12. Twelve [ Selcouth ]

37.8K 7.1K 2.2K
                                    

Happy reading ya!💘

Happy new year ❤️‍🔥

Semoga tahun 2023 lebih baik! Banyak limpahan bahagia buat kita samuaaaa. Aminnnnnnn.

Harapan kamu di 2023 apa?

Gimana kabar hari ini?

Enjoy ya!<3

****

Drystan masih tak bereaksi sedikit pun, karena jika dia bergerak maka lehernya akan tersayat belati tajam itu. Matanya menatap tajam Andrew tanpa mendongak, dibalas tatapan tak kalah menusuk dari Andrew.

Dua saudara itu beradu pandang sengit. Dalam hati, Andrew bersumpah akan benar-benar menghajar Drystan membabi buta jika jawaban anggukan yang ia dapat.

"Jawab gue," titah Andrew menyeramkan. Tangan satunya yang memegang vape ia arahkan ke mulut, lalu menghisapnya kuat seolah untuk melampiaskan emosi. Asap-asap itu mengepul di udara lalu sebagian lagi ia hembuskan kepada Drystan.

Satu menit berlalu, tetapi Drystan masih tetap pada posisinya. Tidak menjawab, mengangguk, atau bereaksi lain, membuat amarah Andrew menggebu-gebu.

Tepukan tangan menggema di ruangan secara tiba-tiba. Andrew langsung menoleh ke arah sumber suara, Om-nya-Gilgey ada di sana.

Andrew langsung melemparkan vapenya ke sembarang arah, ia mengerti di rumah ini tak boleh mengisap rokok atau vape jika ada Grace.

"Wow!" komentar Gilgey tampak kagum melihat pertunjukan di depannya. Bahkan ia masih santai ketika putranya ditodong belati di leher.

Andrew terkekeh sarkas menanggapi. "Putra Om yang memulai." Sebelum Gilgey berpikir aneh-aneh, ia lebih baik menjelaskan dulu.

"Jauhkan belatimu Andrew. Masih ada Grace di sini," perintah Gilgey tegas. Jujur saja, adegan ini memanjakan matanya, kapan lagi melihat Drystan tertekan 'kan?
Namun, balik lagi, ia takut istrinya akan menjerit histeris jika tahu ini.

Andrew berdecak kesal, "Bulol," cibirnya.

Andrew lalu menjauhkan belati itu, tapi rasanya tak puas jika tidak memberi belatinya olesan darah. Ia menyayat sedikit leher Drystan. Belati tajam itu merobek sedikit kulit Drystan, darah kental langsung keluar.

Refleks, Drystan langsung menjauh. Lain dengan Andrew yang langsung tersenyum menyeringai.

"Oh, kegores?" kata Andrew tanpa dosa. "Belatinya pengen darah kotor berarti."

"Gila lo?!" sinisnya, sembari mengusap darahnya sendiri dengan punggung jari tengah.

Gilgey tertawa kecil melihat itu. "Ada apa?" tanyanya sambil berjalan mendekat. Pasti ada masalah serius kalau Andrew sudah menodongkan belati ke leher.

Andrew melirik sinis Drystan. "Lo yang jelasin atau gue?"

"Lo lah," balas Drystan santai.

"Gini, Om. Di Altair ada kasus." Andrew langsung menjelaskannya dengan nada tegas.

Gilgey menaikkan satu alisnya, menuntut Andrew untuk berkata lebih.

"Ada bajingan rendahan yang ngelakuin pelecehan ke adek kelas alay," lanjut Andrew.

Gilgey melirik Drystan sekilas, lalu kembali menatap Andrew. "Hem, terus?"

"Andrew dapet fotonya. Dan, sialnya foto itu mirip sama bajingan hasil dari bibit, Om," ujar Andrew watados sembari menunjuk Drystan.

Drystan : Sweet But Fierce!Where stories live. Discover now