Pameran, kekesalan Radipta, dan pacar Alin - 2 April 2020

11.6K 1.3K 18
                                    

Sepuluh hari terlewati, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga.

"BAWA HELM JANGAN LUPAA!"

"IYAAA."

Setelah mengunci pintu rumah dan memasukkannya dalam saku, aku melambaikan tangan pada Nisha yang dari lima menit lalu sudah menunggu di halaman rumah.

"Maaf, ya, lama."

"Aku baru sampe lima menit lalu, kok. Santai aja."

Hari ini adalah hari dimana pameran di galeri milik Bu Dewi digelar. Kebetulan jarak tempatnya memang tak terlalu jauh dari perumahanku, jadi Nisha menawarkan untung berangkat bersama semalam.

Beberapa hari kemarin, hujan aktif mengguyur wilayah kami, tapi beruntung hari ini cuaca mendukung walaupun langit sedikit mendung. Jadi setelah berbincang singkat, kami langsung tancap gas ke tempat tujuan.

Sesampainya disana, keadaan cukup ramai. Sepertinya mayoritas pengunjung disini berisi siswa dari sekolah kami karena beberapa ada yang ku kenal.

Galeri milik Bu Dewi ternyata cantik sekali. Gedungnya bernuansa klasik dengan pintu kaca di bagian depan. Dari luar pun sudah terlihat beberapa lukisan dan miniatur yang terpajang di dalam sana melewati pintu kaca tersebut.

Apa suatu saat nanti aku juga bisa membuat galeri berisi lukisan-lukisanku seperti ini?

"Bagus, ya, gedungnya." celetuk Nisha yang ku tanggapi dengan anggukan setuju.

Tak lama kami menghampiri petugas untuk masuk. Tak perlu akses khusus, kami hanya dimintai kartu pelajar untuk membuktikan bahwa benar kami anak ajar Bu Dewi.

Lalu kami mulai menapak karpet beludru. Suhu berubah lebih sejuk, menambah kenyamanan setelah disuguhi karya-karya yang memanjakan mata.

Karena ini acara pameran, jadi karya yang dipajang disini bukan hanya karya milik Bu Dewi saja, tapi banyak karya seniman-seniman lain yang cukup terkenal di kota ku.

Keseluruhan dinding dipenuhi oleh lukisan yang berjarak kurang lebih dua meter, lalu di tengah ruangan berisi karya tiga dimensi seperti miniatur, patung, candi, dan karya unik lainnya.

Salah satu yang menarik perhatianku adalah boneka dari kayu yang diwarnai dengan warna bendera dari berbagai negara.

"Bikin kayak gitu bagus, deh, Sha. Nanti bajunya bisa dimodif jadi pake batik atau baju adat Indonesia."

"Ih, iya! Catet dulu, deh. Nanti rembukin sama anak-anak yang lain."

Aku mengacungkan jempol, kemudian lanjut berjalan melihat-lihat lukisan.

"Jan,"

"Ya?"

"Ada Radipta." Nisha menggigit bibir seraya memegang lenganku. "Tapi sama Alin."

"Ooh..."

Bahuku melemas. Tak peduli ada dimana duo sejoli itu, aku mengalihkan perhatian kembali pada lukisan. 

Tak cukup disekolah, apa aku harus melihat interaksi mereka juga disini?

"Mereka gak berdua doang, Jan. Ada satu orang lagi, pacarnya Alin kayaknya?"

Kali ini ucapan Nisha tak bisa membuatku menahan diri. Karena memang naluri perempuan yang selalu penasaran, akhirnya aku menoleh ke belakang-ke arah mata Nisha tertuju.

Reaksi pertamaku yang muncul ketika melihat pacar Alin adalah menutup mulut dengan mata melebar akibat terkejut.

Alin... dapat darimana pria seperti itu?

Kalau jadi Radipta aku akan mundur teratur setelah tahu wujud pacar Alin.

Maaf Radipta, bukannya meremehkan. Kamu memang lumayan tampan. Tapi jika dibandingkan dengan pacar Alin tentunya akan kalah telak.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now