06

4.3K 411 19
                                    

Story

Don't plagiat ⚠
..............

Gamara kini tengah berbaring dengan posisi tengkurap dengan kedua tangan yang menopang dagu.

"Ck, kenapa bisa ada di dia sih?!" Gemas sekali rasanya, kenapa bisa ponselnya berada ditangan lelaki gila itu?!

Dan di mana lagi dia bisa bertemu dengan lelaki itu?

"Oke, mulai besok misi kita mencari kediaman Maheswara! Samperin si cowok gila, ambil ponsel, tendang anunya, lari!" Gamara mengangguk yakin dengan kedua tangan tergenggam dan terangkat ke atas.

"Nona, tu-tuan menyuruh anda untuk segera turun dan makan malam" Bi Ratih berkata dengan sedikit gugup, pasalnya Gamara paling tidak suka jika diganggu, dirinya sudah siap mendapat semprotan dari nona mudanya.

"Iya" Bi Ratih yang mendapat balasan sang nona pun membulatkan matanya, dan tersenyum senang.

"Baik nona"

Gamara menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan yang kini sudah lengkap terisi oleh keluarga Barata.

Menarik kursi yang sedikit jauh dari mereka membuat mereka semua menatap Gamara dengan berbagai tatapan, tak biasanya gadis itu duduk diujung meja, gadis itu selalu merengek untuk duduk disebelah Arsya maupun Abi.

"Ck, lama banget sih lo" Gamara hanya menoleh dan menatap tak suka pada Abi, Lagi-lagi Abi tertegun, sebenarnya ada apa dengan gadis itu?

"Sudah, mulailah makan" Lerai Barata Mereka pun makan dengan tenang sebelum Maraya membuka mulutnya.

"Pah" Semuanya menoleh menatap putri kesayangan Barata itu, kecuali Gamara yang hanya setia dengan makanannya dengan telinga yang dipertajam nya.

"Ya?"

"Yara besok sepulang sekolah mau pergi sama Aksa" Ucap Mayara dengan sedikit melirik ke arah Gamara, begitu juga dengan semua orang yang kini menatap gadis yang tengah fokus dengan makanannya.

"Abang temenin?" Tanya Abi yang mendapat gelengan dari Mayara.

"Nggak bang, Yara cuma pergi berdua aja sama Aksa ke toko buku" Gamara menoleh, ntah kenapa gadis itu seperti menekankan jika mereka hanya pergi berdua saja, mau pamer ceritanya? Hell dirinya tak peduli sama sekali.

Arsya menatap ke arah Gamara, ntah yang ada di fikiran nya sekarang hanya ada Gamara, yang terlihat seperti menghindari dirinya, dan itu mengusiknya.

Gamara  menatap tak suka ke arah Mayara yang kini juga menatapnya dengan wajah yang seolah tengah takut padanya, membuat Barata, marita dan juga Abi menatap kearah Gamara.

"Mamah harap kamu nggak ganggu Yara" Mendengar ucapan Marita Gamara pun menoleh dengan wajah tak percaya.

"Gue? Ganggu anak lo yang penyakitan?" Marita terkejut mendapat balasan dari putrinya, lo/gue?

Brak!

Pukulan meja dari Barata membuatnya sedikit terkejut.

"Jaga ucapanmu Gamara, dia adikmu, dan jaga sopan santun mu pada Mamamu,semakin lama semakin tak terlihat sopan santunmu itu?!" Geram Barata membuat emosi Gamara ikut naik.

"Kalau gue nggak mau?" Ucapan Gamara semakin memancing emosi Barata.

"Jaga batasan mu Gamara Glalaria Sayara!" Ucap Barata tertahan berusaha mengendalikan emosinya.

"Batasan ya? Lucu, kalian semua lucu tau nggak" Gadis itu terkekeh dengan melipat kedua tangannya sombong, Namun perkataan selanjutnya dari gadis itupun membuat mereka tak percaya.

"Anak mau jadi pelakor kok dibiarin"

"Gue selesai, males ngeladenin bacotan kalian" Ucapnya dengan sedikit membanting sendoknya.

"Berhenti di tempatmu Gamara! " Bentakan Barata sama sekali tak dihiraukan oleh Gamara, tak ada yang berani menyela, kini mereka tau jika Barata tengah benar-benar marah.

"Berhenti atau semua fasilitas mu saya tarik!" Berhasil, Gamara menoleh, tapi ada senyum yang tak bisa dijelaskan dari Wajah gadis itu.

"Oke, beri saya waktu, anggap saja mulai detik ini saat saya menggunakan fasilitas anda  adalah sebagai hutang, dan saya akan membayar nya, jika suatu saat nanti saya sudah selesai membayarnya, disitu juga gelar anda sebagai ayah Gamara telah tiada dimata saya. " Terkejut bukan main Barata, apa itu? Benarkah Gadis yang selalu membuntuti nya berkata seperti itu? Ribuan batu besar seperti menghantam dadanya.

Begitu juga dengan Marita, Abi dan Arsya pun tak kalah terkejut dengan perkataan Gamara.

"Tutup mulut lo Gamara! Sadar lo ngomong gitu sama papa ha?! " Bentakan Abi membuat Gamara menatap lelaki itu intens.

"Seribu persen gue sadar, kalo gue berada ditengah orang-orang dungu kaya lo, dan pada saatnya gue bakal bebas dari neraka yang menjelma sebagai rumah ini" Gadis itu berkata dengan percaya dirinya dengan tersenyum puas sebelum pergi berlalu dari sana dengan ke terdiaman semua orang.

Arsya menatap sendu kearah adiknya, adik ya?

Brakk

Suara pintu Gamara yang tertutup dengan kencang. Membuat mereka semua menatap nanar pintu itu.

"Kembali ke kamar kalian" Perkataan Barata membaut mereka semua tersadar dan berlalu pergi.

"Mas" Barata menatap marita sekilas dan berlalu pergi menuju taman belakang rumahnya.

Marita menatap punggung suaminya dengan sendu dan berlalu pergi.

Lain halnya Gamara yang kini mendudukkan dirinya di ranjang empuknya dengan kedua tangan yang mengepal erat.

"Arghh! Sial! Gue harus cepat cari pekerjaan" Gamara berdecak kesal dan merebahkan dirinya. Menggunakan sebelah tangannya untuk menutup Matanya.

"Batasan ya?" Gumamnya lirih, tak terasa sudut matanya sedikit mengeluarkan air, nyatanya hatinya masih berdenyut sakit.

Storyline
Follow my ig: @Divatrysa_

Jum'at, 02 September
742  kata

Spam comment👉

STORYLINEWhere stories live. Discover now