01

8.6K 483 5
                                    

-Story-
Don't plagiat⚠
----------------------

Gamara glalaria sayara nama yang cantik yang sesuai dengan parasnya, Namun tak selaras dengan kisah hidupnya.

Disetiap kisah hidup dan cerita akan ada yang namanya pemeran utama, sang protagonis, tentunya. Yang akan mendapat kisah indah di akhir cerita. Bukan hanya dalam sebuah kisah cerita didalam buku ataupun novel, melainkan juga dalam kisah cerita hidup manusia.

Sama seperti kisah dari Gamara.

Dalam sebuah kisah kurang lengkap jika tidak adanya antagonis dalam cerita, tapi pernahkan kalian berfikir? Apa alasan mereka memilih menjadi Antagonis? Tidak semua orang terlahir untuk menjadi Antagonis dalam cerita. Semua orang tidak akan berpikir untuk sengaja menjadi penjahat dalam jalan cerita, tapi keadaanlah yang membuat mereka terpaksa melakukan semua hal itu.

Sama dengan Gamara, bukan keinginannya menjadi antagonis dalam cerita ini, tapi keadaan yang memaksanya melakukan semua ini.

Mulai dari dirinya terlahir dan membuka matanya melihat dunia ini, keadilan belum pernah berpihak kepadanya, keluarga yang seharusnya membimbingnya dan membesarkannya penuh perhatian dan kasih sayang tak pernah dirasakannya.

Lahir dari keluarga terpandang tak pernah bisa menjamin kebahagiannya.

Terlahir bersama dengan saudara kembar tak identik nya membuatnya tak terlihat, bahkan seakan dirinya tak ikut lahir bersama sang kembaran.

Kedua kakak lelaki yang seharusnya menjaganya pun tak pernah datang bahkan hanya sekedar untuk menjenguknya di dalam kamar, tak pernah mengajaknya ke taman bermain bersama.

Mereka tak mengajaknya, mereka hanya mengajak Mayara, saudara kembarnya.

Sama halnya dengan saat ini saat dirinya melihat Mama, papa, kedua Abangnya, Arsya kakak pertamanya yang mengelus surai panjang Mayara dengan sayang dan Abiza abang keduanya yang menggandeng tangan Mayara dengan sayang, hanya terfokus pada Mayara, seolah dirinya tak ada disana. Bahkan sang tunangan pun ikut berdiri disamping Mayara.


Ingin rasanya Gamara berteriak 'Ma, pa, bang, Aksa lihat mara sekali aja, mara iri! '

"Mah, pah, kalian udah dateng?" Gamara mendekat membuat mereka semua menoleh dan mengatensikan  pandangan mereka pada seorang gadis dengan baju yang terlihat sesak dipakainya.


"Nggak bisa liat kamu?" Ucapan ketus sang mama kembali menyerang hatinya.

"Bukan gitu mah, mara cuma pengen ngobrol sama kalian" Gamara mencoba menahan sesak airmata yang memaksa keluar.

"Buang buang waktu, Yara perlu istirahat setelah pengobatan dan perjalanan kami dari Singapura" Setelah mengatakan itu Barata mengajak mereka berlalu.

Gamara mengepalkan tangannya, nafas yang mulai tak teratur, mata memerah menatap mereka semua.

"Apa nggak bisa kalian luangin sedikit waktu aja buat Mara?!" Dengan berteriak lantang gadis itu menatap sendu kearah mereka semua.

"Jaga sopan santun mu Gamara! Jangan membuat ulah" Jawaban sang papa membuatnya semakin tidak bisa menahan emosinya.

"Hanya meminta sedikit perhatian saja kalain sudah bilang kalau Mara membuat ulah? Hanya sedikit, sedikit aja Mara pengen ngerasain gimana rasanya punya keluarga mah pah, SEDIKIT SAJA! "

plak

Wajahnya tertoleh dengan sudut bibir yang berdarah dengan wajah yang terpaku, air matanya tak berhenti mengalir.

Semua memandang terkejut kearah Barata yang memandang tangannya sendiri dengan terkejut.

"Mara... "

Gadis itu menoleh, dan menggelengkan kepalanya.

"Papa jahat! Mara benci papa! Mara benci kalian semua! " Setelah berteriak gadis itu berlari pergi keluar rumah meninggalkan semua orang yang masih terkejut.

"Mara! Berhenti! Saya bilang berhenti!"

Brummm

Gamara menangis dengan tangan yang setia memukuk stir mobilnya.

Hanya sedikit saja dirinya meminta, dirinya tak pernah meminta apa pun, bahkan dihari ulang tahunnya.

Sedari kecil dirinya harus selalu mengalah, dengan alasan

"Yara itu sakit, kamu harus baik sama dia"

"Mama nggak ada waktu, mama mau pergi sama Yara"

"Kamu tuh harus ngalah sama Yara"

"Jangan egois dong! "

Menjambak rambutnya kesal gadis itu meraung, segala hal sudah dilakukannya hanya untuk menarik perhatian mereka.

Dengan terus berprestasi dalam bidang akademis maupun non akademis, dari kecil hingga sekolah menengah pertama, tak membuahkan hasil, hingga saat memasuki sekolah menengah atas dirinya mengambil cara lain dengan memberontak dan membuat ulah, berhasil, sedikit perhatian mulai ia dapatkan meski hanya bentakan dan cacian.

Dirinya selalu dituntut untuk mengalah pada Mayara, bahkan saat dirinya ditunangkan dengan Aksa Branata Adyaksa saat kecil karena ibu dari Aksa, Mashita Adyaksa sangat menyayangi gadis itu, dan karena Aksa adalah sahabat kecilnya.

Tapi saat mulai remaja Aksa berubah, lelaki itu juga berpindah posisi disamping Mayara.

Semuanya tentang Mayara, hanya Mayara yang membuatnya muak, dengan gadis itu yang selalu membuatnya di dalam posisi yang terlihat salah, hingga dirinya harus berakhir dicaci oleh semua orang yang disayangnya.

"Gamara capek"-dengan menutup matanya gadis itu berucap lirih, tak memperhatikan jika sebuah truk dengan kecepatan rata rata tengah melaju kearahnya.

Tin... Tinnn

Brak

Kedua mobil terpelanting, dengan tubuh terpelanting keluar dari mobil, dan kepala yang terbentur pembatas jalan gadis itu membuka matanya perlahan dengan darah yang terus keluar dari kepalanya.

" Sekali aja, liat Mara." Sebelum matanya tertutup sempurna, dirinya melihat siluet lelaki yang berjalan kearahnya dan tak lama kegelapan menguasainya.

Storyline
___________________
Follow my ig: @divatrysa_
Kalau mau liat spoiler check di ig ya guys!

Minggu, 28 Agustus 2022
812 kata

Setelah aku baca beberapa cerita transmigrasi, aku mulai terinspirasi lagi buat cerita ini.

Karna udah sedikit lama aku ga mood buat nulis cerita lagi dan allhamdulillah sekarang udah mood lagi, do'ain biar mudah jaga mood ya guys hehe.

STORYLINEWhere stories live. Discover now