Hari Pernikahan

3.3K 172 5
                                    

Seperti perkataannya, Allen dengan berat hati menerima desakan Siska untuk menikah dengan Kayla. Bahkan, saat ia dan Kayla sedang fitting baju pengantin saja semuanya ia serahkan kepada calon istrinya itu tanpa mau tahu dan tidak perduli sedikitpun.

"Kamu suka warna apa?" Tanya Kayla.

"Gak usah banyak tanya, pilih aja." Jawab Allen cuek.

"Mau pake dasi model biasa atau dasi kupu-kupu?"

"Apa aja."

"Tapi-"

"Banyak tanya! Pilih aja biar cepat selesai!"

Kayla tersentak ketika Allen membentaknya didepan karyawan yang menemani mereka. Ia meremas jarinya dan tertunduk karena malu dilihat oleh semua pengunjung yang ada disana.

"Mbak, mari saya tunjukkan gaun model terbaru." Ucap karyawan itu.

"Iya, Mbak." Jawab Kayla.

Ia berjalan dibelakang karyawan wanita itu dengan perasaan campur aduk. Hatinya merasa sedih ketika melihat pasangan lain yang saling memilih dan memberi masukkan untuk baju pengantin yang akan mereka kenakan.

"Nama Mbak, siapa?" Tanya Kayla.

"Nama saya, Weni." Jawabnya.

"Saya boleh panggil Mbak Weni?"

"Boleh, Mb-"

"Kayla aja Mbak!"

Weni tersenyum mendengar perkataannya dipotong oleh Kayla. Ia membantu Kayla mencoba gaun berwarna putih dengan model sederhana namun terkesan mewah jika sudah dipakai.

"Ini cantik banget, Mbak Weni!" Takjub Kayla.

"Sesuai dugaan saya, kamu pasti cantik memakinya." Puji Weni.

"Saya mau kasih liat calon suami saya, Mbak."

Weni membantu mengangkat gaun yang dikenakan Kayla. Ia melihat Allen yang sedang memainkan ponselnya dan tersenyum manis tanpa perduli dengan Kayla yang sudah sampai didepannya.

"Al, gimana? Bagus gak?" Tanya Kayla.

"Ck! Ribet banget sih! Mbak, siapkan gaun ini untuk dia!" Ucap Allen ketus.

"Tapi, baju kamu?"

"Pilih aja yang warnanya sama dengan gaun itu!"

Weni menatap prihatin Kayla yang langsung terdiam. Ia mengusap punggung Kayla dan menyuruhnya untuk masuk kembali kedalam untuk mengganti pakaian.

Setelah selesai, Allen membayar semua keperluan untuk acara pernikahan terpaksanya. Ia sedikitpun tidak memperdulikan Kayla yang tersenyum melihat sebuah jepitan rambut yang sangat cantik terpajang dikotak didalam lemari.

"Al, jepitannya cantik." Ucap Kayla.

Allen melirik jepitan didalam lemari yang ditunjukkan oleh Kayla. Ia berdecih ketika melihat Kayla dan jepitan itu secara bergantian.

"Kalo lo yang pake, hasilnya juga pasti jelek. Gak perduli jepitan itu aslinya cantik atau enggak!" Sarkas Allen.

Setelah mengatakan itu, Allen berjalan keluar dari dalam boutique. Ia membiarkan Kayla berjalan seorang diri dibelakangnya yang kini sudah kembali menundukkan kepalanya.

"Pulang sendiri. Gue ada urusan." Ucap Allen.

"Tapi, Al-"

"Gak usah manja!"

"I-iya."

Mendengar jawaban Kayla, Allen menatapnya jijik. Ia langsung membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya. Tanpa banyak kata, dirinya menjalankan mobil itu dan melewati Kayla yang masih berdiri ditempatnya dengan pandangan sendu.

Mengukir Luka (Short Story)Where stories live. Discover now