02

5.2K 424 0
                                    

Story
.....................

Don't plagiat⚠

Mata yang semula terpejam dengan erat, kini mulai terbuka, dengan pandangan yang sedikit samar.

Gamara membuka matanya menyesuaikan cahaya yang merangsak masuk kedalam penglihatannya.

Mencoba mendudukkan dirinya, tapi terhalang saat merasakan denyutan pada kepalanya, nyeri sekali rasanya, matanya menggeledah menatap sekitar, ruangan serba putih dengan peralatan dan bau obat yang menyengat.

Sepi.

Dirinya ingat terakhir kali dirinya terpental jauh dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

Kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, tapi tak seorang dari keluarganya menemaninya disini.

Klik

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan seorang lelaki yang sepantaran dengannya dengan setelan jas formalnya. Asisten pribadi papanya.

"Mereka kemana?" Gamara bertanya dengan datar pada lelaki ber name tag  Adnan Damanu itu.

"Non sudah sadar? Saya panggilkan... "

"Mereka kemana Adnan?" Geram Gamara membuat Adnan menghela nafas kasar.

"Nona Mayara kambuh dan kembali memasuki rumah sakit Nona." Setelah mengatakan itu Adnan mendengar kekehan sinis dari putri sulung tuannya.

Terkadang Adnan merasa kasihan pada gadis muda ini, bagi Adnan bukan sengaja Gamara berbuat jahat, bukan sengaja Gamara membuat masalah, Gamara hanyalah gadis belia biasa yang haus akan kasih sayang keluarga.

Sudah enam taun sejak dirinya di usia belia menjadi asisten dari Barata menggantikan sang ayah, Adnan mengerti dan mulai mengenali watak dari keempat anak sang majikan.

Dibanding dengan Mayara dan kedua putra Barata, Adnan lebih segan dan senang dengan Gamara, jika nantinya ditugaskan untuk menjadi asisten dari putra putri Barata, Adnan akan dengan senang hati dan yakin untuk memilih Gamara.

Apalagi mengingat dulu pertama kali lelaki itu bertugas, Gamara lah yang mengajaknya berbicara.

Flashback on

Adnan kecil tengah menatap bangunan besar di depannya, memasuki bangunan tersebut dan disuguhkan dengan interior rumah yang mewah.

Matanya sibuk menjelajah semua sudut ruangan hingga tak memperhatikan jika seorang gadis kecil tengah berlari kearahnya dengan wajah yang menoleh kearah belakang.

Bruk

"Adoh"

"Ck siapa sih yang Ngehalangin jalan aku?!" Gadis kecil itu menundukkan kepalanya menatap adnan yang menatap kesal ke arah gadis yang menabraknya.

"Ck minggir dulu, kamu berat tau!" Sang gadis pun malah melototkan matanya.

"Enak aja! Aku nggak berat ya! Kamu nya aja yang kurus! " Tak ayal gadis itu berdiri dan menatap permusuhan pada Adnan yang kini juga berdiri menatapnya sebal.

"Kamu siapa?" Tanya gadis itu bigung, saat tersadar jika sosok didepannya ini Asing terlihat.

"Aku manusia"

"Ck, ya aku tau, kamu mirip pak Gery" Ucapnya sembari meletakkan telunjuk nya di dagu terlihat seperti tengah berfikir keras.

"Gamara! Kembalikan mainan Mayara! " Suara seorang wanita menggelagar menatap tajam gamara kecil yang terkejut mendengar teriakan wanita itu.

"Tapi itu punya gamara mah" Mencoba mempertahankan miliknya gamara menyembunyikan mainan itu di belakangnya.

"Bisa nggak sih, kamu nggak egois?  Ngalah dong sama adek kamu! Yara itu lagi sakit Mara!"bentakan wanita itu membuat gamara kecil semakin bergetar ketakutan.

"Kenapa Mara terus yang harus ngalah? Kemarin mainan Mara juga diambil sama Yara! Kuncir rambut Mara juga diambil semua sama Yara, tapi Mara nggak papa, kalau ini kan mainan kesayangan Mara dari 'dia' kenapa Yara mau juga? Yara yang egois mah, bukan Mara"

"Diam kamu! Siapa yang ngajarin kamu kayak gitu?! Mamah nggak pernah ngajarin kamu nggak punya sopan santun kayak gitu! Sini kamu" Dengan menarik lengan gadis itu , Marita mengeluarkan segala ucapannya.

Adnan yang masih belum bisa mencerna dengan baik pun menatap prihatin pada gadis kecil itu.

Adnan menghela nafas mengingat pertemuan pertamanya dengan Gamara.

Adnan mengalihkan pandangannya pada Gamara..

Gamara terkekeh pelan, bahkan dalam kondisi seperti ini tak ada satupun dari mereka yang menemaninya?

Hahh

Apa yang kau harapkan Gamara?!

Sudah cukup selama ini kau menyusahkan dirimu sendiri, demi mendapatkan kebahagiaan mereka dan perhatian mereka.

Cukup, sekarang tidak lagi Gamara!

Gadis itu meyakinkan hatinya dan memantapkan nya.

'Carilah kebahagiaanmu sendiri Gamara, lupakan mereka, buktikan jika dirimu bisa tanpa mereka.

Tak lama dokter memasuki ruangan Gamara.

"Bagaiman nona Gamara? Apa kepala anda masih terasa sakit?" Gamara hanya menggeleng sebagai jawabannya.

"Baik kalau begitu, saya permisi, sebelumnya saya ingin menyampaikan pesan dari tuan muda kami, yang menyelamatkan nona dalam kecelakaan tersebut" Gamara mengangguk dan menerima sebuah surat yang diberikan Oleh dokter tersebut.

Ah lelaki yang terakhir kali mendatanginya di malam itu, Sang dokter pun pergi dari ruangan Gamara dan menyisakan Gamara dan Adnan.

Tolol.

Apa-apaan ini?

Dengan meremas kertas tersebut gadis itu menggeram, siapa orang bodoh yang tiba-tiba mengatainya seperti itu?

"Ada apa nona?" Tanya Adnan saat melihat perubahan raut wajah dari Gamara.

"Siapa tuan muda mereka Adnan? "

"Tuan muda Maheswara, nona"

"Gue nggak nanya marganya Adnan, gue nanya siapa nama nih orang"

"Anu, Saya tidak tau nona" Ucap Adnan menggaruk tengkuknya kaku.

"Ck, bego"

Astaghfirullah Adnan mengelus hatinya.

"Saya nggak bego nona"

"Yang ngomong lo bego siapa? Gue yang bego nanya sama orang kelewat bodoh kayak lo"

Double kill.

Storyline
Follow my ig: @divatrysa_

Mau spoiler? Check my instagram!

29 Agustus 2022
744 kata.

STORYLINEWhere stories live. Discover now