-27-✅

1.2K 118 26
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan yang lain sudah pamit pulang meninggalkan Jane yang setia disamping sang istri.

Sudah dari tadi Jane menahan rasa kantuknya namun dia harus tetap sadar karena dia takut istrinya kenapa napa.

"Apa kamu tidak ingin sadar hurm? Bangunlah. Aku sudah merindui kamu" lirih Jane mengecup punggung tangan Rose berkali kali.

Sepertinya keajaiban berpihak kepada Jane. Perlahan lahan tangan yang digenggam oleh Jane itu mula bergerak "Rosie" panggil Jane beralih mengelus kepala Rose.

Mata yang dari tadi tertutup itu akhirnya terbuka. Tatapannya yang sayu itu sontak tertuju kearah Jane "O-Oppa"

"Iya Rosie, aku disini" sahut Jane "Sebentar ya" Jane menekan tombol merah yang ada di headboard kasur Rose.

Tidak butuh waktu yang lama, Dokter bersama beberapa orang suster menghampiri mereka.

"Seperti yang Saya jelaskan tadi, kondisi Rose-ssi sudah stabil namun badannya masih lemes. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan jadi saya menasihati anda untuk terus disamping dia" ujarnya kepada Jane.

"Baiklah Dok" sahut Jane.

"Masker oksigen dan alatan yang dipasangkan akan dilepaskan. Rose-ssi hanya perlu memakai infus rumah sakit" lanjut sang Dokter membuatkan para suster bergegas melakukan tugas mereka.

Setelah selesai, mereka semua akhirnya berpamitan keluar dari sana.

"Rosie. Terima kasih karena bertahan" ujar Jane yang terus mengelus pipi Rose.

Rose hanya bisa tersenyum tipis soalnya sudut bibirnya dan juga pipinya masih sakit.

"Kamu mau makan? Atau minum?" tanya Jane.

Rose menggeleng "A-aku mau tidur" ujarnya.

"Ouh, tidur saja. Aku temani kamu" sahut Jane.

Rose menepuk sisi sampingnya "O-Oppa juga tidur disini" ujarnya

"Tapi kamu lagi sakit. Aku takut menyenggol kamu" ujar Jane.

Rose menggeleng "Tidak akan. Ayo tidur disamping aku. Aku mau tidur bareng Oppa"

Jane menghela nafasnya. Dengan berhati hati dia ikut membaringkan dirinya disamping Rose dan Rose langsung saja menenggelamkan mukanya diceruk leher Jane.

"Rosie, maafin aku ya. Aku sudah menjadi suami yang jahat untuk kamu. Mianhe, jeongmal mianhe" lirih Jane merasa bersalah.

"Tidak apa apa" sahut Rose lemes "Semuanya sudah berlalu. Aku harap Oppa tidak akan salah memilih pendamping hidup Oppa lagi" lanjutnya.

"Aku tidak akan salah memilih pendamping hidup aku lagi karena aku sudah memilih kamu. Kamu yang terbaik untuk aku" ujar Jane mengelus rambut Rose.

"Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mampu menjadi sebaik sosok masa lalu Oppa" ujar Rose.

Hati Jane berdenyut nyeri ketika mendengar penuturan sang istri. Dia sadar kalau istrinya terluka atas kelakuannya selama ini "Kamu bahkan lebih baik dari masa lalu aku. Sudah, jangan dibahas soal ini lagi ya. Mendingan sekarang kamu tidur. Kamu butuh istirahat" ujarnya

Rose patuh dan memejamkan matanya namun sebelum itu dia mengeluarkan kata kata yang membuatkan pipi Jane bersemu merah "Saranghae Oppa"

Jane tersenyum malu malu "Nado sararanghae, Rosie" ujarnya sebelum menyusul Rose kealam mimpi.

















Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan Jane akhirnya terbangun dari tidurnya. Dia masih saja mendakap Rose yang tidur didalam dakapannya.

Namun anehnya, dia tidak bisa merasaka hembusan nafas Rose dilehernya "Rosie" panggilnya.

Tidak ada sahutan membuatkan Jane bergegas bangkit dan menatap wajah sang istri. Dielusnya pipi Rose membuatkan raut wajahnya sontak berubah. Pipi yang dielusnya itu benar benar dingin "Rosie. Hey, jangan bercanda sayang. Buka mata kamu!" panik Jane berusaha membangunkan sang istri.

Dia bergegas turun dari kasur itu dan menekan tombol merah yang ada diheadboard kasur sang istri.

Tidak butuh waktu yang lama, sang Dokter bersama beberapa orang suster menghampiri mereka "Jane-ssi, tolong tunggu diluar" arah Dokter itu.

"Andwae! Aku mau disini! Disamping istri aku!" bantah Jane yang terus menggenggam tangan dingin Rose.

Sang Dokter akhirnya pasrah dan mula memeriksa kondisi Rose.

"Jebal Rosie, jangan bikin aku takut" gumam Jane dengan mata berkaca kaca.

"Jane-ssi" sang Dokter menatap Jane dengan tatapan yang sulit diartikan. Beberapa detik kemudian, dia menggeleng lemah "Istri anda sudah meninggal"

Deg

Dunia Jane seakan hancur. Apa ini? Baru saja tadi malam dia menghabiskan waktunya bersama sang istri dan sekarang istrinya itu malah pergi meninggalkan dirinya.

"Andwae!" teriak Jane. Dia bersimpuh didepan sang Dokter dengan kedua tangan yang disatukan "Aku mohon. Tolong kembalikan istri aku. Aku sanggup memberikan apa yang kalian inginkan tapi tolong kembalikan istri aku. Aku mohon" mohonnya.

"Jane-ssi, ini semua sudah takdir. Kami bahkan tidak bisa melakukan apa apa lagi. Tuhan menyayangi istri anda makanya dia membawa istri anda pulang. Ikhlaskan lah dia" ujar sang Dokter yang iba.

"Hiks andwae" Jane mula terisak. Dia bangkit dan beralih mengelus pipi sang istri "Sayang, hiks jangan pergi. Aku mohon. Kamu sudah mengambil hati aku, kenapa kamu malah pergi. Hiks aku tidak bisa hidup tanpa kamu sayang. Jebal! Aku mohon jangan pergi" isaknya



















Gundukan tanah ditatap nanar oleh sosok Jane yang terduduk diam disamping makam sang istri. Rasanya seakan sulit untuk diterima.

Hah~

Ternyata begini ya rasanya kehilangan orang yang tidak dianggap.

Menyesal. Jane benar benar merasa menyesal. Kenapa disaat dia sudah menerima istrinya sepenuhnya, istrinya itu malah pergi dan tidak akan kembali lagi?

"Hyung, ayo pulang "ujar Limario menepuk pundak Jane. Keluarga serta teman teman mereka sudah pulang dan sekarang hanya ada Limario yang menemani Jane.

"Lo pulang saja" ujar Jane tanpa menatap sang adek.

Limario menghela nafasnya "Gue tunggu dimobil" ujarnya berganjak pergi dari sana.

Jane kembali fokus menatap makan sang istri "Kamu terlalu mencintai aku ya makanya kamu membawa cinta kamu untuk aku itu sampai mati hurm? Aku juga mencintai kamu tapi aku telat. Aku telat untuk membalas cinta kamu itu. Rosie, tolong maafkan suami kamu yang bodoh ini ya. Maaf karena aku tidak menghargai cinta kamu. Sekarang kamu pasti sudah bahagia disana bukan? Berbahagialah. Aku mengikhlaskan kamu pergi"

Bersamaan dengan itu, angin berhembus dengan tenang untuk menemani Jane yang terus mengeluarkan curhatannya disamping makan sang istri.









  The End

Awalnya Happy ending si tapi gara gara berita itu aku sedikit kecewa jadi endingnya diganti deh.

Nantikan cerita baru ya:)

   Tekan
    👇

Because You're Mine✅Where stories live. Discover now