-22-

623 113 13
                                    

Jane menggeram frustasi. Ini sudah hari ketiga Rose pergi meninggalkan dirinya dan dia sudah berusaha mencari Rose namun Rose hilang tanpa jejak.

Seojoon bahkan sudah ke Korea dan mengerahkan orang suruhannya untuk mencari sang anak namun tidak ada tanda tanda kalau Rose bakalan pulang dengan segera. 

"Apa kamu sudah bahagia sama si Jaehyun itu hurm?" gumam Jane lirih. Dia sudah mencari Jaehyun di sekolah namun cowok itu juga seakan menghilang membuatkan Jane beranggapan kalau Rose sudah kabur bersama Jaehyun.

"Hyung" Limario menghampiri Jane yang berada ditaman belakang rumahnya itu

Jane menghela nafasnya dengan lirih "Sepertinya dia sudah bahagia sama Jaehyun makanya dia tidak ingin kembali bersama gue bukan?"

"Gue tidak yakin Rose kabur bersama Jaehyun" ujar Limario.

Jane menatap Limario dengan tatapan tidak percayanya "Elo sendiri melihat kalau dia pergi bersama Jaehyun bukan?!"

Limario mengangguk singkat "Tapi gue yakin dia memang tidak bersama Jaehyun. Tidak mungkin Rose ikut kabur bersama Jaehyun. Mereka baru saja kenalan, masa Rose sudah langsung percaya sama Jaehyun huh? Lagian gue sudah menyoal kepala sekolah dan kepala sekolah bilang kalau Jaehyun mengambil libur untuk beberapa hari. Dia ada urusan keluarga"

"Bisa saja itu alasan dia agar tidak ada yang curiga kalau dia membawa Rose kabur" sahut Jane.

"Terus sekarang elo mau ngapain? Masa elo tidak ingin mencari istri elo lagi?"

"Gue ingin menyerah deh" sahut Jane "Untuk apa gue mencari dia? Dia sendiri yang ingin pergi dan bebas dari gue bukan? Kalau dia ingin pergi, silakan saja. Gue juga bisa melanjutkan hubungan gue sama Julia. Tidak ada gunanya gue menyakiti hati Julia hanya demi Rose" lanjutnya.

Limario menghembuskan nafasnya dengan kasar "Ikut gue!" dengan kasarnya dia menarik Jane menuju kemobil.

"Kita mau kemana?" bingung Jane.

"Ketempat yang bisa bikin elo menyesal" sahut Limario



















"Restaurant Wendy?" ujar Jane setelah mereka tiba di parkiran restaurant.

"Ayo masuk" ujar Limario.

Jane yang masih bingung itu hanya mengikuti langkah Limario. Restaurant itu masih sepi soalnya sekarang masih jam 8 pagi.

"Wendy Nuna" panggil Limario.

"Lim? Jane? Kalian ngapain disini? Apa kalian mau sarapan? Atau kalian mau ketemu sama Julia? Tapi Julia belum tiba si" ujar Wendy.

"Nuna, aku yakin Nuna tahu rahsia yang ditutupi sama Julia selama ini" ujar Limario.

Terlihat dengan jelas kalau raut wajah Wendy berubah "M-maksud kamu apa Lim? Julia tidak ada rahsia kok" ujar Wendy sedikit kaku.

Secara tiba tiba Limario bersimpuh didepan Wendy membuatkan orang orang mula menatapnya "Aku mohon sama Nuna. Aku sayang sama Hyung aku dan aku ingin dia bahagia. Hanya Nuna yang aku harapkan saat ini. Tolong ceritakan soal perselingkuhan Julia itu agar Hyung aku percaya kalau Julia mengkhianati cinta dia. Gara gara Julia, cewek sebaik Rose menderita. Nuna juga seorang cewek, aku yakin Nuna akan mengerti posisi Rose. Aku mohon" pinta Limario dengan mata berkaca kacanya. Dia begitu menyayangi Jane makanya dia tidak ingin Jane terus dibutakan oleh cinta palsunya itu.

Wendy terdiam untuk beberapa detik. Apa yang dikatakan oleh Limario itu ada benarnya. Sebagai seorang cewek, dia bisa membayangkan posisi Rose bahkan dia tidak sanggup untuk menghadapi masalah itu "Baiklah. Kita ngobrol diruangan aku saja" ujarnya berganjak memasuki ruangannya disusul oleh Jane dan Limario.










*
*

Disisi lain, terlihatlah Rose yang masih diikat dengan kondisi yang kacau. Matanya sembab menandakan kalau dia sudah menangis.

Sudah banyak luka yang ada dibadannya itu dan semuanya pasti ulah ketiga cowok yang menculiknya itu.

Tolong, dia benar benar merasa terseksa. Kenapa dia harus melalui segala penderitaan itu?

"Oppa, kamu pasti sudah bersama Julia bukan? Mungkin gara gara ini juga kamu tidak mencari aku lagi" gumam Rose menahan perih disudut bibirnya.

"Ck, miris sekali nasib elo ya" Alvin berjalan menghampiri Rose dengan membawa bungkusan makanan. Dia mengambil bangku dan duduk didepan Rose.

"Tolong lepasin gue" pinta Rose lirih.

"Sudah gue bilang kalau gue tidak akan melepaskan elo!" smirk Alvin. Dia membuka bungkusan makanan itu dan bersiap untuk menyuapi Rose "Buka mulut elo"

"Untuk apa elo memberi gue makan kalau elo mau gue mati?!" tanya Rose.

"Gue memang mau elo mati si tapi sekarang bukan saatnya. Elo harus menderita duluan" sahut Alvin "Buka mulut elo!" arahnya

Rose menutup mulutnya. Dia tidak ingin memakan makanan yang dibawa sama Alvin. Dia lebih memilih untuk mati gara gara kelaparan daripada mati gara gara siksaan yang diberikan oleh ketiga cowok kejam itu "Gue tidak ingin memakan makanan dari sampah seperti elo!"

"Kurang ajar!" teriak Alvin marah. Dia membuang bungkusan makanan itu kelantai dan beralih menjambak rambut Rose "Lo memang suka memancing emosi gue hah?!"

Plakkkk

Plakkkk

Luka disudut bibir Rose yang sudah mengering itu kembali mengeluarkan darah. Rose tidak mampu menggambarkan perasaannya saat ini. Dia benar benar kesakitan.

Brakkkkk

Alvin yang masih belum bisa menahan emosinya itu beralih menendang bangku yang mengikat Rose membuatkan Rose jatuh.

Rose meringis menahan sakit di kedua tangan dan kakinya yang diikat. Dia ingin bangkit namun kesulitan gara gara ikatan itu.

"Jangan macam macam sama gue!" ancam Alvin sebelum berganjak pergi meninggalkan Rose.

Rose bernafas dengan nafas yang memburu. Air matanya kembali mengalir keluar "Ma, Rose sudah capek. Tolong bawa Rose bersama Mama" lirihnya memohon.








  Tekan
   👇

Because You're Mine✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt