Chαpter 001

7.9K 199 1
                                    

𖥻01. STUCK WITH YOU (?)
___________________________

"Irish, mama dan papa besok ke Singapura selama satu bulan. Kamu di sini sama Abang Sergio gapapa kan?"

Alat makan tidak sengaja jatuh dari tangan menimbulkan bunyi nyaring. Gadis dengan surai hitam lebat itu meneguk saliva susah payah, mendadak nafsu makannya menghilang sekejap mata.

Irish Rayne Pertiwi nama lengkapnya, akrab disapa Irish. Ia meneguk air mineral guna menghilangkan rasa gugup. Tak sengaja maniknya bertubrukan dengan tatapan elang sang abang.

"Kenapa harus besok?" tanya Irish menegakkan kepala. "Mama dan papa baru beberapa hari di sini, masa mau ninggalin Irish lagi?" tambahnya, ia merupakan satu-satunya perempuan dan paling di manja serta ia sangat manja. Irish memiliki 3 saudara dan tinggal di lingkungan keluarga yang harmonis.

Sayangnya mama dan papa sering berpergian keluar kota karena urusan pekerjaan. Hal tersebut telah terjadi sejak Irish memasuki usia remaja tepatnya satu SMP.

Papa tersenyum simpul. Kerutan terlihat di wajahnya meskipun begitu tidak mengurangi kadar ketampanan. "Kamu udah besar Sayang, udah kelas akhir. Lagian kamu di sini bukan sama orang asing," jelas papa - Ronald.

Mama mengangguk setuju. "Sayang, jika urusannya selesai cepat. Mama dan Papa gak perlu tinggal selama satu bulan di sana." Juwi - mama mencoba memberi pengertian kepada anak gadis satu-satunya.

Ketahuilah ada niat buruk di ucapan mama, Sergio, ya, pemuda itu memakan makanannya dengan santai seolah tidak ada kejadian.

Irish menghela nafas panjang. "Ayolah ma, pa, Irish kangen Bang Raje," katanya memelas.

"Bang Liam pulang saat kamu libur semester satu," celetuk Sergio menatap tenang Irish sambil meneguk minumannya. Ia tahu Irish mencoba merayu mama dan papa agar tidak tinggal bersama dirinya.

"Sergio benar, Sayang," kata papa. "Kamu harus bersabar dan menunggu--"

"Lama banget, ih. Irish pengen ketemu sama Bang Raje sekarang!" Suara Irish naik beberapa oktaf, moodnya berubah drastis. Kursi bergeser, Irish berlari dengan wajah muram.

"IRISH KEMBALI IRISH!"

"DENGERIN MAMA DULU!"

Suara mama dan papa pun ia abaikan, kakinya menaiki anak tangga satu persatu dengan bercucuran air mata. Papa mengurut pangkal hidungnya dan berdiri dari kursi namun terhenti oleh suara Sergio.

"Gio coba bujuk Irish, Pa." Pemuda itu menggeser kursinya.

"Iya iya semoga adikmu itu mengerti dan jangan terlalu keras padanya, Gio." Papa memberi peringatan agar Gio tidak melampaui batas sebab putra yang satunya itu memiliki sifat amarah luar biasa.

"Iya." Sergio mengangguk paham.

Mama mengelus punggung papa. "Mungkin kamu memberitahu Irish di waktu yang salah. Dia pasti ngerti, kok."

"Semoga saja."

Sergio mengetuk pintu kamar cat coklat dengan tulisan nama sang adik terpampang jelas.

"Buka pintunya Irish!" kata Sergio menggedor pintu berkali-kali. Pemuda itu mencoba sabar dan menahan amarahnya, dia memang sulit menahan sifat satu itu sebab kalau amarahnya meledak. Sergio kehilangan kendali dan berakhir menyakiti Irish.

"Irish Rayne Pertiwi, kamu denger kakak?!" Sergio berdecak keras, menghadapi sikap kekanak-kanakan Irish melatih Sergio bersabar.

"Irish mau sendiri!" Suara teriakan bercampur serak terdengar mengalun-alun. Ia menangis? Maklum, Irish memang dimanjakan sejak kecil dan sekarang sifat childish-nya kebawa.

"Buka atau kakak rusak pintu kamar kamu!" Bukan Sergio namanya kalau tidak mengancam. "Kamu tau konsekuensinya, Sayang." Pemuda memiliki rambut acak-acak itu mengukir senyum iblisnya.

Irish menghapus air mata membentuk sungai kecil di pipi chubynya dan beringsut dari kasur. Rambutnya pendeknya acak-acakan, serta wajahnya kusut. Ia menggerutu dalam hati, abangnya memang gila.

Sehari tanpa ancaman mungkin Sergio gak bisa hidup tenang.

Irish berjalan lesu membuka pintu kamarnya, sungguh ia cuma mau sendiri dulu menenangkan dirinya hufft tapi Sergio pasti tidak membiarkan Irish tenang sehari. 

Ketika pintu dibuka Sergio menyelonong masuk dan mengukung Irish di dinding, dua tangannya ia letakkan di sisi tubuh Irish. Sergio memiliki aura kelam pekat lagi tajam, ia memiliki ciri khusus pada lengan kiri gambar kupu-kupu terselip nama Irish. Sergio suka memakai cincin dan kalung berbeda dengan kembarannya.

Irish meremas ujung kaos oblongnya, takut dan tentu tatapan mematikan Sergio mampu membuat Irish tunduk patuh. Isakan kecil terdengar dari bibir gadis pemilik wangi vanilla.

Sergio melangkahkan kaki semakin mendekat menghapus jarak hingga tubuhnya benar-benar menempel. Wajahnya ia miringkan menatap lekat Irish.

"Kenapa nangis, hm? Kamu tidak suka tinggal bersama Kakak?" Irish mengalihkan matanya ke arah lain. Tangannya berusaha menahan dada bidang Sergio.

"Jangan gini, Kak." Sungguh Irish risih sedekat ini bersama Sergio apalagi semakin lama pemuda itu mengikis jarak dan mendusel di bagian leher Irish.

"Kak!" sentak Irish mendorong kuat tubuh Sergio hingga terlepas beberapa cm. Nafas gadis itu tidak beraturan, ia tidak mau Sergio semakin merajalela terhadap dirinya.

"Ma-maksud aku gak gitu, aku kangen Bang Raje! Aku mau ketemu Abang Raje!" alibi Irish mencari pembelaan. Di saat sedang berduaan Irish memanggil Sergio dengan sebutan 'kakak' karena kemauan pemuda itu sendiri. Jika berkumpul bersama keluarga maka panggilannya adalah abang.

"Bohong! Bilang aja kamu mau menghindar dari kakak, kan?" Sergio berdecih, Irish itu tidak pandai dan tidak berbakat berbohong. "Kamu mau kabur dari kakak, Sayang?"

"Coba aja. Sejauh apapun kamu lari tetap aja rumah kamu adalah kakak."

Berhadapan Sergio berhasil membuat Irish tidak berkutik sedikitpun. Dulu, ia pernah kabur dari kejaran Sergio saat mama dam papa di luar negeri. Akhirnya Sergio berhasil menemukan Irish di manapun. Ini gila!

Raje yang Irish maksud adalah Liam Rajendra, abang sulung tertuanya kini tinggal di Singapura melanjutkan bisnis di sana. Irish sendiri lah memanggil sebutan Raje, lainnya memanggil Liam. Abangnya satu itu sibuk kerja hingga lupa waktu dan lupa pada usia bahwa diusianya sekarang sudah seharusnya naik pelaminan.

Ah boro-boro.

Lalu ada Sargeo kembaran Sergio. Mereka berdua mempunyai kepribadian bertolak belakang, kembar namun tidak seiras. Sargeo lebih menekuni kuliahnya sekarang hampir 11 12 mirip Rajendra. Sargeo memilih indekos ketimbang pulang pergi karena alasan menghemat. Ia memiliki kekasih cantik dan ia lebih memilih fokus pada pendidikan dan percintaannya. Jangan salah dulu, Sargeo begitu peduli pada adik satu-satunya, Irish. Tiada hari tanpa kabar dan video call dari Sargeo. Kalau absen mungkin kuotanya belum dibeli.

Sergio sendiri terlalu posesif dan mengekang Irish daripada saudara lainnya. Rajendra lebih bahaya dari Sergio ketika amarahnya aktif, Rajendra tipe cowok cuek tapi peduli.

Dan terakhir ada Irish, ia menduduki kelas 12 sayangnya ia homeschooling atas usulan Rajendra dan Sergio sejak dari masuk SMA. Memiliki kulit putih dan mata sipit, bibir tipis serta hidung mancung.

"I-irish ga-gak punya pi-pilihan," katanya gagu. Sergio tersenyum miring, jari tangannya bergerak menghapus cairan bening di pipi Irish.

"Good girls." Sergio mengecup lembut bibir Irish, bibir ranum merah jambu alami yang selalu menjadi tempat favorit nya. "Kakak gak suka kamu bersikap kayak tadi di depan mama dak papa."

"Irish janji." Gadis itu tidak berhak menolak dan membantah perkataan Sergio.

•••
HALO! WELCOME GUYS🤸‍♀️ DI LAPAK BARU GURITA HWEHWE. JANGAN CUMA DIBACA, YA! TINGGALIN JEJAK JUGA :v

Maaf capslock.

Oke see you guys

21/10

Obsession Brother [ ON GOING ] Where stories live. Discover now