08

4.2K 390 17
                                    

Storyline
Don't plagiat ⚠
..............

Brakk.... Brak....

"Neng udah atuh, bisa rusak pagarnya ini teh" Gamara menatap tajam pria paru bayah yang terus menahan gerbang besi itu agar tidak roboh karena tindakannya yang menggoyang pagar itu.

"Makanya bukain... " Gemas Gamara berusaha masuk.

"Tidak bisa atuh non Gamara, non teh telat atuh"

"Cuma sepuluh menit aja kok"

"Ya sama saja atuh" Gamara menghela nafas, mengarahkan kedua tangannya ke arah pinggang menatap permusuhan pada satpam bernama Edward Agustion itu. 

"Pak Edward, saya tandain bapak!" Setelah mengatakan itu Gamara berlalu meninggalkan pak Edward yang meneguk ludahnya kasar.

Sedikit menjauh dari pagar, mendengus kesal, memikirkan cara agar bisa masuk kedalam sekolah tanpa melewati gerbang utama.

Memutar otaknya, dan ya! Dia tau harus lewat mana, untung saja sebelum pergi kesekolah dirinya sudah berinisiatif memarkirkan mobilnya di parkiran cafe yang tidak jauh dari sekolah, karena takut hal ini terjadi.

"Sial, ini semua gara gara lo, tuan muda Maheswara tai!"

.......

"Ini gimana cara manjat nya anjir" Dengan menatap tembok belakang sekolah yang cukup tinggi didepannya, Gamara terus mengoceh.

Menatap sejenak pohon tinggi yang berada di dekat tembok putih itu.

"Mau nggak mau gue manjat nih pohon, ah tai" Melepas sweater nya mengikatnya dipinggang dan mulai memanjat pohon.

Bergerak dengan cukup lincah akhirnya gadis itu sampai pada pembatas tembok, menutup matanya dan bersiap untuk meloncat ke arah bawah.

Brukk...

"Sejak kapan tanah belakang sekolah empuk gini?" Tanyanya monolog dan meraba 'tanah' yang didudukinya.

Tapi kenapa ada yang aneh?

"Gamara Glalaria Sayara! Berdiri kamu dari punggung saya! " Gadis itu ter lonjak kaget, berdiri dan menatap ke arah pria botak yang tengah tengkurap itu.

Mata gadis itu membola sempurna, dan bersiap kabur saat sebelum guru kesiswaan itu menarik telinganya.

"Mau kabur kemana kamu hah?!" Sembur guru bernama Bondan itu membuat Gamara menyengir kikuk.

"Ke kelas pak"

"Ke kelas kamu bilang?! " Sembur pak bondan lagi membuat Maura mengangguk pelan.

"Ikut saya ke lapangan!" Gamara pasrah saja saat tangannnya di tarik oleh pak bondan ke arah lapangan.

Sesampainya dilapangan pak bondan melepas tangannya dan menyuruhnya berdiri di depan tengah lapangan.

"Angkat kedua tangan dan pegang telinga" Gamara melakukan apa yang diperintah oleh pan bondan.

"Angkat kaki kiri! " Gamara lagi lagi menghela nafas kasar tapi tak ayal mengikuti perintah dari pak bondan.

"Kamu ya, sudah terlambat, nimpa saya, udah gitu mau kabur?! Ha?!" Gamara hanya menatap malas kearah pak bondan, kemudian guru itu bergerak ke arah sekumpulan lelaki yang sedari tadi memperhatikan Gamara yang terkena semprot oleh pak bondan.

"Dan kalian juga! Nggak ada kapok kapoknya kalian! Selalu saja telat!" Pak bondan menatap satu persatu anggota inti Areo tersebut. Gamara menatap segerumbulan lelaki itu malas. Ada mereka ternyata.

STORYLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang