Setelah Kau Pergi (End)

8.6K 160 4
                                    

Satu tahun setelah kepergian Kayla. Selama satu tahun itu pula, Allen menjalani hari-harinya bagaikan raga yang tidak bernyawa menjalani kehidupannya.

"Al." Panggil Siska.

Allen tidak menjawab. Ia hanya diam dan menatap lurus pemandangan luar dari jendela kamar Kayla dengan pandangan kosong.

"Nak, kamu makan ya. Dari kemarin kamu belum makan." Bujuk Siska.

"Makan?" Beo Allen.

Setelah mengatakan itu, Allen terkekeh. Ia mengangkat kedua tangannya dan melihat jari-jarinya yang terlihat sangat kurus.

"Dulu, Kayla kayak gini juga kan?" Tanya Allen.

"Nak, makan ya. Kamu harus minum obat." Bujuk Siska dengan suara yang mulai bergetar.

"Obat? Kayla dulu minum obat?"

Siska menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang tidak memegang piring. Ia sangat sedih melihat putra satu-satunya harus mengalami hal seperti ini. Bahkan, kehidupannya bisa dikatakan sangat jauh dari kata baik setelah mantan menantunya pergi untuk selama-lamanya.

"Al." Panggilan Siska kembali sambil mendekati Allen.

"Kayla?" Panggil Allen.

"Ikhlaskan Kayla, Nak. Biarkan dia pergi."

"Pergi? Kayla pergi?"

"Biarkan dia tenang diatas sana, Nak. Kamu harus kuat, kamu harus ikhlas."

Siska mengatakan itu sambil mengelus punggung Allen. Ia sudah menangis karena kejiwaan anak semata wayangnya mulai kembali terganggu dengan penyakit baru yang menggerogoti tubuhnya.

"ENGGAK! KAYLA GAK BOLEH PERGI!" Teriak Allen.

"Istighfar, Nak!" Ucap Siska menenangkan.

Allen berteriak histeris saat bayangan wajah Kayla saat ia mengantarkannya ke peristirahatan terakhir terlintas begitu saja. Ia memukul dirinya sendiri karena merasa bersalah dan berdosa sudah menyakiti gadis itu sewaktu masih menjadi istrinya.

"KAYLA!!!" Jerit Allen.

"Al!" Pekik Boni.

Boni berlari masuk kedalam kamar Kayla saat melihat Allen mulai menyakiti dirinya sendiri. Ia menyuruh Siska untuk mundur agar tidak terkena pukulan laki-laki itu.

"Tante, gapapa?" Tanya Dimas yang baru datang.

"Dimas, Allen.." Ucap Siska sambil menangis.

"Tante tenang ya. Biar kita yang urus, Al."

Roni menghela nafasnya didepan pintu. Ia hanya diam berdiri menyaksikan betapa hebatnya sebuah penyesalan akibat dari kesalahan dimasa lalu.

"Kay, sejak liat Al kayak gitu, gue langsung bertaubat. Gue gak mau ngalamin hal yang sama kayak mantan laki lo." Ucap Roni seolah-olah Kayla ada disampingnya.

Setelah mengatakan itu, Roni mendekati Allen. Ia menepuk pelan pundak laki-laki itu yang masih berontak untuk menyakiti dirinya sendiri.

"Mau ketemu Kayla, kan?" Tanya Roni.

Mendengar nama Kayla, Allen berhenti. Ia langsung menoleh dan menatap Roni yang tersenyum kepadanya.

"Kita pergi ke rumah Kayla. Tapi lo harus makan dan minum obat dulu. Tapi, jangan bawa minuman lo. Ingat, lo sakit gini gara-gara minuman itu. Kalo Kayla tau, dia pasti marah sama lo." Ucap Roni.

"Ke rumah Kayla?" Tanya Allen dengan wajah berseri-seri.

"Iya."

Allen tersenyum mendengar itu. Ia mencari dan menatap piring yang diletakkan Siska diatas meja nakas dan langsung mengambilnya. Lalu, ia memakan makanan itu dengan lahap tanpa perduli dengan tatapan kasihan dari orang-orang yang berdiri didepannya.

Mengukir Luka (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang