Kanvas untuk Radipta - 5 Januari 2020

13.3K 1.4K 172
                                    

"Radipta gak masuk?"

"Kayaknya enggak."

Nayya mendengus. Gadis itu menyeruput jus mangga seraya mengamati keadaan sekitar kantin.

"Jagain adek kali, Jan." imbuh Puspa yang duduk di depanku.

Aku menanggapi dengan tawa sekenanya. "Bisa jadi."

Sepertinya akan menjadi keajaiban jika dalam seminggu Radipta tidak ada absen, kecuali di minggu ujian. Entah apa alasannya, selalu saja ada hari dimana ia tak hadir.

"Dia kalo di rumah gitu ngapain, ya? Emangnya gak bosen? Temen-temennya juga pada masuk, kan?"

Aku melirik Nayya, menunggu jawaban dari pertanyaan Puspa barusan. Tapi Nayya justru melirikku balik dengan alis mengangkat.

"Gak tau aku. Walaupun tetanggaan, tapi kita musuh kalo kalian lupa."

Puspa tergelak, begitu juga aku.

"Beneran... kalo aku pulang sekolah juga rumahnya tutupan terus. Tapi motornya ada, jadi dia gak mungkin pergi kemana-mana."

"Cih... sok misterius!"

"Iya, kan!"

Disaat seperti ini, angkat bicara sama saja bunuh diri. Membicarakan Radipta dengan kedua orang haters-nya sebagian besar hanya berisi makian. Sekalinya aku mengelak, habis sudah.

"Btw, Jan, aku baru tau kamu suka ngelukis. Kenapa baru di posting sekarang-sekarang? Padahal bagus banget, loh!"

"Ih iya!" Nayya menggebrak meja kantin, membuat beberapa orang yang sedang lewat menoleh kaget. "Aku juga baru tau, perasaan pas ke rumah mu gak ada peralatan lukis gitu-gitu."

Memang semalam aku akhirnya memberanikan diri untuk memposting karya yang ku buat. Sebelum itu, hanya Achal yang tahu kalau aku gemar melukis.

Kini melihat keantusiasan Nayya dan Puspa, membuatku makin percaya diri dengan kelebihan yang ku punya setelah sebelumnya ragu ingin mempostingnya atau tidak.

"Gak pede, lukisanku gak begitu bagus jadi aku ragu. Itu pun diposting karena dipaksa Achal."

"Gila, ya? Itu bagus banget tau! Kalo jadi kamu pasti aku posting terus."

"Setuju!" Nayya menyahut. Kemudian menoleh padaku. "Sumpah aku mau ngomong ini kemarin. Untung aja Puspa ngebahas."

"Apa?"

"Radipta suka banget art art kayak lukisan gitu, hampir tiap hari dia suka posting di snapgram."

Senyumku merekah. "Serius?"

Nayya mengangguk dengan senyum meledek. "Seneng banget, tuh, roman-romannya."

Siapa yang tidak senang kalau mengetahui orang yang kita suka juga menggemari hal yang sama dengan kita?

"Kamu follow instagramnya Radipta, Jan?"

Aku menggeleng.

"Coba kamu follow dia, terus posting lukisanmu. Siapa tau dia notice, kan."

Nayya menjentikkan jari. "Bener, tuh. Kamu harus belajar caper. Diem doang mana bisa dapet."

Aneh rasanya mendengar Nayya dan Puspa mendukungku untuk mendekati Radipta. Patut diapresiasi, jadi aku menganggukkan kepala dan mengacungkan kedua jempol sebagai tanda persetujuan dengan ide mereka.

•••

"Udah follow Radipta?"

"Ini baru mau."

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now