluar tenda duluan. Ia menengadahkan tangan untuk mengecek apakah hujan sudah benar-benar berhenti atau belum, setelah memastikan, ia lantas menarik ujung cardiganku untuk keluar dan menuntun agar berjalan di sisi kiri sementara ia di sisi kanan yang berhadapan langsung dengan jalan raya.

"Dingin, ya, ternyata,"

Kalau tak ingat keadaan, mungkin aku sudah mengomel padanya karena tak memakai jaket atau hoodie di keadaan hujan seperti ini. Tapi sekarang tak ada satupun kata yang terucap dari mulutku, hanya lirikan mata sekilas untuk mengecek apa ia masih baik-baik saja meski tak memakai baju penghangat.

Satu Cerita Untuk KamuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant