11. Kurang Pergaulan

32 9 1
                                    

Kita tidak bisa hidup hanya berteman dengan satu orang saja.

Belajar sosialisasi itu penting guna menambah relasi.

Sesampainya di tujuan, Tirta memberi instruksi dengan toaknya untuk berbaris dan urutan untuk masuk ke pendopo. Ada LCD di dalam pendopo dan kami disuruh berbaris menghadap ke LCD dan menempatkan barang masing-masing di sekitar. Perempuan sebelah kanan, laki-laki sebelah kiri. Tidak ada sekat pembatas, tapi diberi jarak.

Kami akan menjalani beberapa serangkaian pembukaan dan materi terkait Latihan Dasar Organisasi (LDO) yang disampaikan oleh Pembina IMRI, yaitu dosen hukum bernama Pak Hakim sampai menjelang magrib. Kami disuruh meringkas hasil pembahasan di buku tulis. Kemudian saat magrib tiba, kegiatan dihentikan. Kami disuruh untuk bersiap antre wudhu salat magrib. Barang-barang disuruh ditepikan dan kami akan salat berjamaah di pendopo diimami oleh Alwi.

Leganya tidak ada gangguan dari Alwi sejak tadi. Kami disuuh ishoma sampai Isya. Selepas Isya ada materi lagi. Kali ini diisi oleh panitia. Materi kali ini terkait LDK IMRI yang diisi oleh Tirta dan kawan-kawan dari setiap kepala bidang. Kami dijelaskan lengkap terkait visi misi, tujuan LDK IMRI, dan isi keanggotaannya serta tugas-tugasnya.

Setiap bidang dijelaskan oleh kepala bidangnya masing-masing sehingga selain kami mengetahui siapa ketuanya, kami juga mengetahui siapa setiap kepala bidang dan keanggotaannya. Meskipun anggota hanya disebutkan nama, tapi setidaknya kami tahu. Setelah itu kami juga diminta untuk mengisi daftar ingin masuk ke salah satu bidang apa setelah dijelaskan terkait hal itu. Daftar itu diisi bergantian dari ujung ke ujung sampai belakang. Aku mengisi sesuai yang pernah aku setujui dulu TKK dan Hilda SBO.

Sayangnya yang tidak aku ketahui adalah setelah mengisi daftar itu, kami diminta untuk berkumpul sesuai bidang yang kami pilih lalu akan berdiskusi dengan kepala bidangnya. Bangke! Aku dipertemukan lagi dengan Alwi. Aku sengaja duduk paling belakang dari beberapa laki-laki dan perempuan yang duduk melingkar. Setiap kami ditanya nama dan alasan masing-masing ingin masuk bidang TKK kenapa. Bangke! Apaan ya alasannya? Alah udah, ngarang. Sampai di bagianku, aku harus menjawab.

"Nama saya Azzaida Khaira, biasa dipanggil Azza. Alasan saya masuk TKK adalah sesuai dengan alasan saya masuk IMRI, yaitu memperjuangkan apa yang ingin diperjuangkan."

"Bisa lebih rinci lagi apa yang ingin kamu perjuangkan?" tanya Alwi.

Emang sialan. Aku berpikir keras.

"Ya memperjuangkan umat agar mendapatkan fasilitas yang memadai dalam mendalami ilmu agama," kurang keren apa jawabanku yang ngarang ini.

"Oke, diterima. Lanjut."

Tumben nggak banyak bacot nih orang. Aku tertawa sendiri sekilas. Sekilas yang itu dilihat oleh Alwi. Aku membuang muka. Pura-pura bodoh padahal sudah jelas kalau Alwi sadar aku tertawa. Meskipun dia tidak tahu aku menertawakan apa. Namun, dia juga tidak menggubris tertawaku, jadi ya sudah. Mungkin dia juga sedang malas debat.

Tidak lama diskusi ini dilakukan. Alwi hanya menjelaskan program kerja yang ada di dalam bidang TKK, sasaran, dan fungsinya. Setelah itu kami disuruh mencatat poin-poin pentingnya dan diminta memahami. Aku hanya memahami dalam sekali baca saja. Toh, sepertinya tidak terlalu penting untuk diingat sekarang. Setelah selesai, kami diminta antre ke bagian bakar-bakar jagung. Asyik! Bagian ini tidak dijelaskan oleh Alwi kemarin pada mama. Ini sih spesial.

Kami dibebaskan untuk duduk di mana saja sambil menikmati jagung ini. Bagian terpentingnya adalah masih di sekitaran pendopo atau api unggun. Hilda belum selesai di bidangnya. Aku memutuskan untuk duduk di tepi tiang pendopo sambil menunggu Hilda. Aku tidak berminat berkenalan dengan yang lain.

Bismillah Denganmu ✔ [NEW]Where stories live. Discover now