27. Dua tujuh

15.1K 2.8K 1.1K
                                    

Hallo.

P, aku datang update setelah ngilang berjam-jam💥

Happy reading!!!🤍

Dah pada beralih di AU ya? Ntah napa aku ngerasa wattpad makin sepi

T____T

💥

****

Drystan mengembuskan napasnya berat, melangkah masuk ke ruangannya sembari mengendurkan dasi yang membuat lehernya merasa tercekik. Dengan gerakan kasar juga terkesan buru-buru ia memantik korek lalu menyalakan satu batang nikotin—merokok Marlboro untuk menenangkan diri. Asap menyebar mengepul di udara, membentuk bulatan-bulatan yang bergerak.

Drystan menatapnya seksama, sembari terus merokok. Keadaan hening, tapi kepalanya ribut sekali. Memikirkan kejanggalan-kejanggalan yang akhir-akhir ini terjadi.

Vander dihajar orang yang tidak dikenal, lalu diberi luka dengan bentuk kristal.

Kemudian Crystal diteror, oleh orang lain.

Apakah ini pelaku yang sama?

Drystan tak tenang, karena obsesi orang ini kepada Crystal melebihinya sendiri.

Lebih gila dari dirinya sendiri.

Orang itu ... tahu betul di mana posisi Crystal. Kemudian memotretnya dari kejauhan. Entah berapa banyak foto Crystal yang sudah pelaku itu memiliki.

Sialan! Hanya dengan membayangkan itu saja kepalanya sudah mendidih.

"Sampe ketemu, bener-bener gue bikin wajah lo jadi jelek, sialan!" geram Drystan lalu meremas sisa rokoknya yang masih menyala ke dalam genggamannya erat membentuk kepalan tangan. Tak peduli sulutan rokok itu akan melukai kulit tangannya.

****

Pulang sekolah, Crystal menunggu di depan gerbang untuk sopirnya menjemput. Ia menggerutu kesal karena sudah hampir 1 jam dia menunggu, tapi sang empunya tak datang-datang. Mau menelpon juga tapi ponselnya mati.

"Nunggu itu nggak enak banget. Tau gitu nebeng gue sama permen susu!" gerutu Crystal sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Crystal memilih berjalan di trotoar menuju mall dekat sekolahnya, sembari menunggu sang sopir.

Tin!

Suara klakson motor berbunyi nyaring membuat Crystal menoleh. Mood yang sudah buruk, ditambah buruk melihat Drystan datang dengan Ducati hitamnya. Cowok itu masih mengenakan almet kebanggaan OSIS dengan tampang datarnya.

"Naik."

"Dih. Nyuruh lo?" sinis Crystal, maaf-maaf saja, ia masih marah kepada Drystan.

Drystan berdecak kesal, menunjuk matahari yang sedang terik. "Kulit lo bisa kebakar. Matahari lagi nggak bersahabat."

Crystal pura-pura tuli. Lebih baik ia gosong jadi seperti malika daripada harus berboncengan dengan Drystan.

"Crystal, egonya didelete kali ini aja."

Crystal masih tetap diam, sambil melihat ke arah jalan, berdoa semoga sopirnya datang atau taxi lewat, agar ia terhindar dari situasi ini.

"Cewek gue kok budeg, sih."

Cewek gue.

Cewek gue.

Cewek gue.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Drystan : Sweet But Fierce!Where stories live. Discover now