Kenapa Seperti Ini?

7.2K 233 10
                                    

Allen menghembuskan nafasnya grogi saat sudah memarkirkan mobilnya didepan pagar taman. Ia menggosok-gosok kedua telapak tangannya agar rasa groginya busa berkurang.

"Selamat pagi, Ma. Al kesini, mau.."

Tak bisa melanjutkannya perkataannya, Allen mengusap kasar wajahnya. Ia benar-benar merasa gugup sendiri untuk mengatakan keinginannya. Baru latihan saja, ia sudah tidak bisa berkata-kata. Lalu, bagaimana jika nanti ia benar-benar bertemu dengan calon mertuanya?

"Zia? Gimana dengan Zia? Bisa abis gue ditangan singa beranak itu." Gumam Allen frustasi.

Menyandarkan kepalanya disandaran kursi mobil, Allen memejamkan matanya. Bibirnya melengkungkan senyuman ketika bayangan dirinya akan kembali bersama dengan Kayla membuat semangatnya kembali membara.

"Kayla pasti udah nunggu didalam."

Setelah mengatakan itu, Allen langsung turun dari dalam mobil. Ia mengambil buket bunga dari kursi belakang dan menutup pintu untuk bergegas mendatangi Kayla kedalam taman pagi ini.

"Kayla?"

Allen merasa bingung ketika kursi yang biasa diduduki Kayla kosong. Ia mengernyitkan keningnya karena gadis itu tidak ada disana.

"Dia belum datang?" Ucap Allen bertanya-tanya.

Merasa Kayla belum datang, Allen memilih duduk menunggu Kayla. Ia berulang kali menghembuskan nafasnya karena sudah hampir tiga puluh menit, mantan istrinya itu belum juga datang.

"Apa gue susul kerumahnya aja ya?" Gumam Allen.

Tanpa basa-basi, Allen langsung berdiri dan berjalan kembali ke mobilnya. Ia dengan cepat mengendarai mobil itu agar cepat sampai ke rumah Kayla yang tak jauh dari taman. Namun, begitu ia menghentikan kendaraannya, dirinya dibuat ketakutan saat melihat banyak orang yang masuk dan keluar dari dalam rumah Kayla.

"A-apa a-apa?" Tanya Allen ketakutan.

Melihat bendera kecil yang terpasang didepan pagar, Allen menggelengkan kepalanya. Ia buru-buru turun dari dalam mobil dan berjalan cepat masuk kerumah Kayla. Tetapi.. begitu ia masuk, langkahnya langsung memelan dengan air mata yang perlahan mulai terjatuh membasahi kedua pipinya.

Didepan sana, ia melihat seseorang yang sudah terbaring dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya dari kaki hingga kepala. Lalu, disebelah sosok itu, Ada Siska dan Leni yang menangis. Lalu, disebelah mereka ada Zia yang berusaha menenangkan kedua wanita itu, meskipun ia sendiri juga ikut menangis.

Dengan langkah pelan, Allen sampai disamping sosok itu yang sudah terbujur kaku. Ia langsung bersimpuh dan memegang ujung kasur yang digunakan jenazah yang ada didepannya.

"Enggak.. gak mungkin.." Lirih Allen.

Menoleh kesamping, Allen melihat Dimas. Ia melihat temannya itu yang hanya diam sambil menangis memandangi dirinya.

"Al." Panggil Siska.

"Ma.. ini bukan Kayla kan? Ini bukan istri, Al kan?" Tanya Allen beruntun.

"Sabar ya, Nak. Ikhlaskan Kayla."

"Enggak! Ini pasti bohongkan?! Ini gak mungkin!"

Allen menatap kain yang menutupi wajah jenazah itu. Ia dengan cepat memegang kain itu dan menurunkannya secara perlahan dengan tangan gemetar. Namun, begitu kain itu sudah terbuka, tangis Allen langsung pecah dan berteriak tidak percaya.

"Enggak! Gak mungkin! Kayla belum meninggal!" Teriak Allen histeris.

Mendengar teriakkan Allen, semua pelayat yang hadir hanya bisa memandangnya dengan berbagai tatapan kasihan. Bahkan, Boni, Roni dan Indah yang baru datang langsung menghampiri Allen agar laki-laki itu bisa ditenangkan.

Mengukir Luka (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang