25. Maaf

31 8 0
                                    

Tidak ada hubungan dekat yang hanya dilakukan seorang diri

Keduanya pasti sepakat untuk dekat, oleh karenanya saling menjaga diri itu penting

Selama Azza menjalani IMRI sebagai kepala bidang TKK, ia belum lagi pernah melihat Alwi main ke basecamp IMRI. Padahal Tirta, Imelda, dan Salwa masih sering mampir. Masih sering main. Tapi Azza juga sengaja tidak menghubungi Alwi karena memang belum ada yang bisa ia butuhkan dari Alwi lagi.

Sisi lain, semakin hari, Tirta semakin jelas kalau ia seperti tidak menginginkan Hilda lagi. Bahkan lebih memperhatikan Gina yang sekarang menjadi sekretaris utama. Sampai suatu hari pernah di kos Hilda, Azza menyaksikan tangis deras Hilda. Banyak tisu terbuang di lantai karena tangisan Hilda.

Perempuan itu menangis sesenggukan karena Tirta mencampakkannya. Hilda merasa kalau dirinya hanya dibuat senang setinggi langit awalnya, lalu dijatuhkan. Benar seperti apa kata Azza dulu. Ia merasa Tirta sangat jahat kepadanya. Azza sebagai sahabat berusaha meluruskan pandangan Hilda saat itu.

"Udah Hil, jangan dipikirin orang kayak Tirta. Masih ada yang lain. Masih mending Tirta kasih lihat lo kecenderungannya di mana sekarang daripada kasih lihat lo pas lo sama dia masih deket-deketnya. Lagian dari awal dia udah nunjukin tanda-tanda ngejauh dari lo. Artinya dia nggak mau nyakitin lo lebih jauh lagi."

"Tapi kenapa nasib gue kayak gini banget sih... kenapa Tirta harus sempat ngedektin gue dulu kalau emang nggak ada rasa. Brengsek banget! Udah nggak pakai minta maaf lagi! Gue nggak nyangka! Dan kalau ada cowok lain, siapa yang mau sama gue yang kayak gini Za..." keluh Hilda, masih menangis sesenggukan.

"Lo yang kayak gini gimana? Lo keren kok Hil. Pasti ada cowok baik yang mau sama lo. Optimis dulu!"

Sebagai sahabat, Azza hanya mampu meneguhkan hati Hilda untuk yakin bahwa ia pantas dan masih ada lelaki baik yang mau menerimanya. Setelah itu Hilda mulai tenang.

...

Sore ini, di kampus, Azza sudah janjian dengan Tirta untuk bertemu di hall kampus. Azza menghubungi via telepon dan berkata ada hal penting yang hendak dia katakan pada Tirta. Azza ingin menegaskan pada lelaki itu bahwa dia sudah menyakiti sahabatnya. Ia diam-diam tidak terima dengan perlakuan Tirta. Hilda tidak tahu sama sekali kalau Azza hendak menemui Tirta untuk membelanya. Tapi menurut Azza ini adalah cara agar Tirta sadar, menjelaskan, dan minta maaf. Tirta sudah menunggu, sementara Azza baru saja datang. Azza berdiri di hadapannya, Tirta meminta Azza untuk duduk, tapi Azza menolak.

"Aku nggak mau basa-basi Kak, berdiri aja. Aku nggak bisa santai. Ini serius," tegas Azza.

Tirta yang melihat Azza tiba-tiba datang seperti marah padanya kebingungan dengan sikap Azza yang seperti itu, lantas dia berdiri menghadap Azza dengan muka bertanya-tanya.

"Ada apa sih? Kok kayak marah gitu sama aku?" tanya Tirta.

"Hilda. Kakak sebenarnya dulu ngapain deketin Hilda?!"

"Ngapain gimana? Deketin? Kapan—"

"Kapan, kapan! Ya dulu lah, waktu pertama kali Hilda masuk IMRI. Udah deh, nggak usah basa-basi atau pura-pura lupa. Kakak deketin Hilda. Kak Tirta ngajak dia makan bareng, main bareng, curhat bareng, kalau nggak deketin, itu apa namanya? Aku tahu semuanya. Hilda cerita. Hilda itu cinta banget sama Kakak! Tapi malah Kakak buat kecewa! Masa Kak Tirta nggak bisa ngerasain sih! Nggak peka banget!" amuk Azza.

"Hilda cinta sama aku!?" Tirta terkejut. "Oke, bentar. Pelan-pelan. Aku bakal jelasin."

"Jelasin sekarang! Dia sakit hati banget sama Kakak. Bahkan Kak Tirta nggak jelasin apa-apa sama dia dan tiba-tiba ngedeketin Gina di depan semua orang, termasuk Hilda. Maksudnya gimana!"

Bismillah Denganmu ✔ [NEW]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum