8. Eight [ Perhatian ]

39.7K 7.6K 2.6K
                                    


🌟 Happy reading 💘

Absen pake emot yang kamu suka ->

Gimana kabar hari ini?

Maaf ya aku ga update lama ya. Karena sakit. Setelah ini aku usahain up rajin kom.

Enjoy ya!<3

Follow Ig : @crystalazaneils_

Jangan lupa vote dan komen yang banyak♥️ terimakasih!

****

Jantung Drystan berdetak dua kali lebih cepat ketika melihat di ruang OSIS ada Andrew. Saudaranya itu dengan santai merokok dengan tampilan berandalan. Matanya beralih melirik rekan-rekan OSISnya yang berkumpul di satu titik yang berada di pojokan, mereka terlihat takut dengan kehadiran Andrew.

"Ada apa?" tanya Drystan berjalan menghampiri lalu dengan santainya merebut rokok yang ada di tangan Andrew lalu membuangnya ke kotak sampah.

Andrew menatap Drystan tajam. Berniat mengintimidasi karena berani-beraninya mengambil rokok di jarinya.

"Ayolah, Dude. Ruangan suci gue ini," kata Drystan lalu berdecak kesal.

Andrew hanya manggut-manggut lalu menatap anak-anak OSIS yang berkumpul di pojokan. "Macam kuman aja mereka kumpul gitu," hina Andrew.

Drystan menahan tawanya. "Mereka ngeri lo bantai."

"Semonster itu kah gue?" gumam Andrew tak habis pikir sembari melihat piala-piala yang ada di lemari kaca.

"Piala lo ada juga di sana," beritahu Drystan langsung diangguki Andrew.

"Oh, jelas."

Drystan terkekeh, suka dengan kesombongan Andrew.

"Ini piala band lo juga banyak. Gue baru tau lo nekuni music?" tanya Andrew penasaran.

"Suka aja," kata Drystan sembari membuka lacinya untuk mengambil kacamata. Kemudian memakainya membuat aura wibawanya begitu kuat.

"Culun, fuck!" komentar Andrew, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tak tahan melihat wajah cupu Drystan.

"Ck. Lo ngapain ke sini?" tanya Drystan mengalihkan pembicaraan. Menganggap rekan OSIS itu hanya patung.

"Pelakunya belum ditemuin?" tanya Andrew curiga. Ia ke sini memang hanya untuk menanyakan ini.

Drystan menggeleng lalu menaikkan satu alisnya, menuntut Andrew berkata lebih.

"Jadi, lo masih sibuk?"

Drystan mengangguk. "Iya. Pelakunya susah, terlalu hebat."

"Terlalu bangsat, sih, kayanya."

Andrew lalu menatap jam tangan yang melingkar di tangannya. Ia tadi sudah berjanji menemui adiknya. "Gue mau bolos," izinnya kurang ajar.

Drystan memijat pangkal hidungnya, menatap tak percaya Andrew. Harga dirinya sedikit terlukai, apalagi adegan ini ditonton rekan OSIS-nya.

"Lo izin bolos sama ketos? Geser otak lo, ya?" geram Drystan.

Andrew memainkan lidahnya dalam mulut, menyimpan senyuman menawannya. "Gue izin sama adik sepupu gue," ujar Andrew menekankan kata adik.

Drystan mendengkus kesal. Bukan Andrew namanya kalau tidak membuatnya kesal.

"Gue mau bolos mastiin buku diary itu," beritahu Andrew membuat Drystan langsung terdiam.

Drystan : Sweet But Fierce!Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ