5. Five [ Gift? ]

44.1K 8.1K 2.6K
                                    


🌟 Happy reading 💘

Absen pake emot yang kamu suka ->

Gimana kabar hari ini?

Maaf ya aku ga update lama semingguan, aku abis sakit mata hehe.

Enjoy ya!<3

Follow Ig : @crystalazaneils_

Jangan lupa vote dan komen yang banyak♥️ terimakasih!

***

Drystan memasang senyuman lebar di depan guru BK, lalu menundukkan kepala sekilas sebagai rasa hormat. Ia kemudian duduk di kursi yang sudah tersedia. Sepertinya, ia dipanggil ke sini untuk membahas situasi Altair yang mulai menyeramkan.

Guru BK bernama Wirata itu tentunya langsung membalas senyuman yang serupa. Di depannya ini siswanya yang paling membanggakan, karena tidak ada satupun catatan buruk.

"Kamu pasti tahu kenapa saya panggil ke sini," ujar Wirata memulai pembicaraan.

Drystan mengangguk. "Tentu, Pak," jawabnya dengan tegas.

Wirata memijat pelipisnya, pening. Rautnya gelisah. "Altair makin tidak aman. Saya terkejut kenapa belakangan ini banyak laporan kekerasan terjadi di sini, entah itu kekerasan seksual ataupun fisik."

"Yang lebih mengejutkan lagi, para korban jika ditanyai ciri-ciri pelaku selalu bungkam," lanjut Wirata, ketika beberapa kali ia mendatangi siswa yang babak belur.

Drystan memainkan pulpennya, memutar-mutarnya lihai sembari berbicara, "Korban mengalami traumatis, mereka takut nantinya diserang lagi jika membocorkan ciri-ciri sang pelaku."

Wirata mengangguk lemas. "Benar juga." Siswanya ini memang tidak diragukan lagi kepintarannya.

"Saya harap kamu cepat-cepat menyelesaikan ini, Drystan," pinta Wirata serius. Harapan satu-satunya hanyalah Drystan.

Tak ada keraguan lagi, Drystan langsung mengangguk lalu tersenyum menyeringai. "Siap, Pak."

"Terima kasih, Drystan."

"My pleasure. Anything for Altair," lanjutnya membuat senyum pak Wirata merekah.

"Oh, ya. Korban juga menjadi tanggung jawabmu, untuk menjaga mereka. Nanti perwakilan OSIS harus datang ke rumahnya juga."

Drystan mengangguk lagi. "Saya pastikan para korban hidupnya akan aman dan bahagia setelah ini."

"Dan tolong peringati saudaramu si Andrew untuk tidak membuang vape sembarangan di lingkungan sekolah," pesan Wirata.

Drystan mengulum senyumannya sembari mengangguk pelan. Andrew memang seenaknya jika di sekolah.

"Andrew itu berandalan, tapi sialnya suka sedekah mendali buat Altair, saya mau menegur takut dia pindah," curhat Wirata. "Jelas yang rugi Altair karena kehilangan aset."

****

Grace menggigit ujung jari-jarinya cemas ketika melihat suaminya menyeret Drystan kasar ke ruangannya. Ia bolak-balik di depan pintu, khawatir akan keadaan Drystan. Entah apa yang terjadi di dalam sana, karena tadi ia takut untuk melerai. Raut Gilgey terlihat murka, lain dengan Drystan yang malah bersikap tenang.

"Aku takut kalo baby boy jadi remahan biskuit," gumam Grace lalu bergidik ngeri. Ia tahu seberapa menyeramkan suaminya itu ketika marah.

Grace menelan salivanya sendiri ketika mendengar suara pukulan berulang kali. Ia meraih gagang pintu, mencoba membukanya tapi ternyata dikunci.

Drystan : Sweet But Fierce!Where stories live. Discover now