30. Rumah Pertama

117 11 12
                                    

Memang tidak sekarang, tapi apa salahnya jujur

Aku hanya tidak ingin kesungguhanku menjadi sia-sia karena aku terlambat menyatakan

Puluhan minggu Alwi lewati dengan doa-doa panjang dan kemantapan hati, ia pun memutuskan untuk terus terang dengan Kak Ratna sebagai satu-satunya keluarga yang ia punya. Kejadian Azza mengakui perasaannya pada Alwi membuat Alwi berpikir untuk menanggapi pengakuan itu, tapi belum tahu caranya.

Selepas sujud akhir Akhir Alwi selalu berdoa.

Ya Allah, jika memang Kau tetapkan dia menjadi milikku, lancarkanlah lisanku untuk mengikatnya. Paling tidak memberitahukan padanya bahwa aku menginginkannya di kemudian hari menjadi istriku. Izinkan aku menyelesaikan ini semua agar dia tidak merasa aku menggantungkannya. Agar ia merasa lebih nyaman setelah tahu isi hatiku.

Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah hadirkan dia di dalam hidupku. Rasanya jadi penuh arti ketika ada dia sekarang. Terima kasih karena Engkau telah bukakan hatinya untuk berhijrah dan menghadapmu untuk memperbaiki diri. Terima kasih atas petunjukmu agar aku mengenalnya. TanpaMu, aku tidak mungkin menemukan dia di tengah gundah gulanaku akan cinta. Amin.

Alwi membasuh wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu bersujud sejenak. Lalu melipat sajadahnya dan meletakkannya di punggung kursi meja belajarnya. Ia beranjak keluar kamar dan mendekati Kak Ratna yang sedang tidak sibuk di ruang keluarga. Kak Ratna terlihat sedang asik ngemil sambil membaca majalah.

"Kak, Alwi mau cerita," kata Alwi kepada kakaknya.

"Boleh dong. Sini Wi, duduk samping Kakak," jawab ratna ramah.

Alwi menempatkan diri duduk di sebelah Ratna

"Cerita tentang apa?"

"Cinta Kak."

Ratna langsung menutup halaman majalahnya dan menyingkirkan cemilan yang tadi ia pangku. Ratna menatap adik satu-satunya itu dengan sungguh-sungguh. Setelah sekian lama adiknya tidak pernah membahas cinta, hingga akhirnya Alwi akan membahas itu lagi, Ratna sangat tertarik.

"Gimana?" tanya Ratna.

"Sebenernya udah lama banget sih kejadiannya, tapi Alwi baru berani cerita."

"Kejadian apa?"

"Azza menyatakan perasaannya sama Alwi Kak. Azza cinta sama Alwi."

"Azza? Lanjut, lanjut!" Ratna sangat tertarik mendengarnya.

"Iya Kak. Alwi kaget dong tahu itu, tapi Alwi hargai banget pengakuannya. Alwi seneng dia ngakuin itu karena Alwi punya rasa yang sama. Tapi Alwi nggak bilang kalau Alwi punya perasaan yang sama. Takutnya Alwi kasih harapan sama Azza. Terus kata Azza, dia cuma mau ngakuin, nggak minta Alwi jawab apa-apa. Sisi lain Alwi merasa takut Azza hilang. Alwi harus apa ya?"

"Kita ke rumahnya!"

"Hah, ngapain?"

"Ya mengikat dia. Kasih tahu ke dia kalau kamu juga cinta."

"Tapi kan Alwi belum siap Kak. Alwi belum mapan."

"Kak Ratna tahu. Kak Ratna nggak bilang kamu ke sana buat melamar dia kan."

"Terus ngapain ke sana?"

"Ya kamu jujur soal perasaan kamu di depan Ibunya. Kamu bilang kalau Azza akan menjadi orang yang bakal kamu cari setelah kamu siap menikah."

"Gitu ya Kak?"

"Iya dong!"

"Emang boleh? Nggak dosa?"

Bismillah Denganmu ✔ [NEW]Where stories live. Discover now