26. Jujur

28 7 1
                                    

Jangan terlalu melepas, nanti dia hilang

Jaga jarak boleh, tapi jaga juga silaturahminya

"Alwi!"

Panggil Tirta dari kejauahan saat melihat Alwi baru saja keluar kelas siang. Tirta langsung berlari menghampirinya lalu merangkulnya.

"Hai my bro! Gimana kabarnya, lama nggak nongol! Sibuk banget kayaknya jadi dewan!" heboh Tirta dan menyinggung tugas Alwi sebagai DPM Fakultas.

"Alhamdulillah baik, lo gimana? Gina aman?" sindir Alwi yang sudah mulai tahu kalau Tirta benar-benar mendekati Gina.

"Alhamdulillah baik juga. Aman. Gue baru beberapa hari lalu baikan sama Hilda bro."

"Maksudnya baikan sama Hilda?" bingung Alwi.

Tirta menceritakan semua rencana dirinya dengan Azza dan kedatangan Azza awalnya saat marah-marah dengannya sepanjang Tirta dan Alwi berjalan dari lantai lima menuju lantai satu dengan lift. Tirta menceritakan secara ringkas tentang Hilda yang jujur pada dirinya tentang tujuan dia di awal. Alwi mengangguk-angguk paham. Sangat paham. Dari Tirta, Alwi jadi tahu kalau semua rahasia Hilda tentang perasaannya sudah terbongkar. Alwi menyadari bahwa satu persatu masalah di sekitar Azza mulai selesai. Tinggal masalah hatinya dengan Azza yang belum selesai.

"Makasih lo sama Azza," kata Alwi setelah Tirta bercerita.

"Iyalah... gue sangat berterima kasih sama dia. Udah kok, gue udah ngucapin. Lo gimana sama Azza?" singgung Tirta kemudian yang niatnya dari awal memang ingin mempertanyakan itu pada Alwi.

Alwi berdehem untuk melampiaskan rasa grogi setelah mendengar nama itu disebutkan oleh Tirta.

"Gimana apanya?" tanya Alwi polos.

"Ya hubungan lo sama dia lah!"

"Hubungan apa sih," bingung Alwi. "Orang dimulai aja nggak pernah."

"Nggak pernah komunikasi lagi lo sama dia?"

"Enggak, ngapain," cuek Alwi.

"Nggak kangen lo sama dia?" goda Tirta.

"Ngaco lu!"

Tirta tertawa lalu menepuk-nepuk pundak Alwi. Mereka baru saja sampai lantai satu. Saat pintu lift terbuka, tepat di depan Alwi, ia menatap mata yang tak asing olehnya, Azza. Tirta juga terkejut saat mendapati Azza bersama Hilda akan naik lift.

"Eh, loh, hai Kak Tirta, Kak Alwi," seru Hilda kepada keduanya sementara Azza diam saja.

"Hai Hil! Za! Takdir banget ya ketemu di sini," ucap Tirta.

Tidak ada satu kata pun yang terucap dari bibir Alwi dan Azza saat mereka berjumpa hingga membuat Hilda dan Tirta jadi kikuk. Alwi dan Azza hanya sempat saling menatap sekilas, lalu Azza masuk lift, sementara Alwi keluar lift. Saat pintu lift tertutup, Tirta menabok bahu Alwi.

"Kok diem aja sih lu! Jangan gitu-gitu banget lah lu sama Azza," protes Tirta.

"Lah, Azzanya aja diem, masa gue suruh teriak-teriak," cuek Alwi.

"Ya cowok lah yang mulai nyapa dulu, gimana sih lu ah!"

"Bodo amat ah," kata Alwi, masih cuek.

Tirta berdecak, lalu ia mengajak Alwi untuk nongkrong. Lelaki itu menyetujui ajakan Tirta. Tirta mengajak Alwi nongkrong di kedai kopi Janji Jiwa. Sebenarnya Tirta mengajak Alwi nongkrong hanya menahan lelaki itu untuk memancing tentang Azza. Tirta ingin berterima kasih dengan Azza dengan membantu mencari tahu perasaan Alwi untuk Azza.

...

"Yakin lo nggak kangen sama Azza?" singgung Tirta lagi pada Alwi setelah kopinya datang. Alwi tersedak kopi saat Azza dibahas lagi. "Pelan-pelan... kaget amat."

"Lo ngapain sih bahas dia mulu. Naksir lo sama dia?" jawab Alwi tanpa benar-benar menatap Tirta.

"Loh, lo kan tahu gue lagi ngincer Gina, ya gue bahas Azza buat elo lah!"

"Ya ngapain?"

"Ya gue amati selama ini kan lo nggak pernah deket tuh sama cewek. Pas di IMRI kan lo deket sama Azza."

Alwi tertawa, "Ngaco lo! Kesimpulan dari mana gue deket sama Azza."

"Ya kan lo suka gangguin dia tuh, suka berantem-berantem kecil, terus habis itu baikan, nggak mungkin dong nggak ada perasaan kan?" pancing Tirta.

Alwi menggeleng, "Nggak ada."

"Cerita lah Wi... sama sohib lo sendiri aja ditutup-tutupin. Lo lagi deket sama siapa?"

"Nggak ada."

"Cuek banget sih lo sekarang. Nggak percaya lagi lo sekarang sama gue?" Tirta memelas.

"Bukannya gitu. Percaya. Tapi emang—"

"Ada kan? Ada rasa?" potong Tirta.

"Dulu," Alwi mulai mengaku.

"Ada beneran!?" kaget Tirta.

"Ya dulu. Diem lo ah!" sikut Alwi.

Tirta tersenyum lebar, "Yakin sekarang udah enggak?"

"Ah, nggak tahu ah."

"Lo cuma lagi pesimis aja kan kalau Azza nggak punya rasa sama lo?"

"Enggak, gue nggak pesimis."

"Jadi menurut lo?"

Alwi hanya tersenyum miris untuk dirinya sendiri.

"Cielah, Wi... jujur sama diri lo sendiri. Sebelum terlambat."

"Ya gue belum siap lah bro. Masih kuliah. Gue belum bisa kasih apa-apa."

"Setidaknya jangan menjauh."

"Gue cuma jaga jarak. Lagian dia ngerti kok."

"Dia ngerti? Maksudnya?"

Alwi bercerita kalau awalnya dirinya dan Azza hampir dekat, tapi Alwi takut kalau kedekatannya dengan Azza akan melewati batas-batas karena perasaan Alwi untuk Azza semakin hari semakin bertambah. Alwi tidak mau hubungannya dengan Azza jadi berdosa, maka Alwi mengatakan untuk jaga jarak dengannya dan Azza menerima. Tirta mulai mengerti.

"Lo percaya nggak kalau gue bilang Azza cinta sama lo?" tanya Tirta.

"Percaya kalau Azza yang ngomong. Kalau elo yang ngomong, ya gue nggak percaya lah bambang!"

Tirta tertawa, "Ya lo duluan lah yang ngomong. Lo kan cowok!"

"Gue kan udah bilang, gue belum siap apa-apa. Gue nggak mau dikata kasih harapan doang."

"Lo sayang banget ya sama dia, sampai lo benar-benar jaga perasaan dia banget?"

"Ya menurut lo kalau lo sama Gina gimana. Aneh lo!"

"Percaya sama gue, dia juga sayang sama lo."

"Sok tahu!" Alwi senang mendengarnya, tapi dia tidak mau ge-er.

"Makanya, setidaknya lo ketemu sama dia lagi. Cek ombak aja. Jangan terlalu sombong lo sampai nggak mau ketemu sama sekali. Jaga jarak okelah, tapi jaga juga silaturahmi lo sama dia. Ntar kalau dia tiba-tiba lepas dari lo, lo juga yang nyesel."

"Ya... gue coba atur waktu dulu."

Tirta mengacungkan jempol. Setelah mengetahui isi hati Alwi pada Azza, Tirta merasa berhasil menggiring Alwi. Tinggal Azza adalah urusan Hilda. Jadi, saat setelah Tirta berbaikan dengan Hilda dan Tirta tahu perasaan Azza untuk Alwi, Hilda bercerita kalau sebenarnya Azza sudah lama mencintai Alwi. Azza juga punya janji pada Hilda akan menyampaikan perasaannya pada Alwi, tapi waktunya belum pernah tepat. Tirta dan Hilda berencana untuk membalas kebaikan Azza yang telah memperbaiki hubungan pertemanan dirinya dengan Hilda dan membuat mereka berdua saling paham. Mereka merasa harus membalas sebagai teman Alwi juga.

Setelah membahas tentang Azza, Tirta membahas tentang kegiatan Alwi di DPM Fakultas seperti apa. Seputar memperhatikan kegiatan sahabatnya sendiri. Tirta juga bercerita tentang kegiatannya bersama Salwa dan Imelda di BEM Fakultas.

-----------------------
Jangan lupa vote dan komentar ya! Makasih... :)

Bismillah Denganmu ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang